Share

Bab 6. Maaf

last update Last Updated: 2024-06-20 16:52:55

“Astagfirullah….”

Deg!

Hati Nada berdenyut nyeri ketika melihat layar ponselnya.

Terlihat sebuah foto yang memperlihatkan Dirga sedang berada di meja makan, lengkap dengan lauk pauk yang tersaji di atas meja. Dengan jelas Nada juga melihat jika meja makan itu adalah meja makan di rumah yang sebelumnya ia dan Dirga tinggali.

Sebuah pesan di bawah foto itulah yang membuat tangan Nada bergetar.

[Aku baru saja masak untuk suami kita, Nad. Dia terlihat semangat makan masakan aku. Heheee ….]

Tanpa bertanya siapa yang mengiriminya pesan pun, Nada tahu kalau itu adalah Delisha. Kenapa wanita itu terus mengusiknya? Bukankah dia sudah bahagia menikah dengan Dirga?

Sambil menahan air matanya, a lantas menyentuh titik 3 di pojok atas dan langsung menekan tulisan blokir.

“Siapa, Nak?” tanya Dian.

“Orang gak penting, Mi. Udah ayo, pulang,” ucap Nada seraya tersenyum.

***

Sementara itu, di lain tempat, beberapa hari yang lalu. 

"Assalamualaikum," salam Dirga begitu masuk ke rumahnya.

"Wa'alaikumsalam."

Dahi Dirga mengernyit saat melihat justru sang ibu yang menjawab salamnya. "Loh, Mah? Kok Mama di sini?" 

Tidak biasanya mamanya datang ke sini tanpa pemberitahuan. Terlebih, Nada tidak terlihat menemaninya di sini. Dirga celingukan, mencari keberadaan sang istri.

"Mama kecewa sama kamu!” ucap Marwah tiba-tiba, membuat Dirga menoleh dengan cepat. 

“Mama udah gagal mendidik kamu! Mama menyekolahkan kamu di Universitas yang kental agama itu biar kamu paham, Dirga!" ucap Marwah sarkas kemudian.

"Maksud Mama apa?" tanya Dirga tak mengerti.

"Mama udah tau semuanya dari Nada!”

Dirga menelan saliva saat menyadari apa yang sang ibu maksud. Tangannya gemetar.

“Nada itu istri yang baik Dirga! Bukan cuma baik dia juga sholeha, pengertian, ramah! Apa yang kurang dari dia, huh?" lanjut Marwah.

Melihat sang ibu yang seperti itu, membuat Dirga tak tega. Ia memang lemah jika berhadapan langsung dengan ibunya. Ia lalu duduk bersimpuh dan menenggelamkan kepalanya di pangkuan sang ibu.

"Maafin Dirga, Mah, tapi ini demi kebaikan kita semua," jawab Dirga

"Makanya jaga mata dan hati kamu! Kuatkan iman kamu supaya bisa jaga pandangan kamu! Seharusnya kamu bisa membatasi pergaulan kamu dengan lawan jenis!” 

“Minta maaf aja percuma Dirga! Gak akan bikin Nada balik ke sini lagi!” 

Dirga terbelalak dan mengangkat kepalanya. “Maksudnya? Nada … ke mana?” 

Marwah tidak menjawab, hanya membuang muka untuk menutupi air matanya.

Wajah Dirga langsung berubah pucat. Ia pun segera berdiri dari lantai dan melihat ke sekitar. Benar, rumah ini sangat sepi. Kenapa ia tidak menyadarinya sedari awal?

"Sekarang Nada mana?" tanya Dirga setengah berteriak karena panik.

“Gak tau! Mama berdoa pas di jalan semoga dia ketemu laki-laki yang 1000 kali lipat baik dari kamu terus mereka jatuh cinta! Biar kamu tahu rasa!” sahut Marwah kesal. Ia lantas beranjak dari duduknya berniat pergi. 

“Mah? Mamaaaaa?” teriak Dirga.

Marwah menoleh. "Lupa, Nada nyiapin sesuatu di kamar untuk kamu. Gak tau apa, kamu lihat aja sendiri!” 

Dirga mematung, melihat kepergian ibunya yang masuk ke kamar tamu.

Kenapa ia tidak menyadari ini sedari awal? Nada yang hanya menyiapkan sarapan tanpa menemaninya, lalu wanita itu hanya berdiam seharian di kamar sampai ia berangkat kerja. Bahkan, tidak ada chat atau telepon seperti biasanya.

