Saat aku memeriksa pasien dan waktu mendekati pukul 9 pagi. Ada pasien yang kritis dan harus segera diberikan tindakan. Dia harus segera dioperasi. Aku langsung membawa dia ke ruangan operasi. Aku tahu ini akan membantu aku terlambat ke sekolah Robi. Tapi nyawa pasien lebih penting. Aku harus meminta maaf nanti kepada Robi. Sepertinya aku akan sangat terlambat.
"Jika dokter tidak bisa, kami akan memanggil dokter yang lain." Kata suster Wulan.
"Tidak, saya bisa. Tidak masalah jika terlambat. Sebab dokter lain sudah sibuk dengan pasien yang lainnya." Kataku.
"Dokter Mia ini memang terbaik. Kalau begitu saya akan mempersiapkan semuanya." Kata suster Wulan.
Kami langsung melakukan tindakan operasi. Dan butuh waktu 1 jam lebih untuk menyelesaikan operasi ini.
"Saya permisi." Kataku.
Aku langsung bergegas pergi ke ruang kerja dan bersiap untuk pergi. Aku berniat naik motor supaya bisa cepat sampai. Saat sampai a
"Maaf dokter Mia, saya belum menceritakan tentang ini kepada dokter Mia. Saya dan Dika akan satu universitas. Kami sudah dimasukkan ke dalam jurusan yang sama yaitu bisnis. Padahal aku memang ingin mendaftar ke sekolah tentara. Dika juga ingin masuk ke jurusan kedokteran. Dia sangat ingin menjadi dokter." Kata Robi."Begitu, saya tidak menyangka masa depan kalian harus ditentukan oleh keluarga kalian. Tapi kalian harus tetap semangat dan melakukan itu. Sebenarnya saya juga menjadi dokter bukan karena keinginan sendiri. Ini adalah keinginan nenek saya. Tapi saya berusaha yang terbaik dan mewujudkan keinginan nenek." Kataku."Ternyata dokter Mia juga sama dengan kami. Menjadi dokter bukan keinginan dokter Mia." Kata Dika."Tapi sekarang aku sudah menyukai pekerjaan ini. Aku merasa senang sebab aku dapat menyelamatkan orang lain." Kataku."Jadi, dokter Mia tidak berniat menjadi seorang dokter?" tanya Dika."Benar, saya me
"Benar." Jawabku."Dia menyuruh kamu menangani pasien itu." Kata suster Wulan."Itu emang harus dilakukan tapi yang membuat aku tidak nyaman adalah dia tidak mengetahui apa pun sehibgudia selalu bertanya tanpa melakukan semuanya dengan benar. Untung saja aku yang menangani pasien itu bukan dokter lain. Jika itu dokter lain, dia pasti sudah dimarahi. Aku tidak tega juga melihat wajah dia yang ketakutan dan tidak mengerti tentang operasi." Kataku."Tentu saja, dokter akan memarahi dia. Seharusnya dia belajar saja dan memanggil aku dan dokter Mia. Bukan dia dan dokter Mia yang menangani pasien itu. Dokter Mia juga seharusnya menghubungi aku. Supaya aku bisa membantu dokter Mia." Kata suster Wulan."Aku juga tidak mengetahui bahwa dia adalah mahasiswa yang baru saja magang di rumah sakit ini. Aku pikir dia memang seorang suster. Aku baru mengetahui itu disaat operasi selesai dilakukan." Kataku."Ada ada saja. Dokter Mia ma
"Kamu ini paling bisa mencari alasan." Kataku."Tentu saja, aku akan mencari cara untuk bisa bersama kamu." Kata Arya."Sudah, kita jalan saja." kataku sambil berjalan dengan Arya.Aku membawa Arya pergi ke ruangan pak Andi. Ternyata pak Andi sudah berada di depan pintu ruangan."Itu ada pak Andi!" Kataku."Benarkah?" tanya Arya."Itu! Kamu tidak melihatnya?" tanyaku sambil menunjuk ke arah pak Andi."Benar juga, itu dia." Jawab Arya."Jika kamu pergi sendiri juga akan melihat pak Andi. Kamu menang pandai mencari alasan." Kataku."Apa kamu tidak senang mengantar aku kemari?" tanya Arya."Tidak tapi aku harus pergi ke ruangan pasien sekarang juga." Jawabku."Baik, kamu pergi saja. Aku bisa ke ruangan dia." Kata Arya."Tentu saja, ini sudah berada di dekat pak Andi. Tidak mungkin tersesat, bukan?" tanyaku.Pak Andi langsung
