Orang Ketiga

Sinar matahari yang menembus celah tirai jendela kamar di Penthousenya membuat Evrard mengerjapkan mata lantas mengerutkan kening saat pening mendera begitu hebat.

Kelopak matanya terbuka perlahan hingga melebar sempurna dan bisa menjangkau pandangan ke langit-langit kamar.

Evrard mengembuskan nafas panjang, dia sedang mengingat apa yang terjadi tadi malam sebelum dia tidur dalam keadaan … bugil.

Evrard mengangkat selimut dan menengok ke dalamnya.

Ya, dia bugil kemudian merasakan pergerakan di sampingnya yang semestinya kosong.

Evrard langsung menegakan punggung dalam posisi duduk, mata dengan netra abu itu menatap nyalang seorang wanita dengan rambut panjang yang berbaring memunggunginya.

Jantung Evrard berdetak kencang saat ingatan tadi malam mulai berseliweran dalam benaknya.

Pria itu baru saja menjalin kerjasama bisnis dengan pengusaha asal Amerika, sang klien yang seusia dengannya itu mengajak ke club untuk merayakan kontrak kerjasama yang baru saja terjalin.

Pengusaha muda bernama Jevgar dengan marga Brown di belakangnya ternyata menyukai Qailula dan terang-terangan meminta kepada Evrard agar menghadiahkan Qailula untuk menjadi teman tidurnya malam ini.

Tentu saja Evrard menolak, Qailula sekretarisnya dan dia tahu gadis itu adalah gadis baik-baik.

Evrard sempat mengatakan kalau budaya ketimuran di Indonesia menganggap permintaan Jevgar sangat melecehkan.

Dia juga bilang kalau Qailula tidak akan mau melakukan hal tersebut.

Namun sepertinya Jevgar adalah pria keras kepala yang keinginannya tidak bisa dibantah, di saat Evrard pergi ke toilet—dia menyaksikan sekretaris Jevgar memasukan obat ke dalam minuman yang hendak diberikan kepada Qailula.

Beruntung langkah Evrard cepat sehingga bisa menggagalkan rencana busuk Jevgar dengan cara meminum sendiri minuman beralkohol yang sudah diberi obat itu.

Lalu kilasan saat dia mengancam Qailula tadi malam agar melayani nafsu bejatnya yang dipicu obat perangsang melintas bagai kaset rusak.

Evrard ingat tatkala air mata Qailula meluncur deras saat memaksakan diri memasukinya sembari mencengkram leher gadis itu.

Dan Evrard yakin Qailula masih perawan tadi malam.

Padahal niatnya menenggak minuman yang telah dibubuhi obat untuk menyelamatkan Qailula tapi kenapa malah dirinya yang merenggut mahkota gadis itu?

Jantung Evrard berdetak kian kencang saat Qailula bergerak mengubah posisi menjadi menghadapnya.

Mata dengan bulunya yang lebat itu masih terpejam, nafasnya juga masih teratur namun terdapat memar di pundak dan pergelangan tangan juga sekeliling leher Qailula yang bisa dipastikan adalah ulah Evrard.

“Ya Tuhan!” Evrard membatin penuh penyesalan.

Lalu perlahan kelopak mata Qailula terbuka seperti gerakan slowmotion, wajah pucat pasi dan tubuh ringkih itu tampak lemah mungkin karena semalaman melayani nafsu Evrard sedangkan Qailula masih pemula.

 Qailula tersentak langsung duduk sambil mengapit selimut di ketiak tatkala sosok Evrard memenuhi pandangan matanya.

Netranya bergerak liar menatap Evrard dengan berbagai perasaan berkecamuk.

Andaikan saja nenek tidak sedang dirawat di rumah sakit, tadi malam dia akan berteriak sekencang-kencangnya dan meronta lebih keras lagi tidak peduli nyawa taruhannya.

Tapi Qailula butuh pekerjaan ini untuk membiayai kesehatan nenek, Qailula tidak memiliki pilihan sewaktu Evrard mengancam akan memecatnya bila tidak melayani nafsu pria itu.

Qailula menelan saliva kelat, dia buru-buru turun dari atas ranjang.

“Lu—“

Brugh!

Tubuh Qailula yang tiba-tiba jatuh menghentikan kalimat Evrard.

Evrard turun dari atas ranjang, memakai boxernya lantas memburu Qailula yang tengah meringis merasakan sakit di pangkal pahanya.

“Kamu enggak apa-apa?” Evrard bertanya khawatir.

