“Nyonya,” panggil Slevi merasa cemas karena hampir tiga jam Olevey mengurung diri di dalam kamar mandi. Setelah sarapan, Olevey yang terlihat kurang enak badan segera masuk ke kamar mandi dan belum ke luar hingga saat ini.
Slevi merasa dirinya salah karena tidak sigap saat sudah melihat wajah sosok yang ia layani terlihat begitu pucat dan kehilang rona cantiknya. Slevi kembali mengetuk pintu kamar mandi. “Nyonya, apa Anda baik-baik saja? Apa saya boleh masuk?” tanya Slevi lagi. Para bawahan Slevi saat ini juga terlihat sangat cemas dengan kondisi nyonya mereka yang sej
Diederich bangkit dan melepaskan jubahnya sebelum kembali mengungkung Olevey dengan tubuhnya yang kekar serta terlihat begitu mengagumkan itu. “Sepertinya, aku tidak bisa mengulur waktu lagi. Mari kita mulai, kita lihat siapa yang akan kalah dalam permainan gairah ini,” ucap Diederich lalu mencium bibir Olevey yang sama sekali tidak bisa menghindar dan hanya bisa mengerang tertahan. Firasat buruk menghinggapi hati Olevey. Hari ini, Olevey yakin jika dirinya akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya sendiri.
“Anda sudah terlambat Yang Mulia,” ucap wanita tua bertudung yang berdiri di sudut ruangan yang hanya diterangi oleh api di perapian.Leopold yang sebelumnya tengah membaca catatan yang diberikan oleh wanita tua itu mengernyitkan keningnya dan mengangkat pandangannya. “Apa maksudmu?” tanya Leopold sama sekali tidak beranjak dari duduknya.Saat ini, Leopold ada di salah satu istana peristirahatan yang jelas berada jauh
Leopold tiba di kediaman Meinhard saat langit sudah benar-benar berubah gelap. Leopold datang tanpa pengawalan pasukan kerajaan, dan tanpa kereta kuda, dan tanpa menggunakan pakaian kebesarannya sebagai putra mahkota. Itu menandakan, jika Leopold memang datang atas namanya sendiri, dan lebih tepatnya datang dengan sembunyi-sembunyi menunggangi kudanya. Meskipun menggunakan jubah bertudung yang menutupi sebagian wajahnya, kepala pelayan sudah mengenalnya dengan baik dan segera membukakan pintu untuk menyambutnya.Tentu saja kepala pelayan keluarga Meinhard tersebut segera membawa Leopold menuju
Olevey menghentak-hentakkan kakinya, berusaha menunjukkan jika saat ini dirinya tengah merasa begitu marah. Slevi yang mengikutinya dengan langkah cepat menyeimbangkan langkah Olevey yang memang terlihat sangat cepat. Meskipun lelah, teteapi Slevi tidak bisa menahan diri untuk mengulum karena Olevey yang terlihat begitu menggemaskan baginya. Olevey terlihat marah setelah sekitar tiga jam berada di dalam kamar mandi bersama Diederich. Tentu saja, sebagai seorang iblis yang sudah melakukan penyatuan, Slevi bisa menebak apa yang sudah dilakukan oleh Olevey dan Diederich di dalam sana.“Yang
“Yang Mulia Putra Mahkota, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap ajudan Leopold.Leopold yang tengah mengerjakan tugasnya sebagai putra mahkota mengangkat pandangannya dan bertanya, “Siapa dia?”“Dia wanita tua yang mengenalkan diri sebagai Elgah.”
“Sakit,” gumam Olevey dan memejamkan matanya sembari meringkuk di tengah ranjangnya.Slevi yang mendengar gumaman Olevey tentu saja merasa panik, ia mendekat dan memeriksa kondisi Olevey. Benar saja, ia melihat wajah Olevey yang memucat dengan keringat sebiji jagung yang membasahi kening serta pelipisnya. Slevi berniat untuk menyentuh tubuh nyonya yang ia layani, tetapi Slevi tersentak saat dirinya malah kembali mendengar rintihan penuh kesakitan. Slevi tidak membuang waktu untuk angkat kaki dari kamar Olevey demi mencari bantuan.
Kabar duka menjadi penyambut pagi yang mendung, dan membuat semua rakyat kerajaan Xilen tidak bisa menahan diri untuk merasa sedih. Kabar duka tersebut datang dari keluarga kerajaan. Sang Raja, Karl de Hartman berpulang secara mendadak karena serangan jantung. Tentu saja, kepergian raja yang dicintai ini membuat semua rakyat merasa sedih. Semua orang menggunakan pakaian hitam yang menandakan jika mereka tengah berkabung. Bukan hanya rakyat, alam pun seakan-akan ikut berkabung atas kepergian sosok yang dikenal sebagai raja yang bijaksana tersebut. Langit mendung, hawa dingin, dan burung-burung yang tak terdengar berkicau, adalah pertanda alam berkabung atas kepergian sosok Karl.Di tengah itu
Olevey membuka matanya secara tiba-tiba dan langit-langit kamar berwarna gelap menyambutnya. Saat itulah Olevey merasa ingin mengumpat. Ia turun dari ranjang dan segera beranjak menuju balkon. Langit dengan bulan merah keemasan berpendar dengan indahnya, seakan-akan mengejek Olevey yang sempat melupakan misinya karena terbuai dengan tidur siang yang berlanjut hingga malam. Namun, Olevey sama sekali tidak membuang waktu untuk segera bersiap. Ia mengganti gaun tidurnya dengan gaun yang paling ringan yang bisa ia kenakan untuk misi melarikan dirinya.Malam ini, sesuai dengan perhitungan Olevey, adalah malam di mana p