Saat jam pulang, Arya langsung datang ke rumah sakit dengan cepat."Kamu sudah sampai lagi di depan ruang sakit." Kataku."Tentu saja, aku akan sangat cepat untuk bisa bertemu dengan kamu." Kata Arya."Mulai, kamu selalu saja berkata seperti itu kepada aku." Kataku."Aku serius, aku senang bertemu dengan kamu. Ayo kita pulang sekarang!" kata Arya sambil membuka pintu mobil.Dika mendadak kelurahan dari ruang sakit."Dika!" Kataku."Dokter Mia! Kak Arya!" Kata Dika."Sedang apa kamu berada di sini? Apa kamus sakit? Atau kamu bertengkar lagi sampai terluka? Aku sudah mengajak bahwa kamu harus menahan emosi." Kataku."Tidak dokter Mia, aku baru mengantar teman aku yang sakit." Kata Dika."Halo dokter Mia, ternyata ini yang namanya dokter Mia. Dokter memang baik antara juga cantik. Saya Tarisa, teman dari Dika dan Robi." Kata Tarisa."Hai Tarisa, senang dapa
Aku langsung masuk ke dalam rumah dan semua orang sudah menunggu Arya."Di mana Arya?" tanya nenek."Benar, kenapa dia tidak ikut masuk kemari?" tanya mama."Apa dia langsung pulang ke rumah?" tanya papa."Benar, Arya langsung pulang. Memangnya kenapa?" tanyaku."Tidak, kami hanya penasaran saja. Biasanya dia ikut masuk dengan kamu." Jawab mama."Begitu." Kataku.Lalu, ada suara mobil yang berhenti. Aku yakin itu pasti Aluna dan Andri. Aluna baru sampai di ruang setelah aku."Kamu istirahat saja, Aluna. Terima kasih sudah menjauhi Hengky." Kata Andri."Tidak masalah, aku mengerti apa yang kamu rasakan. Aku akan berusaha membuat dia melupakan perasan dia terhadap aku. Aku janji itu." Kata Aluna."Aku pamit pulang." Kata Andri.Aluna masuk ke dalam rumah."Kenapa kalian semua berada di sini?" tanya Aluna."Tentu saja,
"Baik, saya akan bertemu anak anda. Di mana ruangan dia?" tanya Arya."Ayo ikut saya, pak Arya!" Jawab pak Andi.Mereka pergi ke ruangan anak dari pak Andi itu. Saat aku sedang memeriksa keadaan dia."Bagaimana keadaan kamu? Apa ada yang terasa sakit atau kepala kamu merasa pusing?" tanyaku."Kepala aku sedikit pusing, dokter." Jawab anak pak Andi."Itu hanya sementara saja, sebentar lagi akan menghilang. Ini hanya efek operasi dan kamu baru saja terbangun dari koma." Kataku."Begitu, saya mengerti." Kata anak pak Andi.Arya dan pak Andi masuk ke dalam ruangan. Dan Arya langsung sangat terkejut saat melihat anak pak Andi. Arya hanya terdiam dan tidak mengatakan sesuatu."Arya!" Kataku."Arya!" kata anak pak Andi."Ini Elo anak saya, pak Arya." Kata pak Andi."Arya, kenapa kamu diam saja?" tanyaku.Arya masih tidak ingin berbicara
"Seseorang yang jauh lebih baik? Siapa? Siapa wanita itu?" tanya Ratna. "Sudah, aku ingin sendiri. Tinggalkan aku!" kata Elo. "Tidak, aku masih ingin bersama kamu. Aku sangat khawatir terhadap kamu. Aku tidak peduli jika kamu mengusir aku dengan sangat keras. Aku sudah menunggu kamu selama 2 tahun lebih." Kata Ratna. Elo hanya tersenyum. "Jangan membuat aku tertawa! Kamu tidak mungkin menunggu aku apalagi 2 tahun. Itu sangat tidak masuk akal." Kata Elo. "Aku serius, aku sungguh menunggu kamu." Kata Ratna. "Hentikan! Itu sungguh tidak lucu." Kata Elo. Ratna hanya terdiam dan Elo juga pergi dari atap rumah sakit. "Aku antar kamu." Kata Ratna sambil memegang tangan Elo. "Tidak perlu, aku mengatakan untuk jangan mendekati aku. Aku hanya ingin sendiri. Aku sedang belajar semuanya sendiri." Kata Elo. "Baik, aku tidak akan memegang tanah kamu tapi setidaknya biark
Setelah menangani pasien yang kritis itu, aku pergi memeriksa pasien lain. Ratna masih bersama Elo di ruangan."Kenapa kamu masih belum pulang juga?" tanya Elo."Aku masih ingin menemani kamu, Elo. Aku mengetahui bahwa aku sangat bodoh telah mengkhianati kamu untuk kembali dengan Arya. Padahal sudah jelas kamu yang mencintai aku bukan Arya. Tapi aku terlalu dibutakan oleh cinta. Sekarang aku sadar bahwa aku hanya membutuhkan kamu, Elo." Jawab Ratna."Maaf tapi sekarang aku tidak ingin bersama kamu lagi." Kata Elo."Kenapa? Apa aku sudah tidak penting bagi kamu? Apa aku tidak lagi menempati hati kamu?" tanya Ratna."Aku sudah berusaha sangat keras untuk melupakan kamu. Sekarang aku ingin memperbaiki hubungan aku dan keluarga. Aku ingin menjadi anak yang baik untuk mami. Mami sampai depresi karena aku tidak terbangun dari koma selama 2 tahun lebih. Jika kamu sungguh menunggu aku, kamu akan mengetahui betapa menderitanya keluar