Share

Part 5. Warning

International Hospital, Jakarta.

Kyle kembali ke kamar perawatan setelah dari ruangan dokter yang memerikasa ayahnya. Dokter mendiagnosa  Ayahnya mengalami kelelahan, stres, dan Hipoksia.

Hipoksia adalah gejala dimana pasokan oksigen dalam tubuh sangat minin atau kekurangan oksigen dalam darah yang akan dialirkan ke otak, mengakibatkan otak tidak bekerja semestinya dan berefek orang tersebut menjadi linglung, dan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba.

Ayahnya memang sudah tidak muda lagi, tapi tidak tua juga. Keadaan tubuhnya terlihat bugar walaupun organ tubuhnya tidak sesehat dulu. Kyle sebagai anak sulung harus mulai belajar mengurus perusahaan agar tidak terlalu membebani Ayahnya untuk masalah pekerjaan.

Kyle membuka pintu kamar dan melihat Ayah sedang bercengkrama bersama putri bungsunya. Waktu kebersamaan mereka seperti sekarang dipakai Katya untuk bermanja-manja dengan Ayahnya karena sudah hampir sepuluh hari mereka tidak bertemu membuat Katya ingin berlama-lama dengan ayahnya.

"Katya, sebaiknya kau pulang ini sudah malam." ujar Kyle dari ambang pintu.

Katya menoleh pada Kyle yang mendekatinya dari belakang. "Tapi aku masih mau di sini bersama ayah." sungut Katya.

"Tapi benar kata kakakmu, sebaiknya kau pulang kasian temanmu karena menunggu terlalu lama." timpal Ayah dengan wajah lembut.

Katya tersentak karena ia melupakan Aeron.

"Ah, aku lupa menyuruhnya pulang, kalau begitu aku menemui dia dulu." Ujar Katya.

"Sekalian minta pak Asep mengantarkanmu pulang, besok kau masih harus sekolah bukan?" lanjut Kyle lagi.

Katya memajukan bibirnya kesal. "Kak.."

Robert mengelus puncak kepala Katya kemudian tersenyum. "Turuti apa kata kakakmu."

Katya mengangguk mengangguk dengan setengah hati kemudian memeluk Ayahnya sebelum keluar dari ruangan diikuti Kyle dari belakang.

Sedangkan Aeron hanya duduk dikursi ruang tunggu Lantai empat sambil memainkan game di ponselnya. Ia tidak ingin menganggu waktu Katya dan keluarganya.

Dari kejauhan Katya mendekati Aeron di kursinya, "maaf membuatmu menunggu kak." ujarnya.

Aeron mengalihkan pandangannya dari game kepada Katya.

"Tidak apa-apa, bagaimana keadaan Ayahmu? Apa sudah lebih baik?" Tanya Aeron sambil menaruh ponselnya ke saku celana.

Katya tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih kak karena sudah mengantarku ke sini."

Aeron mengangguk sebagai balasan.

"Sebaiknya kakak pulang ini sudah malam nanti orang rumah kakak mengkhawatirkan kakak, lagipula aku juga akan pulang sekarang." ujar Katya.

"Kalau begitu kita pulang bersama."

"Tidak perlu aku di antar sopir ayah." Jawab Katya, menolak ajakan Aeron.

"Katya aku ingin mengantarmu pulang karena aku ingin membicarakan seusatu, anggap saja sebagai tanda terima kasihmu .." Pinta Aeron.

"Kak..." Katya akan menolak kembali tapi Kyle memotong pembicaraannya.

"Katya, kau pulang saja dengan Aeron." timpal Kyle. "Kau tidak ingin berhutang budi pada orang lain kan." 

Katya menghembuskan nafas terus mengangguk mengiyakan ajakan Aeron.

"Katya!" Kyle memanggilnya.

"Ingat pembicaraan kita kemarin?" tanya Kyle pelan.

Katya mengangguk.

"Jangan lupakan itu." Ingat Kyle.

Kyle kemudian menatap kepergian Katya dan Aeron dengan perasaan was-was.

***

Aeron menyipitkan matanya dan melihat Katya dengan tajam tanpa berbicara sepatah kata pun. Katya sendiri hanya bisa diam saat mobil yang tumpanginya melaju menembus hujan yang cukup deras di luar sana. Ia larikan pandangannya pada jendela yang basah karena tetesan air hujan.

Tidak ada yang bersuara selama perjalanan dan tidak ada yang satupun yang mau memulai pembicaraan. Suasana hening tercipta sampai mobil Aeron berada di halaman rumah Katya

"Sekali lagi terima kasih kak sudah mengantarku pulang kerumah, dan maaf aku membuat kakak harus keluar sampai larut malam begini." Ujar Katya.

