Home / Romansa / One Night Stand With A Billionaire / Bab 6. Rasa Gelisah Dalam Diri Amber 

Share

Bab 6. Rasa Gelisah Dalam Diri Amber 

last update Last Updated: 2025-03-02 01:12:47

Seorang wanita cantik bernama Clara menginjakkan kakinya ke lantai marmer kafe elit yang terkenal di bandara Los Angeles. Cahaya remang lampu kristal berpadu dengan alunan musik jazz lembut menciptakan atmosfer romantis yang kontras dengan badai emosi di dalam diri Clara. 

Di sudut ruangan, duduk sosok pria tampan yang selama ini Clara puja—Julian Kingston—pengusaha muda sukses yang dikagumi banyak orang. Ketampanan Julian yang memikat dibalut setelan jas mahal tak mampu menyembunyikan aura arogan dan dingin yang menyelimuti dirinya.

Clara melangkah dengan anggun, setiap langkahnya diiringi rasa penasaran. Ada angin apa Julian tiba-tiba berinisiatif menjemputnya? Selama ini, Julian selalu mengacuhkan Clara, bahkan ketika Clara mengejar-ngejar pria itu. Padahal perjodohan antara dua keluarga sudah ditentukan, tapi Julian seolah tak peduli dengan hal itu dan tetap mengabaikan Clara.

“Lama sekali,” ucap Julian dengan nada datar, tanpa senyum.

Clara tersenyum anggun, sambil duduk di hadapan Julian. “Senang sekali merasa dibutuhkan olehmu. Ada apa kau mencariku, Tuan Kingston?” 

“Aku tidak suka basa-basi. Tujuanku meminta asistenku menjemputmu, karena aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu. Tentu saja, aku harus meluangkan waktu,” jawab Julian dingin, dengan raut wajah datar. 

‘Apa yang ingin dibicarakan Julian? Apakah dia akhirnya akan mengakui perasaannya padaku?’ batin Clara, dengan jantung berdebar lebih kencang dari biasanya. 

“Katakan, apa yang ingin kau bicarakan padaku?” tanya Clara penasaran. 

“Seperti yang kau tahu, aku sedang mengerjakan mega proyek kota digital,” ungkap Julian, suaranya tegas dan penuh tekad. “Untuk mewujudkannya, aku membutuhkan dukungan dari Mouren Inc.”

Clara mengerutkan dahi. “Apa maksudmu? Jangan bilang kau ingin menikahiku hanya untuk mendapatkan dukungan dari Mouren Inc?”

Julian menatap Clara dengan tatapan dingin. “Tepat sekali. Aku ingin menikahimu karena itu, Clara.”

Clara ternganga terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Julian. Hatinya hancur berkeping-keping, merasakan sangat sakit dan terluka. Jadi selama ini, Julian hanya ingin memanfaatkannya? Namun kenapa pria itu harus terang-terangan seperti ini? Apa pria itu sama sekali tidak memikirkan perasaannya?

“Kau tidak mencintaiku, Julian!” teriak Clara dramatis, air mata mulai mengalir di pipinya. “Harusnya kau tetap diam. Berpura-pura saja kau mencintaiku, itu lebih baik daripada berterus terang dan menghancurkan mimpi indahku!” 

“Bangunlah, Clara.” Julian tetap tenang, tatapannya tidak menunjukkan rasa bersalah. “Cinta adalah kemewahan yang tidak bisa kita beli. Aku membutuhkan Mouren Inc, dan kau adalah kuncinya.”

Clara terdiam, hatinya diliputi rasa sakit dan dilema. Di satu sisi, dia terluka karena dimanfaatkan. Di sisi lain, dia sangat mencintai Julian. Sejal awal, dia begitu menginginkan Julian. 

“Aku tidak mau,” tolak Clara dengan suara serak, menahan sesak. 

Julian mengangguk, melipat tangan di depan dada sambil berkata santai, “Well, kalau begitu akan kucari wanita lain yang bisa kunikahi untuk mendukung bisnisku.”

“Kau berengsek, Julian,” kata Clara, suaranya bergetar. 

“Pilihan ada di tanganmu.” Julian tersenyum miring. “Jadi, mau atau tidak?”

Clara terdiam dengan air mata yang masih berlinang jatuh membasahi pipinya. Hatinya merasakan sakit luar biasa. Impian yang dia bangun telah dihancurkan oleh Julian. Dia tidak mengira Julian akan tega padanya. 

