Share

Part 4. Surname

Martin's Family Mansion

Katya menutup mata sambil menghembuskan nafas tercekat dengan jantung berdebar karena rasa marah merambat naik keatas kepalanya setelah apa yang Aeron ucapkan di depan kakaknya.

Katya mengepalkan tangan kuat ingin rasanya tangan terkepal ini mengeplak kepala Aeron agar bisa berjalan normal dan semestinya, tidak melenceng seperti saat ini.

Kyle tertegun sejenak dan menatap Katya, "bisa kau jelaskan apa maksud dari temanmu ini Katya?" tanya Kyle menuntut jawaban pada adiknya.

Katya menggigit bibir bawahnya karena ragu untuk menjawab.

"Dia ingin jadi pacarku, tapi aku sudah menolaknya kok Kak!" Ujar Katya pelan pada Kakaknya dengan wajah takut.

Kyle kemudian mengalihkan tatapannya pada Aeron sekarang.

"Adikku sudah menolakmu, jadi jangan sesumbar pada orang lain kalau kalian dekat. Hal seperti itu bisa membuat mereka salah paham, kau mengerti?!" peringat Kyle.

Aeron mengerutkan keningnya karena tidak suka dengan nada bicara Kyle yang merendahkannya.

"Katya menolak karena tidak mengenalku, tapi aku jamin setelah dia mengenalku lebih dekat, dia akan menerimaku untuk menjadi pacarnya." aku Aeron percaya diri.

Kyle mencibir, "Percaya diri sekali kau."

Aeron tersenyum tipis karena intimidasi Kyle tidak berpengaruh padanya.

"Sebaiknya kau pulang dan menjauhi adikku, kau sudah ditolaknya kan." Setelah mengatakan pernyataan itu sekali lagi Kyle berbalik dan kembali ke dalam.

Katya melihat kepergian Kyle dengan hembusan nafas lega, ia kemudian beralih pada Aeron.

"Benar kata kakakku, sebaiknya kau pulang." pinta Katya.

walaupun enggan Aeron menuruti perkataan dengan anggukan pelan. Ia kemudian berjalan menuruni undakan kembali kedalam mobilnya dan melaju kencang keluar dari rumah keluarga Martin.

Untuk sejenak Katya terdiam saat melihat kepergian Aeron, sepertinya laki laki itu terlihat kesal dari bagaimana cara  ia mengemudikan mobilnya yang ugal-ugalan.

"Katya!" Teriak Kyle dari dalam yang sampai terdengar di telinga Katya.

"Iya aku masuk!" Balas Katya, sambil berjalan ke dalam rumah melewati ruang keluarga. Katya bisa melihat Kakaknya yang sudah duduk santai di sofa sambil memindahkan channel televisi.

Tanpa berkata apa-apa Katya memutuskan untuk langsung menuju kamarnya dilantai atas.

Baru saja ia melangkahkan kakinya di undakan, Kyle langsung memanggilnya.

"Tunggu Katya!" Tahan Kyle.

Katya mengurungkan niatnya untuk naik tangga lagi, ia pun berhenti dan berbalik kearah Kyle yang masih fokus melihat kearah televisi.

"Kalau kakak tidak salah dengar, tadi namanya Aeron Danadyaksa. Ayahnya adalah Asher Danadyaksa pemilik maskapai penerbangan itu bukan?" Tanya Kyle.

"kok Kakak tahu? Kakak kenal dia?" Katya balik bertanya karena penasaran.

"Aku tidak mengenalnya, tapi aku tahu siapa dia, dan kau sebaiknya menjauh dari laki laki itu Katya." Desis Kyle.

"Sudah ku bilang, aku menolak Aeron jadi kakak tenang saja!"

"Tidak hanya menolaknya, kau harus menghindarinya. Apapun yang kau lakukan jangan pernah berhubungan dengannya lagi." Perintah Kyle.

Katya memincingkan matanya akan bertanya maksud ucapan Kakaknya, tapi ia mengurungkan niatnya.

"Baik." Katya tidak banyak bertanya, Setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Setelah kepergian Katya, ponsel Kyle berbunyi diatas meja mengalihkan pandangannya dari televisi sebarih mengambil ponselnya dan langsung menggeser tombol hijau. 

"Ayah?" tanya Kyle.

"Bagaimana keadaan Katya?"

"Katya baik-baik saja."

"Bagaimana dengan pekerjaanmu, apa masalah kemarin sudah selesai?"

"Aku akan membereskan hari ini karena besok akan langsung diadakan rapat dewan direksi di kantor."

