"Baik, Arya." Kataku.
"Aku senang kamu mulai memanggil nama aku saja. Kamu ingin mengetahui apa yang dapat membuat ku merasa jauh lebih senang?" tanya Arya.
"Apa itu?" tanyaku.
"Dipanggil sayang." kata Arya sambil tersenyum.
"Apa maksudnya? Hentikan! Kamu ini memang suka bercanda saja." Kataku.
"Kenapa aku bercanda? Jika aku serius, memangnya masalah?" tanya Arya.
"Tidak juga, sudah kamu fokus saja mengendarai mobil." Kataku.
"Baik, dokter cantik." kata Arya sambil tersenyum dan melihat aku.
"Kamu bisa saja, Arya." Kataku.
Kami sampaikan di depan rumah asisten dan dokter Dirga sudah berada di sana. Dia sepertinya menunggu aku dengan sangat tajam melihat ke arah Arya.
"Dokter Mia!" Kata dokter Dirga.
"Dokter Dirga, apa yang sedang dilakukan?" tanyaku.
"Saya menunggu kamu, ada yang ingin saya bicarakan kepada kamu." Jawab dokter Dirga.&n
Saat aku tiba di ruangan, sudah ada Robi dan Dika."Kalian! Ada apa datang kemari?" tanyaku"Aku ingin bertemu dokter Mia, apa dokter Mia sibuk?" tanya Robi."Sebenarnya sekarang aku akan melakukan operasi, jadi kalian tunggu saja di sini." Jawabku."Baik, dokter Mia. Aku akan menunggu di sini." Kata Robi."Kami bukan kamu saja." Kata Dika."Terserah aku saja, siapa juga yang mengajak kamu datang ke rumah sakit ini." Kata Robi."Apa sudah ada orang yang pernah mengatakan kepada kamu bahwa kamu itu menyebalkan sekali?" tanya Dika."Sepertinya tidak, hanya kamu yang mengatakan itu kepada aku. Semua orang tidak pernah mengatakan itu." Kata Robi."Bagus, itu artinya aku adalah orang pertama yang mengatakan itu terhadap kamu." Kata Dika."Iri saja kamu, Dika." Kata Robi."Aku pergi, kalian tunggu saja di sini." kataku."Baik, dokter M
"Benarkah?" tanyaku."Padahal dia tidak mengetahui apa pun tentang aku. Tapi sikap dia sekarang mengetahui segalanya. Aku tidak suka melihat dia." Jawab Robi."Benarkah?" tanyaku."Dswri tadi dokter Mia hanya mengajak benarkah. Apa tidak ada perkataan yang lain?" tanya Dika."Lalu, apa yang harus aku katakan?" tanyaku."Setidaknya dokter Mia mengatakan hal yang lain." Jawab Dika."Baik, aku akan menanyakan apa yang kalian inginkan sampai datang kemari sampai bersedia menunggu saya dengan waktu yang lama?" tanyaku."Aku ingin mengatakan sesuatu terhadap dokter Mia." Jawab Robi."Apa itu?" tanyaku."Aku ingin hanya mengenal dokter Mia lebih dalam." Jawab Robi."Begitu." Kataku."Aku juga sama, dokter Mia." Kata Dika.Mereka berdua ingin mengenal aku lebih dalam. Akhirnya aku menjawab semua pertanyaan mereka berdua."Dokter, apa be
Mereka itu hanya anak SMA dan tidak mungkin mendekati aku. Mereka berdua sudah seperti adik aku sendiri. Pasti Arya salah mengartikan sikap mereka berdua."Kenapa tidak mungkin? Mereka sudah pasti menyukai kamu." Jawab Arya."Tidak mungkin, mereka berdua pasti menganggap aku ini sebagai kakak mereka sendiri. Sebab mereka berdua itu hanya merasa kesepian bukan membutuhkan cinta. Mungkin benar pada masa mereka berdua, cinta itu menyenangkan. Tapi aku tahu betul yang mereka butuhkan." Kataku."Tapi kamu tidak mengetahui apa yang mereka inginkan, bukan? Seseorang terkadang lebih melakukan keinginan bukan kebutuhan. Sebab merk ingin merasakan keinginan dalam hidup mereka meski hanya sekali." Kata Arya.Saat aku mendengar perkataan Arya, itu terasa sangat benar sebab itu semua memang terjadi dalam kebanyakan orang."Apa itu benar?" tanyaku sambil merasa ragu."Jika kamu tidak mempercayai aku, kamu dapat bertanya
"Ini memang salah kamu yang selalu pulang malam, seharusnya kamu bisa pulang lebih awal lagi. Lihat adik kamu! Dia sudah pulang dari tadi padahal pekerjaan dia lebih sulit dari kamu." kata nenek sambil marah"Pekerjaan aku dan Mia jelas berbeda. Mia itu bekerja di ruang sakit dan jam kerja dia sudah diatur. Sedangkan aku ini seorang Aktris bermain dari pagi hingga malam sebab adegan yang aku mainkan tidak tentu. Aku bisa bermain di siang hari atau malam hari. Jadi, pekerjaan kami tidak bisa disamakan." kata Aluna sambil marah."Kamu sudah pandai berbicara ternyata, bagus kamu sudah menyadari pekerjaan kamu itu. Dari dahulu nenek tidak pernah menyetujui itu. Nenek hanya ingin kamu fokus terhadap pelajaran dan juga memulai karir yang nenek tentukan." kata nenek sambil marah."Nenek selalu seperti ini, nenek tidak pernah mengerti apa yang aku inginkan. Aku juga ingin menggapai mimpi bukan menuruti keinginan nenek. Aku juga berhak atas kehidupan ak