Perusahaan Julian bukan perusahaan kecil. Pun Julian selama ini terkenal begitu fokus membesarkan perusahaannya. Project yang sekarang Julian tangani bukan project kecil, dan selain itu perusahaannya juga bisa mendapatkan nama lebih baik karena telah memberikan dukungan di perusahaan Julian. 

Clara menyeka air matanya sambil berkata, menahan sesak di dada, “Baiklah. Aku setuju. Kau bisa memanfaatkan aku sepuasmu, asalkan jangan pernah dekat dengan wanita lain!”  

“Good girl.” Julian sedikit menyeringai, lalu menyesap kopinya. “Kalau begitu, mari bahas soal pertunangan.”

“Haruskah secepat ini? Aku bahkan belum bertemu orang tuaku setelah aku kembali dari Texas.” Clara melebarkan mata, ekspresi bingungnya.

“Justru itu, aku akan memberikan daftar hal-hal yang harus kau bicarakan pada ayahmu. Pertunangan kita dilaksanakan lusa, tidak banyak waktu tersisa. Gunakan otak kecilmu untuk menghafal semua dengan baik, Clara,” jawab Julian tenang, tanpa sama sekali beban. 

“Kau—” Protes Clara dengan cepat dipotong oleh Julian.

“Mark akan membantumu.” Pria tampan itu pergi setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya. Menyisakan Clara dengan rahang yang nyaris jatuh ke lantai, dan Mark yang harus menyiapkan mental untuk menghadapi Clara. 

***

Sebelum menemukan Victor dan Violet di area playground bandara, Amber sempat melihat dengan panik sosok pria yang tak asing di matanya duduk sambil menelepon seseorang dan memegang dokumen di sebuah kafe dengan dinding kaca. Masih jelas di ingatannya Amber, tentang kegilaannya salah masuk kamar, hingga mengakibatkan dirinya one night stand dengan pria asing yang sama sekali tak dia kenali.  

Amber merasa lega karena dia bisa menghindar dari pria itu. Jantungnya nyaris berhenti berdetak di kala melihatnya. Pun beruntung dia berhasil menemukan anak kembarnya. Jika tidak, dia pasti akan seperti orang gila. 

Jessie mendekati Amber sambil membawakan potongan apel yang telah dia kupas, dan dua cangkir teh. “Si kembar sudah tidur, mereka mungkin kelelahan.”

Amber terpaku pada wajah mungil Victor dan Violet, anak kembarnya yang tertidur lelap di atas kasur. Kelelahan perjalanan panjang dari Dallas ke Los Angeles. Hari ini, mereka baru saja tiba di apartemen Jessie, sahabat Amber yang akan menampung mereka selama berada di Los Angeles.

Jessie duduk di kursi dekat jendela, mengamati kembar yang tertidur dengan damai. “Violet cantik sekali, Amber, dan Victor juga sangat tampan. Anehnya, mereka sama sekali tidak mirip denganmu. Apakah mereka mirip ayahnya?” tanya Jessie, suaranya berbisik agar tidak mengganggu tidur si kembar.

“Kurasa juga begitu,” jawab Amber datar. Dia tidak akan menyangkal gen ayah biologis anak kembarnya mendominasi wajah anak-anaknya, meskipun begitu sulit untuk Amber menerima bahwa Tuhan tetap saja tidak adil padanya. Mengapa dia yang bersusah payah hamil dan melahirkan, tapi justru pria itu yang mendapatkan lebih banyak kemiripan dengan Victor dan Violet?

“Wow, sepertinya dia pria yang luar biasa.” Jessie jadi menerka-nerka, seperti apa wajah pria yang menitipkan spermanya pada Amber, hingga gen terbaik bisa didapatkan Victor dan Violet.

Amber memasang wajah jengkel. “Jadi, apakah aku bukan wanita yang luar biasa, Nona Swan?”

Jessie terkekeh. “Kau ibu yang luar biasa. Tentu saja.” 

Amber tersenyum, tapi matanya tiba-tiba berkaca-kaca. “Terima kasih, Jessie. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa kau dan ibumu.” 

Jessie meraih tangan Amber dan menggenggamnya erat. “Aku selalu di sini untukmu, Amber. Kau dan si kembar adalah keluargaku juga. Maafkan aku dulu sempat memintamu menggugurkan mereka. Pilihanmu sangat hebat. Kau lebih memilih mempertahankan Victor dan Violet.” 

Amber hanya tersenyum merespon ucapan Jessie. 

