Beranda / Romansa / One Night Stand With A Billionaire / Bab 7. Hanya Demi Keuntungan Bisnis 

Share

Bab 7. Hanya Demi Keuntungan Bisnis 

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-02 01:13:03

Mouren Inc selalu sibuk. Sama seperti Amber yang sedang berusaha menyesuaikan diri dengan kesibukan Mouren Inc di meja kerjanya. Ini adalah hari pertama Amber di kantor. Jadi, dia berusaha menyelesaikan tugas-tugasnya dengan tekun. Namun, keheningan kantor seiring berjalannya waktu mulai membuatnya merasa tidak nyaman. 

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, dan Amber pikir, dia bisa segera pulang untuk menjemput Victor dan Viiolet di daycare. Akan tetapi, Alan Parker, atasan Amber, tiba-tiba saja datang dan duduk di meja dekatnya dengan senyum genit. 

“Amber, bisakah kau menyelesaikan laporan ini sebelum pulang?” tanya Alan Parker, atasa Amber, dengan senyuman di wajahnya, dan tatapan yang tak lepas menatap wanita itu. 

“Tuan Parker, tapi—” 

“Laporan ini akan digunakan untuk meeting besok pagi. Kau tahu kan, Nona Mouren, putri pemilik perusahaan yang baru kembali ke sini, akan memeriksanya pukul enam pagi,” ujar Alan sambil tersenyum, dan tampak menjijikkan di mata Amber.

Amber menghela napas dalam. Dia ingin menjemput anaknya, tapi tentu tidak punya pilihan, jadi dia mengangguk singkat, “Baik, Tuan Parker. Saya akan segera menyelesaikan laporan yang Anda minta.” 

Alan Parker terus melukiskan senyuman di wajahnya, lalu dia melangkah meninggalkan Amber. Tampak Amber berkali-kali melihat ke arah jam dinding. Sudah hampir setengah enam sore. Ponselnya terus bergetar. Panggilan dari petugas daycare tempatnya menitipkan si kembar sudah sejak tadi berdering. 

‘Bagaimana ini? Violet dan Victor belum di jemput, dan aku terjebak di sini. Awas saja kalau mereka tidak membayar uang lemburku dengan benar!’ batin Amber sambil menghela napas panjang.

Amber menatap layar ponselnya dengan ekspresi cemas. Tanpa memiliki pilihan apa pun, dia menggeser tombol hijau, untuk menjawab panggilan telepon tersebut. 

“Hallo?” sapa Amber pelan kala panggilan terhubung. 

“Selamat sore, Nyonya Hayes. Maaf saya ingin memberi tahu, sekarang sudah melewati jam operasional. Tolong segera jemput putra-putri Anda karena kami akan segera tutup,” ucap petugas daycare. 

Amber memejamkan mata singkat, dan menghela napas dalam. “Iya, maafkan aku. Aku terjebak oleh lemburan di kantor, tapi aku akan segera mengirim seseorang untuk datang dan menjemput mereka.” 

“Baik, kami menunggu,” jawab petugas daycare sopan. 

Setelah menutup panggilan, Amber segera menghubungi Jessie, sahabatnya yang sudah sangat baik hati, sampai bersedia menampung dirinya, Victor dan Violet. Bahkan Jessie juga bilang tak keberatan menjaga si kembar sebentar sementara Amber bekerja. Meskipun merasa tidak enak, tapi saat ini Amber tidak punya pilihan lain selain Jessie. 

“Hallo, Amber?” sapa Jessie lebih dulu dari seberang sana. 

“Jessie, apa kau sibuk?” tanya Amber dengan nada yang merasa tak enak.

“Tidak, Amber. Aku tidak sibuk. Ada apa?” tanya Jessie hangat. 

“Jessie, maaf mengganggu. Bisakah kau menjemput Victor dan Violet di daycare? Aku terjebak di kantor harus membuat laporan. Atasanku memintaku untuk lembur, sedangkan daycare akan segera tutup. Bisakah kau menjemput Victor dan Violet?” pinta Amber, suaranya penuh kegelisahan. 

Jessie tersenyum dari balik ponselnya. “Tentu saja, Amber. Jangan khawatir. Aku akan segera menjemput si kembar.” 

“Thank you, Jessie.”  

“Tidak perlu berterima kasih. Aku sudah menganggap Victor dan Violet seperti anakku sendiri.”  