Setelah sekian menit, ia lantas beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar dengan langkah gontai. Matanya langsung tertuju pada meja kerjanya. Ada sebuah kotak kado di sana.

Dirga lantas menghampiri dan duduk di sana. Perlahan membukanya dan dengan seketika matanya terbelalak kaget. 

“Ini … hasil USG?” 

Tertera jelas tanggal foto USG itu diambil, tanggal yang sama ketika ia meminta izin untuk menikah lagi. Dirga jatuh terduduk di lantai.

Mata Dirga mulai berkaca-kaca. Ia lantas kembali melihat isi kado itu lagi. Mengambil benda pipih dari sana dan seketika matanya kembali berkaca-kaca. 

“Garis dua? Nada … beneran hamil? Ya Allah, Nad ….” 

Setetes air mata berhasil menerobos hingga pipinya basah. 

“Maafkan aku, Nad.” Seumur hidup, ini kali pertama Dirga menangis untuk seorang wanita.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   105.

    Marwah tak henti-hentinya menangis. Bagaimana tidak, pria yang hidup dengannya hampir 30 tahun itu kini mengkhianati cinta dengan menikah lagi tanpa sepengetahuannya.Dan yang lebih gila, sang suami menikahi wanita yang lebih pantas menjadi putrinya. Lebih gila lagi, wanita itu adalah wanita yang hampir saja merusak rumah tangga putra mereka dan sempat menjadi simpanan putra mereka. Hatinya hancur, sakit tak terkira. Dadanya terasa sesak, nyeri seperti ribuan jarum berhasil menusuk hatinya. Tenggorokannya juga tercekat, hingga rasanya sulit sekali menarik napas dan menghirup udara. Ia begitu sangat sulit bernapas seperti ikan yang dilempar ke daratan."Mah?" panggil Dendi. Pandangan Marwah lantas beralih pada asal suara. Dilihatnya sang suami yang baru saja membuka pintu. Marwah yang sejak tadi duduk di tepi ranjang seraya terisak itu sontak beranjak dan berkata, "Kamu? Mau apa kamu ke sini, huh?" tanya Marwah dengan nada yang ketus. Nada suaranya juga terdengar gemetar."Aku minta

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   104. Balas Dendam Part 2

    "Mau apa kamu ke sini?" Nada berbicara dengan ketus saat melihat Delisha yang baru saja datang. Delisha tak menjawab, ia malah memutar kedua bola matanya malas saat Nada bertanya. "Maaass?" ucapnya memanggil suaminya semakin mengacuhkan. Nada yang merasa geram itu lantas mendekati Delisha, kemudian memegang pergelangan tangan Delisha dan menariknya keluar. "Mau apa kamu? Lepas!" ucap Delisha dengan nada yang ketus saat Nada menariknya kasar. Sedang Nada, ia tidak peduli, ia malah semakin kasar menarik Delisha untuk keluar. Karena jujur saja, ia benar-benar geram dan muak sekali menghadapi Delisha yang kini tingkahnya semakin di luar batas. "Sayang?" panggil Dirga mengikuti sang istri yang berjalan keluar. Nina dan Ryan juga mengikuti langkah kaki Nada yang berjalan keluar. "Pelan-pelan, aku sedang hamil!" ketus Delisha, ia melepas dengan kasar tangan Nada saat mereka sudah berada di ruang depan. "Bagaimana kalau aku terjatuh dan bayiku kenapa-kenapa, huh?" "Bagus kalau

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   103. Berkaca Dirilah

    Dendi sama sekali tidak memperdulikan ucapan Delisha yang melarangnya untuk pulang. Walau wanita itu terus berteriak hingga membuat gendang telinganya terganggu, Dendi terus melangkah pergi. Setelah hampir 30 menit berada di perjalanan, akhirnya mobil yang Dendi kemudikan berhenti juga di depan sebuah halaman. Ia lantas keluar dari mobil dan masuk."Assalamualaikum," salam Dendi begitu masuk rumah. Dilihatnya rumah yang terlihat ramai dengan anak dan juga menantunya. Terkecuali putri sulungnya. Alih-alih mendapatkan sambutan baik dari anak dan menantunya, ia malah di tatap dengan tatapan sinis. Apalagi Nina, putrinya itu menatapnya dengan tatapan yang terlihat benci penuh amarah."Mau apa Papa ke sini?" tanya Nina dengan nada yang ketus. Menatap sang ayah dengan tatapan benci. Karena jujur saja ia sama sekali tidak menyangka dan juga tak percaya jika sang ayah yang selama ini ia hormati, ia segani dan ia anggap sebagai panutannya dan bahkan ia berharap bisa mempunyai suami yang pers