"Kalau begitu sampai bertemu besok Kyle."

"Baik Ayah." Kyle menutup sambungan dari ayahnya.

***

Keesokan harinya...

International Senior Highschool, Jakarta.

"Kemarin tidak terjadi sesuatu pada kalian?" tanya Hana sambil duduk disebelah Katya dan langsung bertanya padanya dengan wajah penasaran.

"Hmm, emang terjadi apa?"

"Ish, aku kan yang bertanya, kok nanya balik sih!" Sungut Hana.

"Sepertinya kak Aeron menyukaimu Katya, aku lihat kemarin ia tidak berhenti menatapmu seakan tidak ada orang lain disekitarnya selain kau. Apa terjadi sesuatu diperjalanan pulang kemarin? Cepat ceritakan!" Paksa Hana.

"Tidak ada apa-apa, dan kau jangan menyebut nama orang itu lagi!" gumam Katya.

"Percaya deh sama aku, Aku tidak salah lihat, mataku ini masih normal untuk bisa menafsirkan tatapan mata kak Aeron yang seperti memujamu." lanjut Hana.

Katya terkekeh pelan.

"Jadi menurutmu dia menyukaiku? Bukankah kau bilang menyukainya Hana, memangnya tidak apa kalau kami jadian?" Sindir Katya tersenyum menggoda pada Hana.

Hana diam.

"Katya, Aku hanya menyukai parasnya, tubuh tinggi tegapnya bukan menyukai dalam artian lain. Kau pikir aku wanita yang akan memaksa seorang pria mencintaiku?" Hana berdecit.

Katya tertegun sejenak dengan jawaban Hana kemudian ia menatik sudut bibirnya..

"Baiklah Hana sayang, terserah padamu." Jawab Katya.

***

Hana dan Katya berada di kantin sekolah mereka, dikantin ini semua murid sekolah berkumpul ditempat ini dari mulai kelas satu sampai kelas tiga tanpa ada batasan.

Katya baru makan setengah porsi makan siangnya, sebelum ponselnya berdering di saku roknya.

"Nona Katya?" Panggil dari sebrang sana.

"Juna? Ada apa?" Ujar Katya setengah kaget.

Hana menatap penasaran temannya yang sedang berbicara di telepon. Hana tahu yang menelpon Katya adalah Juna, sekertaris pribadi Ayahnya.

Katya sendiri bingung kenapa sekertaris Ayahnya menelpon saat jam sekolah.

"Nona Katya maaf menganggu, saya mau mengabarkan sesuatu tapi anda harus tenang." Ujar Juna, padahal jelas sekali dari nadanya saja Juna terdengar panik.

"Kenapa Juna, jangan mengagetkanku!"

"Ayah anda pingsan sekarang ada di rumah sakit International jala...."

Sebelum Juna menyelesaikan kalimatnya, dengan wajah pucat Katya berlari meninggalkan apapun yang sedang ia kerjakan.

"Katya! Kau mau kemana?" Teriak Hana memanggil Katya yang berlari menuju pintu keluar.

Sepanjang lorong sekolah pikiran Katya sudah melayang pada kondisi Ayahnya di Rumah Sakit.

Jantungnya berdebar, debaran yang tidak mengenakan. Nafasnya tercekat dan matanya merah hampir menangis. Katya berlari tanpa melihat sekelilingnya dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang berpapasan dengannya.

Katya terjatuh tanpa mempedulikan rasa sakitnya ia bangkit kembali.

Katya tidak melihat siapa yang ia tabrak. Lagipula ia tidak peduli karena sedang buru buru! Yang ia pedulikan sekarang adalah Ayahnya.

Sebelum kembali melangkahkan kakinya, seseorang mencengkram lengannya menahan kepergiannya.

"Katya, kau sudah menabrak orang. Seharusnya kau minta maaf!" Gumam orang itu.

Katya berbalik dan melihat orang yang ia tabrak.

Aeron.

Katya seperti mendapat pegangan di situasi emosional ini, ia mencengkram balik tangan Aeron dengan wajah penuh harap.

"Kakak tolong! Antarkan aku kerumah sakit!" Katya memohon dengan wajah memelas.

Aeron bergeming.

"Kau sakit Katya?" Aeron melirik keadaan Katya dari atas sampai bawah. Tidak ada yang aneh pada tubuhnya.

"Bukan, Ayahku masuk rumah sakit!" Ujarnya panik.

Aeron terdiam sejenak dan didetik berikutnya ia mengerti apa yang terjadi pada Katya. Ia pun menarik tangan Katya dan menggenggam erat, mereka berjalan bersama menuju parkiran sekolah.