Amber merasa lega mendengar jawaban Jessie. Dia tahu dia bisa mengandalkan sahabatnya itu. Namun, kekhawatirannya terhadap Victor dan Violet membuatnya tidak bisa diam. Hanya saja dia tak punya pilihan. Amber harus menyelesaikan tugas yang diberikan atasannya sebelum dirinya pulang.

Jam terus berjalan, sekarang pukul delapan dan kantor mulai sepi. Amber fokus menyelesaikan tugasnya, tetapi tiba-tiba dia merasa ada yang mengawasinya. Dia menoleh dan melihat Alan Parker mengamatinya dengan tatapan mengganggu.

“Tuan Parker, apakah ada yang bisa saya bantu?” tanya Amber, mencoba tetap professional.

Alan Parker tersenyum genit. “Oh, Amber. Kau tahu, kau terlihat sangat menarik hari ini. Apa kau mau minum wine bersama denganku setelah ini?”

Amber mencoba tersenyum sopan. “Maaf, Tuan Parker. Saya harus menyelesaikan pekerjaan ini dan segera pulang.” 

“Jangan terlalu formal padaku, Amber,” sahut Alan Parker tidak mengerti batasan. Dia mendekati Amber dengan sikap yang semakin mengganggu. “Ayo, kita bisa meluangkan waktu bersama. Kau pasti menyukainya nanti.” 

Amber merasa tidak nyaman dan langsung memotong ucapannya, “Tuan Parker, saya ingin fokus pada pekerjaan saya. Mohon untuk tidak mengganggu saya.” 

Alan semakin mendekat, kembali mencoba menggoda, “Kau terlalu tegang, Amber. Biarkan aku membantu merilekskan tubuhmu.” 

Amber mencoba menghindar, tetapi Alan terus mendekatinya. Dia merasa terjebak dan tidak tahu harus berbuat apa. “Tuan Parker, tolong jangan melakukan ini,” ucapnya dengan nada sedikit gemetar. 

Alan seolah tak mengindahkan permintaan Amber. “Kau bisa menikmatinya, Amber. Jangan terlalu kaku.” 

Amber merasa semakin terjepit. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Akan tetapi tiba-tiba, suara pintu kantor terbuka dan salah satu rekan kerjanya muncul. Dia adalah wanita berambut coklat yang memperkenalkan dirinya sebagai Charlotte tadi pagi.

“Maaf mengganggu, Amber. Tuan Parker, aku juga sedang lembur dan ingin membeli makan malam, apa kalian mau burger dan cola di resto depan?” tanya Charlotte ramah dengan senyum.

Alan langsung berbalik dan menyadari situasinya. “Ohh, tentu saja, Charlotte. Apa kau bisa pesankan dua burger keju dan cola?”

“Tentu, ayo temani aku, Amber!” ajak Charlotte. 

Amber merasa lega ketika rekan kerjanya masuk, dan Alan pergi dengan cepat. Dia mengambil napas dalam-dalam dan berusaha mengatasi rasa gemetarnya.

Sementara itu di Kingston Corporation, dengan langkah gemulai, Clara memasuki ruang kerja Julian, senyum manis terukir di bibirnya. Dia melihat Julian yang sibuk di meja kerjanya, menghadapi tumpukan dokumen dan laptop yang menyala terang.

“Sayang, aku datang menemuimu,” ucap Clara dengan suara lembut, mencoba menarik perhatian Julian.

Julian mengangkat kepala, matanya bertemu dengan sosok Clara yang memesona di depannya. Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan sedikit gangguan karena kedatangan Clara di tengah kesibukannya.

“Kenapa kau ke sini?” tanya Julian dingin. 

Clara mendekati meja Julian dengan langkah anggunnya, merapatkan diri pada Julian yang duduk tegak di kursi. Dia memperlihatkan senyumnya yang manis, mencoba mencairkan gunung es dari Julian Kingston.

“Aku hanya ingin melihatmu, Julian. Aku merindukanmu,” ucap Clara dengan suara lembut, matanya memancarkan kilau keinginan.

Julian merasa sedikit terganggu dengan kedekatan Clara. Dia tidak terbiasa dengan ekspresi perhatian dan kasih sayang yang terlalu manis dari Clara. Namun, dia tidak menolak kehadirannya, karena bagaimanapun dia membutuhkan Clara untuk bisnisnya. 

“Aku sedang sibuk dengan pekerjaanku,” jawab Julian singkat, mencoba memfokuskan perhatiannya kembali pada dokumen di depannya. “Jika bukan hal yang penting, segera pulanglah.” 