“Amber,” panggil Jessie lembut. 

“Ya?” Amber menatap Jessie. 

“Kenapa kau tidak mau mencari ayah si kembar?” tanya Jessie pelan. 

Amber terdiam, ekspresinya berubah menjadi dingin. “Aku mampu membesarkan Victor dan Violet sendiri. Aku tidak butuh bantuannya.” 

Jessie menghela napas. Dia tahu Amber masih terluka oleh masa lalunya. “Aku mengerti, tapi, Victor dan Violet berhak mengetahui siapa ayah kandung mereka. Mungkin sekarang mereka belum mengerti, tapi kelak mereka akan mengerti, dan mempertanyakan ayah mereka.” 

Amber menggelengkan kepalanya tegas. “Jessie, aku takut ayah dari anak-anakku malah mengambil asuh mereka. Aku ingin membesarkan sendiri Victor dan Violet. Kau tidak usah khawatir. Aku akan selalu memberikan kasih sayang yang besar untuk kedua anakku. Mereka tidak akan kekurangan kasih sayang.” 

Jessie tidak bisa memaksakan Amber. Dia tahu Amber adalah wanita yang kuat dan mandiri. Dia yakin Amber akan mengambil keputusan terbaik untuk dirinya dan si kembar. “Baiklah. Aku mendukung semua keputusanmu, Amber. Tapi, jika kau berubah pikiran, aku selalu siap membantumu.” 

Amber tersenyum merespon ucapan Jessie. Dia bersyukur memiliki sahabat yang selalu mendukungnya dalam kondisi apa pun. Bahkan di titik terendahnya selalu ada Jessie dan keluarga mau membantunya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 85. Ending Scene (TAMAT)

    Tiga Tahun Kemudian … “Ah, Sayang. Kau tidak mau pelan.” Amber mendesah di kala Julian menghunjamnya denga tempo yang cukup liar. Lenguhan panjang membuat Julian semakin liar. Meski nyaris setiap hari berhubungan seks, tetapi tetap tak membuat mereka bosan.“Kau terlalu nikmat, Sayang. Aku susah mengendalikan diriku.” Alih-alih menurunkan tempo, malah Julian semakin menghunjam dengan semakin liar dan panas. Ya, pria tampan itu kesulitan mengendalikan diri setiap kali melakukan pergulatan panas dengan sang istri.Amber hanya bisa pasrah di kala Julian bermain semakin liar. Meski sakit, tetapi tak menampik bahwa rasanya selalu nikmat. Bahkan dia tak pernah bisa menolak setiap kali sang suami tercinta menyentuh dirinya. Dia seakan telah kecanduan dengan sentuhan sang suami yang sangat dahsyat.Hubungan suami istri kerap mempererat hubungan. Terbukti bertahun-tahun Amber menikah dengan Julian, fantasi liar di ranjang selalu ada. Mereka seakan selalu menjadi pengantin baru yang haus akan

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 84. Perfect Ending

    Los Angeles, California. Satu minggu keliling Tokyo adalah hal yang sangat menyenangkan. Amber bahagia karena bulan madunya dengan Julian ditemani dengan kembar. Ini bukan seperti bulan madu, melainkan seperti jalan-jalan keluarga, dan itu sangat menyenanangkan.Amber kini bersama Julian dan kembar telah kembali ke Los Angeles. Wanita cantik itu menatap perkotaan indah di Los Angeles. Banyak orang-orang sibuk, tetapi banyak juga pasangan muda-mudi yang menunjukkan keromantisannya.Amber terdiam sejenak, pikirannya membayangkan sesuatu. Ya, dia tak pernah menyangka waktu berjalan secepat ini. Dia masih ingat datang lagi ke Los Angeles untuk bekerja di perusahaan Clara, tetapi ternyata takdir berkata lain. Dia kembali lagi ke Los Angeles untuk kembali bertemu dengan pria yang merupakan cinta sejatinya.Sejak di mana Amber memutuskan mempertahankan kandungannya, dia berpikir akan selamanya hidup bersama dengan anak-anaknya. Dia tak memikirkan cinta, karena memang dia merasa bahwa cinta

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 83. Bukan Hanya Sekadar Bulan Madu

