Pilot memberi pengumuman kalau beberapa menit lagi pesawat akan mendarat di Bandara.
Evrard menegakan punggung lalu menarik sweater cashmere yang dia kenakan untuk merapihkannya dan terakhir menyisir rambut menggunakan jari. Bagi seorang Alterio, penampilan adalah yang paling utama jadi harus selalu terlihat rapih dalam kesempatan apapun atau bertemu dengan siapapun. “Silahkan Tuan ….” Seorang awak kabin cantik mempersilahkan Evrard untuk turun setelah pesawat berhenti sempurna. Pintu pesawat dibuka oleh awak kabin pria sebelum Evrard sampai di sana. Pria bermata abu itu lantas keluar menuruni anak tangga disambut hawa panas menerpa kulitnya. Iklim di Jerman berbeda dengan di Indonesia, sepertinya dia tidak akan pernah menggunakan sweater-sweater atau pakaian lengan panjang yang biasa dia kenakan di Jerman. Terparkir sebuah mobil dengan seorang wanita berdiri tegap di ambang pintu yang terbuka. Pandangan Evrard langsung tertuju ke sana, dia tahu kalau itu adalah mobil yang menjemputnya tapi siapa wanita itu? Perawakannya langsing, cukup tinggi untuk ukuran Asia, dan wajahnya …. Evrard memaku tatap pada wajah wanita yang sedang dia tuju ini, wajahnya mirip dengan sang mommy. Dagunya lancip dengan pipi tirus dan sorot mata tajam terkesan judes. Evrard membuang tatapannya ke arah lain karena malah memindai wajah sang wanita sampai sedetail itu. Tapi pandangannya terus ingin selalu tertuju pada wanita tersebut sampai akhirnya langkah Evrard berhenti di depan sang wanita dan terpaksa netra mereka harus bertemu. “Selamat siang Tuan Evrard, saya Qailula Zivara … sekretaris Tuan.” Qailula mengulurkan tangan untuk bersalaman. Evrard menatap tangan yang terulur ke depannya lalu beralih menatap wajah cantik mirip sang mommy. Pria itu lantas menjabat tangan Qailula, terasa lembut dan hangat, tangan sekertarisnya itu mungil sehingga tenggelam dalam genggamannya. “Jangan panggil saya Tuan, panggil saja bapak seperti yang lain,” titah Evrard sembari melangkah masuk ke dalam mobil. “Baik, Pak.” Qailula menjawab cepat. Dia lantas memutar setengah bagian mobil untuk duduk di kabin depan di samping supir. “Selamat siang Pak Evrard, saya Joko yang akan menjadi supir operasional kantor dan supir pribadi Bapak.” Sang driver memperkenalkan diri. “Siang,” balas Evrard dingin sembari menatap iPad yang tadi tergeletak di jok mobil. Terdapat banyak informasi tentang perusahaan yang harus dia pelajari di iPad tersebut. “Bapak sudah ditunggu pak Narendra beserta ibu di kediamannya untuk makan siang.” Qailula membacakan jadwal pertama Evrard hari ini. “Oke … kita ke sana sekarang.” Qailula menoleh sedikit ke belakang lantas menganggukan kepala merespon. Meski fisiknya bule tapi Qailula mendengar logat Indonesia yang kental dalam nada bicara Evrard. Sepertinya Evrard menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari setiap berkomunikasi dengan keluarganya. Sekitar empat puluh lima menit karena jalanan cukup lengang di hari minggu ini, akhirnya mereka sampai di rumah kakek dari pihak mommynya Evrard. Seorang kepala asisten rumah tangga menyambut di teras setelah diberitahu oleh Qailula melalui pesan singkat dalam perjalanan tadi. “Selamat siang Tuan muda,” sapa pak Haris yang rambutnya telah memutih. “Apa kabar, Pak?” Evrard menyalami pak Haris yang dia hormati karena beliau yang selalu mengurusnya beserta adik dan kakak juga para sepupu bila liburan ke Indonesia semasa kecil dulu. “Baik Tuan, Terimakasih sudah bertanya.” Evrard masuk lebih jauh ke dalam rumah sang kakek. Sementara Qailula pergi ke belakang bergabung bersama pegawai Gunadhya lainnya. “Eeee, cucu Nenek paling ganteng udah sampe.” Nenek Aura menyambut hangat ketika bertemu dengan sang cucu di ruang televisi. “Apa kabar Nek?” Sembari melangkah, Evrard sudah merentangkan kedua tangan untuk memeluk sang nenek. “Kabar Nenek sangat baik karena kamu akhirnya tinggal di Jakarta.” Nenek Aura menjawab usai mengurai pelukan. Kakek keluar dari dalam kamar untuk menyambut Evrard. “Kakek senang sekali karena kamu bersedia mengelola perusahaan mommy kamu di sini,” kata kakek Narendra usai memeluk sekilas sang cucu. Evrard yang efisien sekali dalam bicara hanya memberikan senyum tipis. Dia dituntun kakek dan nenek menuju meja makan untuk makan siang. Makanan yang tersaji di meja makan adalah masakan khas Indonesia dan menyantap masakan tersebut harus menggunakan nasi. Ingatkan Evrard untuk pergi ke pusat kebugaran setelah ini karena dia tidak bisa berhenti jika sudah menyantap makanan lezat tersebut. Usai makan siang Evrard dan kakek bicara tentang peresmian perusahaan. “Jadi setelah beroperasional selama sebulan baru akan melakukan peresmian, Kek … mommy dan daddy akan datang ke sini … untuk itu aku harus persiapkan semuanya mulai besok.” Evrard memberitahu rencananya. “Oke … hubungi kakek kalau butuh bantuan, om Kama dan om Kana serta om Kai juga siap membantu kamu.” “Baik Kek, aku memang membutuhkan banyak bantuan untuk memulai bisnis ini.” Evrard dan kakek Narendra terlibat pembahasan serius mengenai peruahaan baru tersebut sampai tidak terasa hari mulai malam dan Evrard harus pulang untuk mempersiapkan beberapa hal sebelum dia bertemu dengan para Direktur di bawah ke pemimpinannya besok. Kakek dan nenek mengantar Evrard hingga teras di mana Qailula sudah berdiri di sisi pintu mobil yang terbuka. Setelah berpamitan, Evrard masuk ke dalam mobil kemudian mobil mewah itu melaju usai Qailula menempati kursi penumpang depan. “Kita langsung ke Penthouse, Pak?” Qailula bertanya. “Ya.” Evrard menjawab singkat.“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b