Clara menatap Julian dengan tatapan penuh harap. Dia mencintai Julian lebih dari apa pun, meskipun Julian sering kali bersikap dingin dan acuh padanya. Baginya, Julian adalah segalanya, dan dia bersedia melakukan apa pun untuk menjaga hubungan itu.

“Kita akan bertunangan besok, dan seperti ini saja responmu?” Clara merajuk, dengan nada manja, “Julian, aku sudah bilang pada Dad tentang proyek yang kau minta, jadi kenapa kau masih begini?”

Julian mengangkat sebelah alisnya, dia membawa wanita itu duduk di pangkuannya. “Jadi, apa yang dikatakan ayahmu?”

Clara langsung bahagia dengan perhatian kecil itu. “Dad akan menyetujuinya.”

“Good. Kau memang bisa aku andalkan,” ucap Julian dengan seringai di wajahnya. 

Clara mengalungkan tangannya ke leher Julian. “Apa pun, asal kau tidak meninggalkanku, maka aku akan melakukan permintaanmu.” 

Dalam benak Julian, dia berpikir bahwa ini memang yang terbaik. Clara adalah wanita cantik dan sepadan dengannya, dan menjalin hubungan dengan Clara akan membuat hidupnya lebih mudah. Meskipun tidak ada api yang berkobar di dalam dirinya untuk Clara, tapi Julian menganggap ini sebagai kesempatan yang baik untuk memperkuat posisinya di dunia bisnis. Lagi pula, sejak dulu Julian Kingston tak pernah mengenal kata cinta. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 85. Ending Scene (TAMAT)

    Tiga Tahun Kemudian … “Ah, Sayang. Kau tidak mau pelan.” Amber mendesah di kala Julian menghunjamnya denga tempo yang cukup liar. Lenguhan panjang membuat Julian semakin liar. Meski nyaris setiap hari berhubungan seks, tetapi tetap tak membuat mereka bosan.“Kau terlalu nikmat, Sayang. Aku susah mengendalikan diriku.” Alih-alih menurunkan tempo, malah Julian semakin menghunjam dengan semakin liar dan panas. Ya, pria tampan itu kesulitan mengendalikan diri setiap kali melakukan pergulatan panas dengan sang istri.Amber hanya bisa pasrah di kala Julian bermain semakin liar. Meski sakit, tetapi tak menampik bahwa rasanya selalu nikmat. Bahkan dia tak pernah bisa menolak setiap kali sang suami tercinta menyentuh dirinya. Dia seakan telah kecanduan dengan sentuhan sang suami yang sangat dahsyat.Hubungan suami istri kerap mempererat hubungan. Terbukti bertahun-tahun Amber menikah dengan Julian, fantasi liar di ranjang selalu ada. Mereka seakan selalu menjadi pengantin baru yang haus akan

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 84. Perfect Ending

    Los Angeles, California. Satu minggu keliling Tokyo adalah hal yang sangat menyenangkan. Amber bahagia karena bulan madunya dengan Julian ditemani dengan kembar. Ini bukan seperti bulan madu, melainkan seperti jalan-jalan keluarga, dan itu sangat menyenanangkan.Amber kini bersama Julian dan kembar telah kembali ke Los Angeles. Wanita cantik itu menatap perkotaan indah di Los Angeles. Banyak orang-orang sibuk, tetapi banyak juga pasangan muda-mudi yang menunjukkan keromantisannya.Amber terdiam sejenak, pikirannya membayangkan sesuatu. Ya, dia tak pernah menyangka waktu berjalan secepat ini. Dia masih ingat datang lagi ke Los Angeles untuk bekerja di perusahaan Clara, tetapi ternyata takdir berkata lain. Dia kembali lagi ke Los Angeles untuk kembali bertemu dengan pria yang merupakan cinta sejatinya.Sejak di mana Amber memutuskan mempertahankan kandungannya, dia berpikir akan selamanya hidup bersama dengan anak-anaknya. Dia tak memikirkan cinta, karena memang dia merasa bahwa cinta

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 83. Bukan Hanya Sekadar Bulan Madu