    Tokyo, Japan. Musim semi di Tokyo adalah sebuah simfoni warna dan kehidupan yang mekar, berlangsung dari bulan Maret hingga Mei. Saat salju dingin musim dingin mulai mencair, alam Jepang bangkit dalam balutan kelembutan bunga sakura yang merekah, menyelimuti taman dan jalanan ibu kota dengan nuansa merah muda dan putih. Suhu yang mulai hangat mengundang setiap jiwa untuk kembali menikmati udara segar dan panorama alam yang menakjubkan.Julian dan Amber, pasangan yang sedang berbulan madu, memulai perjalanan mereka di tengah keindahan tak tertandingi ini. Taman Ueno yang luas, mereka berpegangan tangan di bawah ribuan pohon sakura, kuncup bunga yang perlahan membuka kelopaknya seakan menari dalam angin sepoi-sepoi. Suasana hangat dan penuh romantika ini menjadi saksi bisu kisah cinta mereka yang baru saja bersemi.Taman Ueno, salah satu taman paling terkenal di Tokyo, adalah tempat yang memikat hati setiap pengunjung, terutama saat musim semi tiba. Saat Julian dan Amber melangkah masu

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 82. Resmi Menjadi Suami Istri 

    Alunan musik mengiringi pengantin wanita yang memasuki ballroom hotel mewah yang ada di New York. Amber didampingi James—ayah kandung Julian—memasuki sebuah ballroom hotel. Tampak para tamu undangan tak lepas menatap penampilan Amber yang begitu cantik dan sempurna. Amber seharusnya ditemani oleh ayahnya. Namun, takdir memiliki rencana yang berbeda. Hari yang indah itu, Amber ditemani oleh calon ayah mertuanya, karena ayah kandungnya telah berada di surga. Meski ada rasa sedih, tetapi hatinya tetap bersyukur. Kilat kamera wartawan terus terarah pada Amber yang baru saja memasuki ballroom hotel. Seluruh keluarga tersenyum haru bahagia melihat Amber yang hari itu terlihat seperti seorang putri raja yang sangat cantik dan menawan. Hanya satu kata yang menggambarkan Amber hari itu yaitu sempurna. Ya, pernikahan Amber dan Julian diadakan secara mewah. Ribuan tamu yang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari artis ternama, model ternama, hingga pengusaha-pengusaha ternama yang hadir

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 81. Cincin Peninggalkan Keluarga Kingston

    Langit megah seakan mendukung hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Amber dan Julian. Dua insan yang saling mencintai itu sebentar lagi akan mengikat hubungan mereka lebih sakral—di mana tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka kecuali maut. Upacara pernikahan akan segera diadakan. Amber sudah tampil cantik, dan membuat sang make up artis terkagum. Bukan hanya sang make artis yang kagum, tetapi Jessie yang ada di sana sangat kagun akan penampilan Amber. Tubuh indah Amber terbalut oleh gaun pengantin yang sangat indah. Tiara berlian yang ada di kepala Amber, membuat semua kaum hawa pasti akan menjerit iri. Ya, Amber layaknya seorang putri raja yang akan segera menikah dengan seorang pangeran tampan. Persiapan pernikahan Amber dan Julian benar-benar singkat, tetapi dari segi kesiapan semuanya berjalan seakan telah tertata dengan sempurna. Bisa dilihat dari penampilan Amber yang memukau dan hotel berbintang lima yang dipilih sebagai resepsi, begitu menunjukkan kemewahan.

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 80. Mengunjungi Makam Kedua Orang Tua Amber

    Amber menyambut kedatangan Julian. Wanita cantik itu memberikan kecupan dan pelukan di tubuh pria yang sangat dia cintai itu. Waktu menunjukkan pukul lima sore, dan Julian baru saja kembali ke kantor. Sementara kembar sudah pulang dijemput oleh sopir.“Kembar di mana?” tanya Julian seraya mengurai pelukan Amber, tapi memberikan kecupan di kening wanita itu.“Kembar sedang di ruang belajar. Mereka sedang menyelesaikan tugas-tugas mereka,” jawab Amber sambil membantu meletakan jas Julian ke tempat pakaian kotor. “Julian, bagaimana harimu di kantor? Semua baik-baik saja, kan?” tanyanya hangat. Julian melepaskan arlojinya, meletakan ke tempat penyimpanan arloji. “Ya, pekerjaanku semua baik. Tadi, ayahku mengubungiku, memintaku untuk tidak terlalu banyak memikirkan pekerjaan. Ayahku memintaku fokus pada rencana pernikahan kita. Tapi, aku sudah menjelaskan padanya, rencana pernikahan kita semua sudah diurus dengan baik. Mark banyak membantuku.”Amber mendekat, memeluk Julian dari belakang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status