Arya bersiap pergi ke kantor dan orang tua Arya menyuruh dia untuk mengantar aku bekerja. "Kenapa kamu tidak pergi ke rumah Mia?" tanya mama Laras. "Benar, kamu harus lebih perhatian terhadap Mia." Jawab papa Hendra. "Tentu saja, aku juga menang akan menemui dia. Aku tidak akan membiarkan dia pergi sendiri selama aku bisa mengantar dia." Kata Arya. "Posesif juga kamu, Arya." Kata papa Hendra. "Bukam begitu tapi ada anak SMA yang menyukai dia. Aku tidak ingin mereka berdua mendekati Mia. Nanti Mia tidak akan mencintai aku." Kata Arya. "Kamu cemburu terhadap anak SMA? Ternyata kamu sangat mencintai Mia." Kata mama Laras. "Tentu saja, aku sangat mencintai Mia." Kata Arya. "Papa ingin memberi hadiah kepada Mia tapi papa tidak mengetahui apa yang dia suka. Menurut kamu apa yang paling diinginkan oleh Mia? Benda apa yang dia sukai?" tanya papa Honda. "Aku juga tidak mengetahui itu."
Tanpa aku sadari, aku sudah menceritakan masalah pribadi aku terhadap Arya. Aku belum pernah menceritakan sesuatu yang amat dalam tentang keluarga aku selain kepada suster Wulan. Bahkan masalah kakak dan nenek tidak pernah aku ceritakan kepada suster Wulan. Tapi sekarang aku merasa seperti tidak sendiri dan memiliki tempat untuk bercerita apa yang aku rasakan. Aku memang tidak mengerti apa arti dari kata cinta tapi aku mengerti arti dari kata nyaman. Dan itu aku bisa dapatkan dari Arya. Dia memberikan ku rasa nyaman meski dia orang yang baru aku kenal. Ini aneh bagi aku, sebab aku tidak penuh merasa nyaman terhadap orang siang. Hanya kepada kakak aku saja, aku bisa bercerita bebas. Tapi masalah ini aku juga tidak bisa menceritakan kepada kakak. Aku takut semakin nyaman dengan Arya semakin aku tdk bisa menganggap dia sebagai teman biasa saja. Arya melihat ke arah aku dan bertanya tentang apa yang sedang aku pikirkan."Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Arya.
Saat bermain drama, kakak dan kak Hengky memang terlihat serasi. Sutradara juga sangat senang dengan adegan yang dibuat. Tampak nyata dan meyakinkan sekali."Bagus sekali, ini terlihat sangat nyata dan bagus. Saya suka sekali dengan tatapan mata kalian. Membuat kita yakin bahwa drama ini terlihat sangat nyata sekali." Kata sutradara."Terima kasih pak sutradara, saya juga sangat senang bisa bermain dengan Aluna. Dia memang aktris yang hebat sekali." kata Hengky sambil tersenyum kepada Aluna.Kakak hanya berdiam diri saja dan tidak mengatakan apa pun."Kenapa kamu diam saja? Apa kamu sakit?" tanya sutradara."Tidak pak, saya baik baik saja." Jawab Aluna."Baik." Kata sutradara."Saya harus membayar naskah untuk yang selanjutnya." Kata Aluna."Benar, ini dia naskahnya." Kata sutradara."Kenapa kalian tidak bersama lagi saja? Kalian ini terlihat sangat cocok." Kata sutradara.&
"Terima kasih atas kerja sama kita yang berlangsung dengan sangat baik. Saya permisi." Kata Arya. "Silahkan, pak Arya." Kata rekan kerja Arya. Arya langsung pergi ke kantor dia. Orang tua Arya sudah menunggu Arya di ruang kerja. "Pertemuan kalian sudah selesai?" tanya papa Hendra. "Sudah papa, mereka juga sangat setuju dengan ide produk yang aku berikan. Ini akan sangat membuat kita terlihat profesional." Jawab Arya. "Kamu memang anak yang bisa diandalkan." Kata mama Laras. "Bagaimana dengan Mia? Apa benar yang dia inginkan itu tas?" tanya papa Hendra. "Dia mengatakan apa saja yang diberikan akan membuat dia sangat senang. Saat aku memberikan dia pendapat dia setuju. Sudah berikan dia tas saja." Kata Arya. "Baik, dia memang nak yang ia dan tidak mengharapkan apa pun dari kamu. Papi semakin setuju kamu bersama dia. Jika bisa cepat menikah dengan dia. Papa ingin sekali melih