    Tokyo, Japan. Musim semi di Tokyo adalah sebuah simfoni warna dan kehidupan yang mekar, berlangsung dari bulan Maret hingga Mei. Saat salju dingin musim dingin mulai mencair, alam Jepang bangkit dalam balutan kelembutan bunga sakura yang merekah, menyelimuti taman dan jalanan ibu kota dengan nuansa merah muda dan putih. Suhu yang mulai hangat mengundang setiap jiwa untuk kembali menikmati udara segar dan panorama alam yang menakjubkan.Julian dan Amber, pasangan yang sedang berbulan madu, memulai perjalanan mereka di tengah keindahan tak tertandingi ini. Taman Ueno yang luas, mereka berpegangan tangan di bawah ribuan pohon sakura, kuncup bunga yang perlahan membuka kelopaknya seakan menari dalam angin sepoi-sepoi. Suasana hangat dan penuh romantika ini menjadi saksi bisu kisah cinta mereka yang baru saja bersemi.Taman Ueno, salah satu taman paling terkenal di Tokyo, adalah tempat yang memikat hati setiap pengunjung, terutama saat musim semi tiba. Saat Julian dan Amber melangkah masu

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 82. Resmi Menjadi Suami Istri 

    Alunan musik mengiringi pengantin wanita yang memasuki ballroom hotel mewah yang ada di New York. Amber didampingi James—ayah kandung Julian—memasuki sebuah ballroom hotel. Tampak para tamu undangan tak lepas menatap penampilan Amber yang begitu cantik dan sempurna. Amber seharusnya ditemani oleh ayahnya. Namun, takdir memiliki rencana yang berbeda. Hari yang indah itu, Amber ditemani oleh calon ayah mertuanya, karena ayah kandungnya telah berada di surga. Meski ada rasa sedih, tetapi hatinya tetap bersyukur. Kilat kamera wartawan terus terarah pada Amber yang baru saja memasuki ballroom hotel. Seluruh keluarga tersenyum haru bahagia melihat Amber yang hari itu terlihat seperti seorang putri raja yang sangat cantik dan menawan. Hanya satu kata yang menggambarkan Amber hari itu yaitu sempurna. Ya, pernikahan Amber dan Julian diadakan secara mewah. Ribuan tamu yang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari artis ternama, model ternama, hingga pengusaha-pengusaha ternama yang hadir

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 81. Cincin Peninggalkan Keluarga Kingston

    Langit megah seakan mendukung hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Amber dan Julian. Dua insan yang saling mencintai itu sebentar lagi akan mengikat hubungan mereka lebih sakral—di mana tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka kecuali maut. Upacara pernikahan akan segera diadakan. Amber sudah tampil cantik, dan membuat sang make up artis terkagum. Bukan hanya sang make artis yang kagum, tetapi Jessie yang ada di sana sangat kagun akan penampilan Amber. Tubuh indah Amber terbalut oleh gaun pengantin yang sangat indah. Tiara berlian yang ada di kepala Amber, membuat semua kaum hawa pasti akan menjerit iri. Ya, Amber layaknya seorang putri raja yang akan segera menikah dengan seorang pangeran tampan. Persiapan pernikahan Amber dan Julian benar-benar singkat, tetapi dari segi kesiapan semuanya berjalan seakan telah tertata dengan sempurna. Bisa dilihat dari penampilan Amber yang memukau dan hotel berbintang lima yang dipilih sebagai resepsi, begitu menunjukkan kemewahan.

  • One Night Stand With A Billionaire   Bab 80. Mengunjungi Makam Kedua Orang Tua Amber

    Amber menyambut kedatangan Julian. Wanita cantik itu memberikan kecupan dan pelukan di tubuh pria yang sangat dia cintai itu. Waktu menunjukkan pukul lima sore, dan Julian baru saja kembali ke kantor. Sementara kembar sudah pulang dijemput oleh sopir.“Kembar di mana?” tanya Julian seraya mengurai pelukan Amber, tapi memberikan kecupan di kening wanita itu.“Kembar sedang di ruang belajar. Mereka sedang menyelesaikan tugas-tugas mereka,” jawab Amber sambil membantu meletakan jas Julian ke tempat pakaian kotor. “Julian, bagaimana harimu di kantor? Semua baik-baik saja, kan?” tanyanya hangat. Julian melepaskan arlojinya, meletakan ke tempat penyimpanan arloji. “Ya, pekerjaanku semua baik. Tadi, ayahku mengubungiku, memintaku untuk tidak terlalu banyak memikirkan pekerjaan. Ayahku memintaku fokus pada rencana pernikahan kita. Tapi, aku sudah menjelaskan padanya, rencana pernikahan kita semua sudah diurus dengan baik. Mark banyak membantuku.”Amber mendekat, memeluk Julian dari belakang.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status