Aeron mengangguk pelan, mulutnya ingin menahan kepergian Katya karena banyak yang ia ingin tanyakan tapi entah kenapa tubuhnya seperti enggan untuk bergerak.

Setelah berterimakasih Katya kemudian membuka pintu mobil dan menurunkan sebelah kakinya di jalan.

"Tunggu!," cegah Aeron.

Katya memutar kepalanya kembali melihat pada Aeron.

"Aku masih menunggu jawaban 'iya' dari mulutmu." Gumam Aeron sambil menatap dalam manik hitam milik Katya.

Katya menghembuskan nafas.

"Sampai kapanpun aku akan terus mengatakan 'tidak' kak, hentikan usaha kakak yang sia-sia ini." Tolak Katya.

"Satu bulan Katya." Ujar Aeron lagi.

Katya menaikan kedua alisnya.

"Tolong jadi pacarku selama  satu bulan, itung saja sebagai masa percobaan. Setelah itu kau bisa memutuskan kita bisa melanjutkannya atau tidak. Seandainya kau tidak mau melanjutkan hubungan ini setelah satu bulan itu, Aku tidak akan mengganggumu lagi, bahkan aku tidak akan muncul dihadapanmu Katya." Jelas Aeron.

Katya untuk sejenak tertegun kemudian kepalanya berfikir cepat, seandainya ia menyanggupi permintaan Aeron selama satu bulan berpacaran denganya, dan setelah itu ia menolaknya. Aeron tidak akan mengganggunya lagi, dan ia bisa mengikuti saran kakaknya untuk tidak berhubungan lagi dengan Aeron sampai kapanpun.

Cukup lama terdiam, sambil menimbang baik buruknya situasi yang ia hadapi sekarang.

"Katya?" Panggil Aeron menyadarkan lamunan perempuan itu.

"Baiklah, aku bersedia." Jawab Katya.

Aeron tersentak kaget karena Katya langsung mengiyakan tanpa perlawanan.

"Benarkah?" Ulang Aeron tersenyum lebar.

Katya mengangguk.

"Kita jadian, tapi hanya satu bulan. Dan setelah itu jangan pernah menggangguku lagi." Pinta Katya.

Aeron kemudian menatap mata Katya dalam penuh pengharapan dan tekad.

"Aku akan berusaha Katya, selama satu bulan ini aku akan mempergunakan waktu yang kau berikan itu untuk meyakinkan bahwa aku benar-benar menyukaimu Katya." Ucap Aeron percaya diri.

"Berusahalah dengan keras, karena aku tidak akan mudah jatuh hati Aeron Danadyaksa."

Aeron mengangguk.

"Kalau begitu aku masuk kerumah."

Akhirnya Aeron membiarkan Katya keluar dari mobilnya, dan ia pun pulang dengan hati berbunga-bunga.

***

International school, Jakarta.

"Katya, kenapa kemarin pergi terburu-buru? Telpon dariku tidak kau angkat!" Hana mendatangi Katya yang duduk santai sambil memainkan ponselnya, sedangkan dia baru saja datang dan langsung bertanya ini itu pada Katya.

"Maaf aku sibuk."

"Sibuk apa?" Hana menarik sedikit rambut Katya karena kesal.

"Aww...." Katya mengaduh sambil mengusap kulit kepalanya yang sakit kemudian mendelik pada Hana.

"Ayahku sakit, kemarin Juna sekertaris Ayah menelpon memberi kabar itu padaku soalnya kakak tidak bisa dihubungi karena sedang rapat." Jelas Katya.

Hana membolakan matanya, "Apa? Benarkah? Terus bagaimana keadaan ayahmu?" Tanya Hana.

"Sekarang sudah membaik, aku akan menjenguknya lagi pulang sekolah nanti."

"Kenapa kau tidak cerita Katya padaku sih, bikin orang kaget saja." Sungut Hana.

Katya tersenyum.

"Terus bagaimana kemarin kau bisa sampai ke rumah sakit?"

Katya terdiam, jujur atau tidak...

"Kamu jangan kaget, jangan berteriak." Bisik Katya mendekati Hana

Hana memincingkan matanya kemudian mengangguk.

"Kak Aeron yang mengantarku." Katya berbicara sangat pelan di telinga Hana.

Hana berjengkit, membuka mulutnya lebar-lebar seakan ingin berteriak, tapi ia tutup kembali dengan telapak tangannya menahan diri.