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   102. Balas Dendam

    "Kenapa kamu datang ke acara pernikahan Nina? Sudah aku bilang untuk jangan bertingkah!" ucap Dendi dengan nada yang ketus pada Delisha. Walau diketusi, Delisha nampak acuh tak acuh. Ia duduk bersandar pada sofa seraya memainkan jari-jari lentiknya dan raut wajahnya terlihat santai seolah tak terjadi apa pun. 'Aku menunggu hari ini dengan tidak sabar, mana mungkin melewatkannya begitu saja,' ucap Delisha di dalam hati, "Dan akhirnya, semua yang terjadi hari ini benar-benar sesuai dengan ekspektasiku. Mereka semua nampak sangat kaget dan si Marwah itu hancur! Setelah urusanku dengan si Marwah itu selesai, tiba nantinya giliranmu Nada," batin Delisha lagi. Senyuman nampak terlihat di bibirnya saat ia sibuk dengan isi hati dalam lamunannya. Melihat Delisha yang malah tersenyum saat ia sedang banyak bicara, Dendi mulai geram dan kesal sekali. "Delisha! Aku sedang berbicara denganmu! Tatap suamimu jika sedang bicara!" "Apa sih? Berisik!" ucap Delisha mulai menatap pria paruh baya yan

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   101. Tidak Habis Pikir

    "Apa? Jadi si Delisha itu sekarang istri dari ...." Ryan menatap Dirga tak percaya setelah mendengar pria itu bercerita tentang apa yang terjadi tadi siang. Kini, mereka semua sedang berkumpul di kediaman rumah Marwah. Nina dan Ryan nampak terlihat sangat shock. Hari di mana seharusnya menjadi hari paling membahagiakan, malah menjadi sebaliknya. Bahkan mereka yang seharusnya malam ini menikmati waktu bersama, harus mengesampingkannya dulu karena masalah yang dibuat oleh Delisha. Mendengar respon Ryan setelah ia bercerita, Dirga mengangguk. "Iya, perempuan sialan itu tadi mengatakannya dan Papa sama sekali tidak mengelak. Dia malah meminta maaf pada Mama, itu artinya yang dikatakan oleh si Delisha itu memang benar." Ryan dan Nina tak bersuara, sama-sama bingung bagaimana harus merespon. Apalagi Nina, ia begitu sangat shock mendengar ayahnya kembali menikah lagi dengan seorang wanita yang lebih pantas menjadi anaknya. "Demi apa pun aku benar-benar tidak habis pikir!" ucap Ryan,

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   Bab 100. Status Sebagai Ibu Mertua dan Ibu Tiri

    "Apa maksud dari ucapanmu, huh?" tanya Nada, ia pun sama bingungnya. Pikiran buruk mulai terlintas di pikirannya. Apalagi melihat Delisha yang dengan berani menyelipkan tangan di siku lengan ayah mertuanya. Sedang ia tahu, jika keluarga suaminya adalah keluarga yang cukup agamis. Jelas tidak mungkin jika sang ayah mertua tetap diam saat di sentuh oleh wanita lain selain mahramnya. Jika demikian, itu artinya ...."Kok kamu masih tanya sih, Nad. Masa apa yang aku lakukan masih belum jelas dan tidak membuat kalian mengerti." "Delisha? Cukup! Kamu pergi dari sini dan jangan membuat keributan!" ucap Dendi."Apa sih, Mas? Kamu diam dan jangan banyak bicara! Aku sudah cukup lama menunggu hari ini tiba!" jawab Delisha. "Mas? Dia memanggil kamu Mas, Pah?! Apa maksudnya ini, huh?" tanya Marwah pada sang suami. Suaranya sedikit gemetar saat berbicara."Papa akan jelaskan nanti saat di rumah, Mah," jawab Dendi."Kenapa harus nanti sih, Mas? Sekarang saja," jawab Delisha dengan senyuman yang se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status