“Kita langsung ke Penthouse, Pak?” Qailula bertanya.
“Ya.” Evrard menjawab cepat. Beberapa saat kemudian mereka tiba di gedung pencakar langit dengan kaca anti peluru sebagai dindingnya. Qailula turun lebih dulu untuk membuka pintu bagi Evrard. Pria itu lantas keluar lantas menderapkan langkahnya masuk ke dalam gedung. Qailula mengikuti dari belakang, dia memberikan kode kepada sekuriti dan resepsionis menggunakan gerakan bibir, kedipan mata juga tangannya kalau pria tampan yang berjalan di depannya itu adalah penghuni Penthouse yang baru seperti yang sudah Qailula sampaikan sebelumnya kepada mereka. Mereka pun mengangguk mengerti. Qailula dan Evrard berhenti di depan pintu lift. “Liftnya sebagai pintu utama ke Penthouse, Pak … kodenya dua tiga nol delapan,” kata Qailula memberitahu. “Dua tiga nol delapan?” Evrard mengernyit menoleh menatap Qailula. “Betul Pak, saya telah mendapat banyak informasi dari tuan Thompson-sekertaris Bapak di Jerman … salah satunya adalah bapak sering lupa hari ulang tahun tunangan Bapak jadi saya menggunakan kode itu untuk semua pascode Penthouse.” Evrard mendengkus sebuah tawa pelan tanpa sepengetahuan Qailula, dia memuji kecerdasan sekretarisnya agar dia bisa mengingat hari ulang tahun Sienna karena selama ini Thompson yang mengingatkan dan membeli hadiah ulang tahun untuk sang pujaan hati karena Evrard terlalu sibuk bekerja. Setelah pintu lift terbuka, Evrard masuk ke dalam sana diikuti Qailula yang kemudian menekan pascode di panel dinding lift. Dia berdiri di depan Evrard membuat pria itu bisa memandang keseluruhan tubuhnya. Sekretarisnya menggunakan pakaian kerja berupa kemeja lengan panjang dan rok span serta heels di saat lembur weekend ini. Tidak seperti kebanyakan tubuh wanita Eropa yang ramping, body Qailula terlihat seksi bahkan teramat seksi dengan bagian padat dan besar di beberapa bagian. Ting …. Evrard langsung menggelengkan kepalanya pelan menghempaskan segala pikiran kotor dalam benaknya. Pintu lift terbuka, Qailula keluar lebih dulu kemudian lampu di seluruh Penthouse menyala karena sensor. “Kamar Bapak ada di lantai dua,” kata Qailula menuntun Evrard ke sana. “Bapak mau berendam atau mandi menggunakan shower?” Qailula bertanya. “Shower aja,” jawab Evrard cepat. Qailula mengangguk sedikit kemudian masuk ke dalam walk in closet untuk memastikan pakaian Evrard sudah tersimpan rapih di sana. Tadi dia menginstruksikan kepada orang kepercayaan Gunadhya untuk menjemput pakaian Evrard dari Bandara lalu menatanya di walk in closet. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi saat Qailula mengecek walk in closet lalu mengeluarkan pakaian tidur Evrard dari rak dan membawanya ke meja berisi perlengkapan untuk menunjang penampilan Evrard. Berbagai jenis parfum mendominasi meja dengan kaca besar dan tinggi di sebelahnya. Jadi saat Evrard masuk ke dalam walk in closet, pria itu pasti melihat pakaian tidur yang Qailula sediakan. Qailula kekuar dari kamar Evrard, dia pergi ke dapur untuk membuat makan malam kaya protein non karbo. Tentunya Qailula telah mendapatkan menu makanan kesukaan Evrard dan kemarin dia berbelanja isi kulkas dan kebutuhan untuk memasak. Qailula memakai apron dan mulai membuat makan malam satu porsi hanya untuk Evrard, sedangkan untuk dirinya akan dia buat sendiri nanti sesampainya di apartemen. Evrard dan Qailula selesai secara bersamaan, saat Evrard turun dari kamarnya dia mendapati Qailula sedang menyajikan makan malam di ruang makan. “Makan malamnya, Pak.” Evrard hanya mengangguk sembari menatap heran Qailula yang kemudian pergi kembali ke dapur. Baru dia sadari kalau sekretarisnya itu seolah menghindari tatap dengannya karena selalu menundukan kepala bila bicara atau mereka dalam posisi berhadapan, Evrard berpikir kalau itu adalah bentuk penghormatan dan pertanda kalau Qailula segan. Padahal bukan hanya itu, semenjak pertama kali melihat Evrard turun dari pesawat dan melangkah tegap menghampirinya di sisi mobil, Qailula sudah terpesona. Mati-matian dia menetralkan debaran jantungnya yang menggila dan berusaha menunjukkan tampang datar terkesan judes agar Evrard tidak tahu isi hatinya. Apalagi sekarang Evrard yang baru saja mandi tampak segar dan teramat tampan, wanginya saja sampai tercium meski mereka berjauhan. Dan sialannya kaos lengan panjang itu sangat pas di tubuh Evrard mencetak otot di dada lengan dan punggung serta samar di perutnya. Padahal dia sering bertemu dengan sepupu Evrard yang lain yang fisiknya hampir sama meski mereka buka blasteran namun Qailula belum juga imun. Bagaikan punggung merindukan bulan, Qailula tahu dia tidak pantas untuk Evrard tapi mengagumi boleh, kan? Seperti menganggumi para aktor tampan dari Negri Ginseng sana. Qailula jadi semangat bekerja untuk Evrard dan akan melakukannya sepenuh hati jiwa dan raga. “Kamu sudah makan?” Evrard bersuara sebelum Qailula benar-benar meninggalkan ruang makan. “Saya akan makan di apartemen, Pak.” Qailula harus membalikan badan untuk menjawab pertanyaan Evrard dan lagi-lagi gadis cantik itu menundukan pandangan. “Apartemen kamu di mana?” Evrard bertanya sembari menikmati makan malam buatan Qailula yang rasanya lumayan. “Tepat satu lantai di bawah Penthouse ini, Pak … jadi saya bisa datang secepatnya kalau Bapak membutuhkan saya.” Lalu hening, Evrard tidak bersuara lagi tidak juga meminta Qailula pergi jadi dia tetap berdiri di sana dengan kedua tangan bertaut di depan dan pandangan tertuju pada ujung heelsnya. “Buatkan saya kopi, juga untuk kamu … karena kita akan begadang membahas untuk besok!” titah Evrard yang langsung mendapat anggukan dari Qailula. Gadis itu lantas pergi ke dapur membuat apa yang Evrard minta dan membawanya ke ruang kerja karena sang bos sudah tidak ada di ruang makan. Benar saja, Evrard sedang duduk di kursi meja kerjanya dengan MacBook menyala. Qailula meletakan cangkir kopi untuk Evrard di atas meja. Dia tidak membuat kopi untuk dirinya sendiri karena khawatir sulit terlelap nanti dan Evrard tidak perhatian sampai harus menanyakan. “Saya ambil iPad dulu, Pak.” Qailula meminta ijin sekalian mengembalikan nampan ke dapur. Setelah itu Qailula kembali dan mulai membahas tentang apa saja yang akan Evrard lakukan besok untuk pertama kali memimpin perusahaan milik mommynya yang baru dibangun.“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b