Share

Bab 3

Author: Daniza
“Masih mau?”

“Nggak usah lagi.”

“Sebenarnya nggak perlu kejar kesempurnaan. Lagian, kau sudah sempurna. Jadi, nggak usah minder.”

Mendengar hiburan Jimmy, aku mengucap terima kasih padanya, “Makasih atas ucapannya.”

Jimmy mengobrol denganku lagi. Setelah melihat aku rileks, aku disuruh Jimmy pergi baring di ranjang untuk cek selanjutnya.

Tapi, Jimmy memberi saran sebelum aku baring, “Mau pakai sarung mata nggak? Biar lebih rileks.”

Terpikir akan adegan memalukan sebelumnya, aku pun menyetujuinya.

Setelah memakai sarung mata, tatapanku jadi gelap, tapi kulit jadi lebih sensitif.

Aku bisa merasakan Jimmy sedang membuka bajuku, braku di geser ke atas dan tangannya meremas payudaraku.

“Dok …”

Aku bersuara karena merasa apakah perbuatan ini benar.

Namun, Jimmy menjawab dengan tenang, “Ini tes tingkat sensitifitas tubuhmu dan bantu kau kembangkan tubuhmu yang terindah. Supaya kau lebih paham akan keunikan tubuhmu dan meningkatkan rasa percaya diri.”

Aku mengangguk setengah paham.

Tangan Jimmy makin ke bawah, tubuhku juga menjadi makin aneh.

Aku merasa ringan, seakan-akan melayang di udara, tetapi kepalaku malah jadi pusing.

Saat ini, Jimmy telah melepaskan celana dalamku. Aku merasa dingin pada bagian bawah tubuhku.

Pada detik berikutnya, tangan Jimmy melekat.

Aku tahu dia nggak pakai sarung tangan, karena sentuhannya sangat jelas dan … lebih menyentuh titik paling sensitif.

Aku nggak bisa tahan mengerang.

“Dia cantik sekali.”

Mendengar Jimmy berkata demikian, pipiku memerah. Aku mulai nggak sabar menunggu saatnya menunjukkannya pada pacarku.

Pada detik berikutnya, sebuah kepala terkubur di antara kedua kakiku dan aku mendengar suara isapan.

Tubuhku jadi tegang. Setelah sadar akan apa yang dilakukannya, aku berteriak kaget, “Dokter Jimmy!”

Aku ingin melepaskan sarung mataku, tetapi Jimmy malah menahan kedua tanganku dan terus menundukkan kepalanya. Aku bisa merasakan gerakan bibirnya saat dia berbicara, “Rileks …”

Suaranya seperti sihir, ditambah aku juga nggak bisa melepaskan diri darinya, sehingga aku pun nggak bergerak lagi.

Tubuhku pelan-pelan menjadi semakin lunak. Aku mengerang dan mengelus kepalanya dengan kedua kakiku, seakan-akan sedang menjawabnya.

Jimmy melepaskan tangannya.

Aku mendengar suara gesekan baju, lalu Jimmy menekanku.

Tiba-tiba, alarm di hatiku berbunyi. Aku merasa ada yang aneh.

Pada detik berikutnya, Jimmy meluruskan pinggangnya dan masuk begitu saja!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Operasi Rahasia, Dokter Sadis   Bab 7

    “Jangan sampai ketahuan videonya tersebar. Karena latar belakang di video itu sama persis dengan ruang prakteknya. Kita bisa menggugatnya dan pasti menang!”Mendengar ini, aku merasa lega.Setelah keluar, aku melihat perawat yang membukakan pintu untuk Jordan waktu itu.Kami saling bertatapan, tapi dia langsung menghindar. Dia nggak berani menatapku.Dalam keputusasaan, aku menarik tangannya dan langsung membawanya ke dalam mobil tanpa peduli dengan dia yang meronta.“Apa kau juga diancam Jimmy?”Perawat itu meronta, “Apa yang kau bilang? Aku nggak diancam kok!”“Kalau gitu, berarti kau bersekongkol dengan Jimmy. Kau bantu dia mencelakai wanita lain! Lihat saja, begitu aku dapat bukti, aku penjarakan kalian berdua!”Aku ambil ponsel dan membuka video yang kurekam saat mengintai dulu. Itu video Jimmy berpelukan dan saling berciuman dengan seorang wanita di dalam mobil.Wanita itu adalah perawat ini.Aku bisa melihat perawat ini sebenarnya menolak Jimmy, tapi dia malah membiarkan Jimmy m

  • Operasi Rahasia, Dokter Sadis   Bab 6

    “Gimana dengan air liur?”“Juga nggak ada. Kau masih ingat nggak? Sebelumnya kau pergi pipis, mungkin tersiram waktu itu.”Setelah lama tercengang, aku memeluk Jordan dan menangis.“Kalau gitu, gimana? Kalau nggak ada bukti, dia nggak bakal ngaku. Apa kita mau biarkan b*jingan itu begitu saja?”Jordan menghiburku dengan penuh rasa iba, lalu berkata, "Biar aku yang cari cara. Aku akan pastikan b*jingan itu membayar atas perbuatannya."Setelah mengantarku keluar dari rumah sakit, Jordan langsung keluar.Katanya dia mau pergi cari bukti. Dia mulai dari hubungan rekan kerja Jimmy.Namun, begitu ke sana, Jordan diusir oleh satpam rumah sakit.Jimmy melihatnya dari jendela lantai dua, lalu berkata tanpa suara “bodoh”.Jordan nggak berani membuat keributan karena takut aku terungkap dan akan merusak reputasiku.Oleh karena itu, Jordan ganti rencananya. Dia menghalangi semua orang yang hendak pulang kerja dari rumah sakit di stasiun kereta bawah tanah dekat rumah sakit.Namun, semua orang hany

