Share

Doubt

Wajah Aji menegang, rahangnya mengeras sempurna. Matanya memerah penuh emosi namun ia menahannya.

"Jangan marah, ya ..." pinta Brisya memohon, ia menggenggam tangan Aji lebih erat.

"Kamu masih bisa magang di tempat papaku, kenapa harus magang sama orang, sih!"

"Aku nggak mau ngerepotin kamu, Ji. Sudah cukup selama ini kamu ngasi segalanya buat aku," tukas Brisya hati-hati, salah ucap sedikit bisa saja Aji meledak.

Aji menarik tangannya dari genggaman Brisya, lantas mengusap wajah dan rambutnya dengan kesal. Ia merasa tak berguna. Bahkan untuk hal kecil saja ia tak mampu membantu Brisya.

"Aku cuma butuh support kamu sekarang, aku udah nggak bisa mundur lagi, Ji," pinta Brisya lirih, mengawasi Aji dengan harap-harap cemas.

"Aku ngerasa nggak berguna, Briy. Percuma rasanya ada aku kalo kamu masih minta bantuan orang itu."

"Dia bukan orang, mendiang papanya om Haris dulu donatur tetap di Panti ini. Jadi mungkin dia pengin melanjutkan kebaikan papanya dengan membantu anak-anak di Pant
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status