"Serius?" Jadi kak Aeron sudah bertemu kakak dan Ayahmu kemarin?" Balas Hana berbisik antusias.

Katya mengangguk.

"Benarkan! Mataku tidak pernah salah, kak Aeron menyukaimu! Terus bagaimana kelanjutannya?"

"Hmm?"

"Bagaimana reaksi ayah dan kakakmu?"

"Keluargaku tidak bereaksi apa-apa. Memangnya harus bagaimana? Kak Aeron hanya mengantarku hanya itu saja." Gumam Katya.

"Lagian  kak Aeron hanya teman yang aku mintai tolong karena keadaanku sedang terdesak, aku bukan sengaja ingin mengenalkannya secara khusus pada keluarga Hana." Lanjut Katya.

"Tapi setidaknya ia memperkenalkan dirinya kan?" Kerling Hana

"Tentu saja, itu bagian dari sopan santun kan."

"Jadi?" Hana mengerakan kedua alisnya naik turun.

"Apalagi? Tidak ada lanjutannya."

"Ah yang benar?" Desak Hana.

"Iya! Ceritanya Sudah cukup, sebentar lagi gurunya akan datang. Dan kau jangan sampe orang lain tahu kalau kak Aeron mengantarku, ingat itu Hana." Peringat Katya.

"Ya.. ya.." Hana mengangguk acuh.tapi Ia masih curiga dan akan menyelidikinya lebih dalam.

***

Waktu berjalan begitu cepat karena beberapa menit lagi bell pulang sekolah berbunyi. Tapi berbeda dengan Katya, baginya waktu berjalan sangat lambat hari ini.

Katya sangat menunggu  bell berbunyi dengan perasaan gusar.

Seperti Istirahat tadi siang, ia berusaha mencoba menelpon kakaknya untuk menanyakan keadaan ayahnya di rumah sakit. Tapi ternyata tidak tersambung, setelah itu Katya menelpon sekertaris Ayahnya, Juna, sama seperti kakaknya, Juna juga tidak mengangkat telponnya.

Alhasil ia ingin cepat-cepat pulang sekolah dan bergegas pergi ke rumah sakit.

Akhirnya bell pun berbunyi, tidak lama guru yang mengajar itupun menyudahi pertemuan kelas mereka hari ini Dan keluar dari kelas beberapa saat kemudian.

Katya langsung membereskan alat tulis serta buku-bukunya kedalam tas.

Kegaduhan kelas tiba-tiba berhenti, seiring dengan masuknya seorang anak laki-laki ke dalam kelas Katya.

Samar-samar terdengar.

"... tampan sekali..."

"Bukankah dia anak laki-laki paling populer disekolah kita?"

"...kak! Nyari saya ya?" Seorang siswi menggoda

"Kenapa senior kita bisa masuk kedalam kelas ini?"

Katya tidak mendengar celotehan teman temannya karena ia terlalu fokus membereskan barangnya.

Hana yang menyadari keheningan ini hanya bisa menatap Aeron dengan tatapan terpana. Ditambah ia juga tidak lupa menyenggol-nyenggol Katya yang tidak memperhatikan.

Aeron berjalan pelan masuk kedalam kelas Katya, ia tidak perduli dengan bisikan bisikan disekitarnya. Yang ia inginkan adalah melihat pacarnya, pacar satu bulannya.

Langkah kakinya terhenti tepat di depan meja Katya yang baru selesai membereskan barangnya, perempuan itu baru menyadari kedatangan Aeron saat laki laki itu memanggilnya.

"Katya."

Katya terkesiap, menaikan pandangannya dengan wajah panik.

Hana berbisik pelan pada Katya, "Ada apa kak Aeron kesini sampai masuk kedalam kelas kita? Apa kau punya masalah dengannya?"

Katya menggeleng.

Hening.

Semua siswa di kelas seakan berhenti bersuara dan beraktivitas, pandangan mereka tiba tiba tertuju pada laki laki berparas rupawan bertubuh tegap, Aeron. Situasi ini membuat kebanyakan dari mereka penasaran karena kedatangan senior paling populer di sekolah kedalam kelas dan  mendatangi meja seorang murid perempuan kelas satu.

"Kak.. maaf ada perlu apa ya?" Cicit Katya mendongkak sambil bertanya pelan, padahal jantungnya sudah berdebar tidak karuan.

Aeron tersenyum, sambil membenarkan tas punggungnya dan meraih tangan Katya.

"Ayo pergi, aku akan mengantarmu pulang." ajak Aeron yang membuat suasana berubah gaduh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status