  • Operasi Rahasia, Dokter Sadis   Bab 5

    “Ini apa? Jangan bilang padaku, kau sendiri nggak bakal bisa menghasilkan bekas ini!”Aku sangat panik, pikiranku sudah kacau. Aku sama sekali nggak tahu mau ngomong apa. Aku nggak nyangka kejadian ini bakal terungkap secepat ini.Jordan suruh aku jangan ngomong, tapi dia malah lebih emosi. Dia menatapku dengan penuh kekecewaan.“Biasanya saat berhubungan denganku, kau nggak bakal biarkan aku lihat. Tapi, pria itu boleh berbuat intim denganmu ya?”Sambil berbicara, Jordan mengusap kulit bagian itu dengan alkohol seolah-olah ingin melampiaskan amarahnya.“Bukan, bukan.” Aku tahu kalau aku nggak jelaskan padanya, aku beneran akan kehilangan dia. Air mataku mengalir seketika, “Dia yang perkosa aku.”Jordan meredakan amarahnya dan bertanya, “Apa maksudmu?”Aku menggigit bibir bawahku dan merasa malu hingga nggak bisa berkata-kata.Setelah melihatku beberapa saat, Jordan mulai tenang, lalu menarik napasnya dan berkata, “Kau ke toilet dulu. Kita bahas nanti. Aku tunggu kau.”Aku memang sudah

  • Operasi Rahasia, Dokter Sadis   Bab 4

    Aku tersadar dan segera melepaskan sarung mataku. Aku melihat Jimmy menunggangiku dengan penuh nafsu dan mabuk.Aku pun berteriak, “Tolong!”Sudah sampai pada detik ini, apa aku masih nggak paham?Melihat ini, wajah Jimmy tampak muram. Dia menegakkan pinggangnya dan menutupi mulutku.“Jangan bersuara! Di belakangku ada kamera. Kalau nggak mau wajah cabulmu dikagumi orang lain di internet, turuti aku!”Air mataku mengalir. Aku menarik tangannya dan menggigitnya.“S*alan!” jerit Jimmy. Saat Jimmy hendak menamparku, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang mendesak.“Dokter Jimmy, ada seorang pria yang mengaku sebagai pacar Nona Yuli Winata kemari. Apa kami boleh masuk sekarang?”Jimmy kaget.Aku juga kaget, lalu mataku penuh dengan harapan.Jimmy bertanya padaku dengan wajah muram, “Kau bohong aku? Kau bukan diam-diam datang, melainkan pacarmu yang temani kau ke sini?”Aku nggak niat menjawab dan hanya ingin menolaknya.Pintu diketuk lagi.Jimmy segera turun dari tubuhku dan mengenak

  • Operasi Rahasia, Dokter Sadis   Bab 3

    “Masih mau?”“Nggak usah lagi.”“Sebenarnya nggak perlu kejar kesempurnaan. Lagian, kau sudah sempurna. Jadi, nggak usah minder.”Mendengar hiburan Jimmy, aku mengucap terima kasih padanya, “Makasih atas ucapannya.”Jimmy mengobrol denganku lagi. Setelah melihat aku rileks, aku disuruh Jimmy pergi baring di ranjang untuk cek selanjutnya.Tapi, Jimmy memberi saran sebelum aku baring, “Mau pakai sarung mata nggak? Biar lebih rileks.”Terpikir akan adegan memalukan sebelumnya, aku pun menyetujuinya.Setelah memakai sarung mata, tatapanku jadi gelap, tapi kulit jadi lebih sensitif.Aku bisa merasakan Jimmy sedang membuka bajuku, braku di geser ke atas dan tangannya meremas payudaraku.“Dok …”Aku bersuara karena merasa apakah perbuatan ini benar.Namun, Jimmy menjawab dengan tenang, “Ini tes tingkat sensitifitas tubuhmu dan bantu kau kembangkan tubuhmu yang terindah. Supaya kau lebih paham akan keunikan tubuhmu dan meningkatkan rasa percaya diri.”Aku mengangguk setengah paham.Tangan Jimm

  • Operasi Rahasia, Dokter Sadis   Bab 2

    Tubuhku tiba-tiba kaku, suaraku bergetar nyaris seperti tangisan, “Dokter Jimmy...”“Jangan khawatir, ini pemeriksaan normal.” Jimmy menegaskan lagi.Melihat Jimmy yang fokus dan serius, tak sedikit pun terlihat ekspresi mesum. Barulah aku pelan-pelan menjadi rileks.“Gimana dengan hasilnya? Tadi Anda bilang … pria bakal sangat menyukainya, apa maksudnya?”Muncul harapan dalam hatiku. Alangkah baiknya kalau nggak perlu operasi, karena aku juga takut.Jimmy tak langsung menjawab, melainkan jarinya menyelusup perlahan ke dalam.Aku langsung mengerang dan tubuhku pun bergetar.“Cantik sekali,” ucap Jimmy.“Apa?” Suaraku bergetar.“Kau lihat sendiri.”Jimmy tiba-tiba berjalan ke ujung ranjang, lalu menarik gorden di depan dinding untuk memperlihatkan cermin di belakangnya.Aku melihat diriku di depan cermin tanpa persiapan apa pun.Pipiku memerah, tatapanku kosong, bajuku terangkat, rok juga terangkat, kakiku terbuka lebar, jari kakiku melengkung, tanpa tersembunyi dan … sangat menggoda.A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status