Aeron dan Katya berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir dihalaman sekolah.

"Masuk Katya aku antar kerumah sakit." Ujar Aeron saat sudah berada di depan mobilnya.

Tanpa diperintah lagi Katya masuk kedalam mobil Aeron dan duduk dikursi penumpang.

Aeron dikursi pengemudi sudah menstater mobilnya dan pergi keluar dari parkiran sekolah.

"Rumah sakit mana?" Tanya Aeron saat mereka sudah dijalan.

"Rumah sakit International." Jawab Katya tercekat. Jantungnya masih berdebar karena cemas.

Jalanan siang Jakarta lumayan macet, butuh 40menit untuknya sampai di Rumah Sakit. Aeron memarkirkan mobilnya dan masuk bersama Katya kedalam rumah sakit.

"Di ruangan mana?" Aeron mulai bertanya sambil berjalan menuju Lift.

"Lantai 4."

Tiba dilantai 4, Katya mencari nomor kamarnya ayahnya. Dan tanpa harus memastikan lagi Katya sudah berada di depan kamar Ayahnya karena terlihat Juna sedang menunggu di depan pintu.

"Pak Juna kenapa Ayah bisa pingsan?"

"Ah Nona Katya sudah datang, tuan sedang diperiksa didalam." Jawabnya langsung.

"Kakak di mana? Kenapa belum datang?" Tanya Katya lagi.

"Tuan muda Kyle sedang ada rapat direksi. Ayah anda juga seharusnya menghadiri rapat. Setibanya di Jakarta, pada saat akan memasuki mobil beliau oleng dan terjatuh tidak sadarkan diri." Jelas Juna.

"Tuan muda Kyle tidak mengangkat telpon saya, maka dari itu saya berinisiatif langsung menelpon Nona Katya tadi." Lanjut Juna dengan nada cemas.

"Tidak apa-apa Juna, terima kasih."

Katya kemudian memutar pegangan pintu dan masuk kedalam ruang rawat Ayahnya diikuti Juna dan Aeron dari belakang. Didalamnya sedang ada beberapa suster dan dokter di sekelilingi ranjang Ayahnya untuk memeriksa.

Katya bisa bernafas lega karena melihat Ayahnya sudah sadar dan melirik padanya di ambang pintu.

"Ayah.." panggil Katya dengan nada cemas.

"Sayang, Ayah tidak apa-apa kau jangan khawatir!" Ujar Ayahnya coba menenangkan Katya yang terlihat pucat pasi.

Melewati suster dan Dokter disana Katya berjalan mendekati ranjang dan langsung memeluk Ayahnya.

"Ayah membuatku khawatir!" Ucapnya tergagap, serasa ingin menangis tapi ia tahan sebisa mungkin.

Didalam hatinya ia bersyukur masih bisa melihat ayahnya dan memeluknya seperti sekarang.

"Tidak apa-apa, maafkan Ayah karena membuatmu khawatir nak." Tenang Ayahnya sambil mengusap pelan punggung Katya.

"Kami sudah selesai memeriksa, Kalau begitu kami permisi." Pamit dokter disana.

Robert Martin hanya mengangguk, kemudian para suster dan dokter disana keluar dari ruangan.

Pandangan Robert tertuju pada anak laki laki asing disebelah Juna.

Tanpa mengalihkan pandangannya, Robert langsung membuka suara.

"Kau datang dengan siapa?" Tanya Robert, Katya melepaskan pelukannya dan melangkah mundur memberi jarak.

Katya lupa pada Aeron karena terlalu panik.

"Katya datang diantar senior disekolah yah, kebetulan tadi ia bisa mengantarjan Katya ke sini." Jawab Katya sambil melirik kearah Aeron.

Aeron yang merasa terpanggil melangkah mendekati ranjang kemudian mengulurkan tangannya ingin memperkenalkan diri pada Ayah Katya.

"Nama saya Aeron Da..."

"AERON TEMAN SEKOLAH KATYA YAH." Suara Aeron teredam, di potong sengaja oleh suara Kyle yang baru muncul dari pintu masuk.

Robert tersenyum tipis saat melihat kedatangan anak sulungnya.

Walaupun Robert dan Katya tidak menyadarinya arti teriakan Kyle, tapi Aeron tahu bahwa Kyle telah melakukan sesuatu padanya.

Aeron menghembuskan nafas.

Ada apa dengan namanya sampai Kyle Martin menutupi agar ayah Katya tidak mengetahui nama keluarganya. Batin Aeron penasaran

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status