LOGIN48Sekelompok orang bermasker hitam menyembunyikan puluhan motor di belakang pos satpam terbesar, yang berada beberapa meter sebelum bundaran air mancur, yang memisahkan banyak cluster perumahan elite. Setelahnya, kelompok bersetalan serba biru tua dan menggunakan selempang hijau, berpencar ke taman di sisi kanan dan kiri jalan besar itu.Keempat petugas keamanan mengawasi sekeliling, sambil menahan kecemasan dalam hati masing-masing. Meskipun mereka satpam PB dan sudah beberapa kali membantu tim PBK saat perang, tetap saja mereka khawatir dengan penyerangan kali itu.Detik berganti dengan lambat. Kala terlihat banyak sinar lampu dari kejauhan, keempat satpam segera pindah ke dekat portal besi, yang menjadi perisai pertama ke banyak cluster perumahan mewah itu. Kelompok ajudan yang tengah bersembunyi, mulai melemaskan tangan dan kaki masing-masing. Mereka bergantian mengintai ke depan, untuk memastikan kedatangan banyak sinar, yang diyakini sebagai lampu mobil.Keempat satpam berter
47 Sudut bibir Wirya berkedut, sebelum akhirnya dia tertawa. Akibat celotehan Dilara, yang ingin mengabadikan namanya sebagai nama putra dan putri Dilara kelak. Yasuo yang turut membaca pesan dari kekasihnya itu, ikut terkekeh. Demikian pula dengan kedua asisten Wirya, yang tengah bertamu. Yasuo menghentikan tawa, ketika mendengar suara Marwa, yang menyampaikan pesan dari mamanya. Keempat pria itu berdiri dan jalan ke teras belakang rumah Bayazid, yang terhubung langsung dengan teras panjang kediaman Wirya. Lengkingan tangisan Shahzain menyebabkan Wirya bergegas memasuki rumah, dan mendatangi sang bayi yang baru selesai diganti popoknya, oleh Bayazid. Wirya merunduk untuk mengambil putra bungsunya yang berusia 4 bulan. Tangisan Shahzain langsung berhenti, ketika diayun ayahnya dan dinyanyikan Jariz dengan suara cukup merdu. "Om suaranya makin bagus," puji Marwa, sembari memandangi Adik Jauhari tersebut. "Abang, Wa. Bukan Om," sahut Jariz. "Masa ke calon suami, manggilnya Om?" go
46Jalinan waktu terus bergulir. Yasuo telah pindah ke rumah anak pertama Wirya. Yasuo memilih tempat itu, supaya tidak mengganggu para sahabatnya yang telah berkeluarga. Setiap pulang kerja, Yasuo akan mampir ke rumahnya untuk mandi dan makan malam. Sekaligus mengecek keadaan Dilara dan Mirai. Meskipun cemas, tetapi Yasuo tetap berusaha bersikap tenang, agar Dilara dan Mirai tidak bertambah panik.Wirya mengerahkan Sabqi, Fitra, dan Rakhsan, untuk menjadi pengawal cadangan. Supaya Emryn, Dakhdaar, Nisfura, dan Yarissa, bisa bergantian libur. Wirya tidak mau keempat ajudan muda itu tegang berlebihan, yang bisa membuat kondisi bertambah kacau. Awal malam itu, Yasuo bersantap sambil menahan kegundahan hati. Dia telah dihubungi Deswin, yang mendapatkan informasi terbaru dari Kashif, jika Miko dan anak buahnya tengah berkemas. Yasuo melirik Emryn, Dakhdaar, Yarissa, dan Fitra, yang balas memandanginya sesaat, sebelum kembali meneruskan bersantap. Setelahnya, Fitra berdiri dan mengajak
45*Grup Rahasia*Herjuno : Ladies and gentleman, kumpul dulu di sini.Kashif : Ada kabar baru, tentang vas bunga.Kenji : Kenapa lagi dia? Herjuno : Dia nyewa kelompok Miko, buat melaksanakan serangan ke Pak Yasuo dan Kak Dilara.Kashif : Dia punya partner baru. Naomi, mantan istri Pak Yasuo, dan kakaknya Naomi, aku lupa namanya.Wirya : Kakaknya, Clive. Adiknya, Fincent dan Claudia.Fikri : Aku boleh maki Naomi, nggak, sih? Zulfi : Mangga, @Fikri.Fikri : Wanita gila! Mukti : Jahat banget dia. Yoga : Astaghfirullah! Aku jadi emosi!Zikria : Aku pengen gampar Vasant pakai nampan stainless steel! Alvaro : Ajudannya mana, nih? Lazuardi : Tensiku langsung naik.Andri : Ya, Allah. Orang-orang brengsek itu, nggak kapok-kapok! Kimora : Aku mau ngelus Naomi pake bakiak berpaku!Haryono : Aku kesel, eee!Nisfura : Astaga! Langsung deg-degan aku.Yanuar : Mereka, setan!Yarissa : Aku gemetaran!Dimas : Menjauh dari Dilara, @Rissa. Jangan sampai dia lihat kamu panik.Yarissa : Ya, @Bang
44Widya mengembuskan napas lega, sesaat setelah mendengar informasi dari Yasuo, jika Naomi telah mencabut laporan atas Widya dan Dilara, dari kantor polisi. Widya mengusap dadanya sembari mengucap syukur dalam hati, karena satu masalah beratnya telah tuntas. Widya meneruskan percakapan dengan Yasuo melalui sambungan telepon, sambil memandangi seorang pria di kursi seberang, yang tengah sibuk membaca berkas.Seusai menutup sambungan telepon, Widya memasang kunci ponsel dan memasukkan benda itu ke baugette bag hitamnya. Widya merapikan rambutnya dengan jemari, sambil menunggu pria di hadapannya usai membaca laporan. "Mas, kata Mas Yasuo, Naomi sudah mencabut laporannya di kantor polisi," ucap Widya, ketika pria berkemeja biru muda itu meletakkan berkas ke meja."Alhamdulillah, aku ikut senang," balas Tanzil Bratindra, direktur utama Bratindra Company, yang juga merupakan anggota tim 9 PC. "Mas jangan cerita-cerita ke keluarga kita, ya. Nanti orang tuaku heboh nyuruh aku balik lagi k
43Matahari pagi sudah naik sepenggalah, ketika Dilara terbangun. Dia spontan meringis saat merasakan sakit di sekujur tubuh. Dilara memaksakan diri untuk bangkit duduk dengan bertumpu pada kedua siku. Dia memandangi jendela yang gordennya separuh terbuka, sambil mengumpulkan nyawanya yang berserakan.Sekian belas menit berlalu, Dilara keluar dari toilet dengan hanya mengenakan handuk. Dilara kaget melihat Yasuo telah berada di kamarnya, yang berada di bagian belakang rumah pria tersebut. Dilara tetap diam kala pria berkaus putih itu mendekat. Dilara menjengit, saat Yasuo merunduk untuk menciumi leher hingga pundaknya yang tidak tertutup handuk. "Kamu wangi sabun. Aku suka," bisik Yasuo, sembari menggeser bibirnya ke dekat telinga Dilara. "Stop," bisik Dilara."Kenapa?" "Nanti aku nggak bisa menahan diri." "Luapkan saja. Aku memang menginginkanmu. Kemarin, kutahan. Sekarang, nggak bisa ditahan lagi." Dilara hendak menyahut, tetapi bibirnya telah dibungkam Yasuo dengan ciuman han