Qailula beringsut sembari menggelengkan kepala, dia juga menghela pelan tangan Evrard lalu berusaha bangkit kemudian tertatih keluar kamar dengan raut wajah diliputi ketakutan.

***

Evrard dan Qailula duduk di sebuah bangku taman yang berada di rumah sakit milik adik ipar dari Mommynya Evrard.

Rumah sakit swasta terbesar dan terbaik di Jakarta ini memiliki sebuah taman yang di kelilingi bangunan.

Keduanya termenung setelah mengetahui kalau Qailula ternyata sedang mengandung.

Tadi Qailula pingsan saat hendak pergi membersamai Evrard bertemu klien, pria itu lantas membawa Qailula ke sini dan malah mendapati kenyataan tersebut.

Anak siapa lagi yang tengah berjuang hidup di rahim Qailula kalau bukan anak Evrard yang dihasilkan dari pergulatan yang dimulai malam itu.

Evrard tidak menuduh Qailula yang macam-macam karena tahu Qailula selalu menjaga kehormatannya.

Apalagi dia yakin kalau malam itu telah bercinta dengan Qailula, merenggut mahkotanya secara paksa dengan sebuah ancaman dan noda merah di seprei memperkuat hal tersebut.

Dan malam panas berikutnya yang Evrard paksakan karena ketagihan manisnya Qailula.

Evrard terbiasa bercinta dengan Sienna yang sudah mengkonsumsi obat pencegah kehamilan jadi dia tidak memikirkan kalau Qailula bisa saja hamil.

Lalu apa yang harus Evrard lakukan sementara pesta pernikahannya dengan Sienna akan berlangsung tahun depan?

Tidak mungkin dia membatalkan pernikahan dengan anak dari Bangswan Inggris yang sudah sangat harmonis hubungannya dengan keluarga Alterio.

Tapi tidak mungkin juga dia menikahi Qailula untuk bertanggungjawab menjadi ayah dari janin tersebut.

Kenapa tidak mungkin?

Satu pertanyaan itu tercetus di benak Evrard membuatnya menoleh menatap Qailula.

Sekertarisnya ini cantik, bukan cantik relatif melainkan cantik mutlak karena setiap pria pasti setuju dengannya.

Qailula juga cerdas, cekatan dan mahir dalam segala hal.

Dan tanpa dia sadari mungkin telah jatuh cinta kepada Qailula sejak pertemuan pertama.

Kekurangan Qailula adalah karena dia lahir dari kalangan biasa bahkan tidak diketahui siapa ayahnya dan ibunya membuangnya.

“Pak … saya enggak akan menuntut apa-apa apalagi pertanggungjawaban Bapak, tapi saya mohon ijinkan saya tetap bekerja … saya butuh biaya untuk berobat nenek dan membesarkan anak ini … kalau perlu kita buat perjanjian yang akan merugikan saya kalau saya mengingkari janji ….” Qailula memohon pengertian Evrard.

Hati Evrard mencelos, keningnya mengerut dalam dengan sorot mata setajam Elang menatap Qailula.

Wanita lain pasti akan meminta banyak sebagai imbalan dan Evrard sudah memikirkan segalanya tapi Qailula hanya ingin tetap diijinkan bekerja di perusahaan ini.

Padahal sudah terbesit di benak Evrard untuk meminta Qailula menggugurkan janin itu selagi usianya masih tiga minggu.

Evrard jadi malu, dia memutus tatapan dengan Qailula lantas menundukan pandangan menatap ujung sepatu dengan kedua tangan saling bertaut.

Qailula tiba-tiba bangkit, menutup mulutnya kemudian berlari meninggalkan Evrard.

“La!” panggil Evrard menyusul.

Evrard menyusul Qailula ke toilet tapi hanya bisa berdiri di depan pintu toilet tanpa berani untuk masuk.

Suara melengking dari usaha Qailula memuntahkan sesuatu terdengar begitu menderita.

Brugh!

Selanjutnya dia mendengar suara benda jatuh.

“Tolong … tolong ada yang pingsan!” teriak petugas kebersihan yang berlari ke luar toilet.

Tanpa pikir panjang Evrard merangsak masuk ke dalam toilet, ada beberapa wanita sedang mengerumuni Qailula.

“Permisi!” kata Evrard mengurai kerumunan hendak membawa Qailula ke IGD.

“Anda suaminya?” tanya seorang wanita paruh baya.

Evrard tertegun sebentar. “Iya!” Pria itu menjawab singkat lantas menggendong Qailula dan bergegas membawanya untuk mendapat pertolongan.