Share

004 Kecelakaan

Author: Wolfy
last update Last Updated: 2022-11-13 20:39:21

"Selamat Siang korban kecelakaan atas nama Arga Wiryawan?!'' seru pria gagah dan tinggi bertanya di meja resepsionis Rumah Sakit.

''Oh! Iya pak. Tunggu sebentar, kami periksa dulu datanya...'' ujar petugas resepsionis itu terkejut karena pria tinggi dengan penampilan urakan itu tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

''Iya. Ada pak. Korban kecelakaan atas nama Pak Arga Wiryawan 45 tahun''

''Iya betul''

''Beliau ada di IGD. Ruang Triage merah bagian kritis. Silakan bapak langsung ke IGD saja dan bertanya lagi dengan petugas di sana''

''Baik, terima kasih''

Segera pria itu pergi meninggalkan petugas resepsionis dan bergerak menuju IGD yang di tunjuk petugas resepsionis tadi. Dia segera masuk ke dalam ruang IGD dan mencari ruangan IGD yang bertuliskan merah. Tepat di ruangan yang bertuliskan merah itu ada meja dokter yang berjaga.

''Maaf dok, saya adik dari korban kecelakaan Bapak Arga Wiryawan''

''Oh, sudah datang. Mari pak. Pak Arga ada di sini'' ujar dokter yang bertugas jaga di ruang IGD.

Pria yang tampak urakan dengan wajah berkumis dan berjanggut rambut acak-acakan di ikat asal saja. Tampak berlinang air matanya melihat kondisi kakak yang amat di sayanginya lemah tak berdaya dengan berbagai kabel dan selang menempel di tubuhnya terhubung dengan beberapa layar monitor di kedua sisi tempat tidur tempat kakak laki-lakinya terbaring.

''Pak Arga kecelakaan siang tadi bersama istrinya. Sekarang beliau dalam kondisi kritis. Maaf pak, tidak banyak yang bisa kami lakukan sekarang''

''Bersama istrinya?!'' pekik Ardan bertanya dengan wajah terkejut, ''Lalu bagaimana keadaannya sekarang Dok?'' tanya Ardan cemas.

''Ibu Aisyah, istri pak Arga tewas di tempat pak. Maaf...'' ujar dokter menjawab dengan wajah menyesal.

Terasa sesak dada Ardan mendengar istri yang baru di nikahi kakaknya empat tahun yang lalu itu meninggal dunia. Ardan bertemu dengan Aisyah untuk pertama kalinya tepat di hari pernikahan mereka, kakak dan istri keduanya itu menikah empat tahun yang lalu. Acara pernikahan yang di lakukan dengan cara yang sangat sederhana.

**

''Saya terima nikahnya Aisyah binti adam dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas seberat sepuluh gram di bayar tunai'' ujar Pak Arga mengucapkan kalimat Ijab dengan lancar dan tegas.

''Bagaimana saksi?'' tanya penghulu.

SAH

Serempak pemirsa yang hadir menjawab.

ALHAMDULILLAH

Penghulu dan juga keluarga kedua mempelai mengucap syukur berbarengan, diiringi dengan tepuk tangan para undangan yang menyaksikan.

Dengan khidmat Ijab kabul dilangsungkan antara Pak Arga Wiryawan dengan wali hakim untuk Ibu Aisyah telah berlangsung dengan lancar tanpa kendala berarti. Pernikahan antara Janda dan Duda yang sama-sama beranak satu akhirnya selesai dengan baik. Pernikahan sederhana yang di langsungkan di rumah Pak Arga dengan sangat sederhana yang hanya di hadiri oleh pihak keluarga dekat saja.

Di salah satu sudut ruangan terlihat wajah semringah seorang anak perempuan yang mengenakan setelan berwarna biru berbalut jilbab putih tersenyum bahagia melihat ibu yang amat di cintainya akhirnya menemukan tambatan hati setelah lama menjanda. Di sebelahnya berdiri seorang remaja yang seumuran dengannya anak dari pria yang baru saja di nikahi ibunya.

Tidak jauh bersisian dengan mereka berdua, juga berdiri tegak, seorang pria dengan raut wajah yang tak jauh berbeda dengan dua kakak beradik itu. Dia tampak bahagia menyaksikan kakak laki-lakinya yang selama puluhan tahun hidup sendirian tanpa pendamping, akhirnya sekarang bisa merasakan lagi indahnya kehidupan manis rumah tangga.

Baik Ardan, adik Pak Arga, juga anak laki-laki pak Ardan, Gavin. Begitu pun Aruna, anak Ibu Aisyah. Ketiganya, mereka semua sama-sama dengan tulus mendoakan kebahagiaan kedua orang yang amat mereka sayangi.

''Mamang. Ini, kata emak mamang makan dulu...'' ujar Aruna sembari menyerahkan sepiring nasi beserta lauknya.

{Mang/Mamang, Cing/Encing dalam bahasa Betawi-Banten bisa di artikan sebagai Paman/Om}

''Makasih'' ujar Ardan singkat dan datar. Tangannya menjulur menerima sepiring nasi yang di bawa Aruna.

Aruna heran tapi dia tidak mau ambil pusing. Ardan, nama yang hampir selalu terdengar dari mulut pak Arga tampak acuh saja dengannya. Aruna juga tidak mau sok PEDE untuk berakrab ria dengannya. Aruna gugup dan canggung menghadapi Ardan, tapi dia tidak peduli. Hari ini hari bahagia untuk ibunya, dia tidak mau merusaknya hanya karena hal yang tidak penting.

Karena Ardan bersikap acuh dan tidak peduli dengannya, Aruna juga tidak mau terlalu percaya diri sok akrab dengannya. Aruna melenggang pergi meninggalkan Ardan, setelah selesai menunaikan apa yang di amanatkan oleh ibunya.

''Vin, lu di panggil kakek tuh!'' seru Aruna mengalihkan pandangannya ke arah Gavin, saudara tirinya, tepat sejak hari ini.

''Iya. Entar gua samperin... Makan dulu, gue laper'' ujar Gavin menjawab Aruna sambil menyendok makanan dari meja prasmanan.

''Ya, udah. Gua tinggal deh!'' seru Aruna kemudian pergi meninggalkan Gavin dan pamannya.

''Gih, sono!'' seru Gavin menjawab aruna dengan santai.

''Elu bisa akrab ama dia Vin?'' tanya Ardan sambil menyendok nasi ke dalam mulutnya.

''Kenapa emang?! Enggak ada masalah kok sama dia. Bocahnya juga asik di ajak ngobrolnya'' jawab Gavin yang ikut duduk dengan sepiring nasi dan lauk di hadapannya.

''Bocah?!'' seru Ardan sambil melihat Gavin dengan mimik wajah aneh, ''Emang lu bukan bocah?'' tanya Ardan lagi dengan wajah meledek.

''Tua'an kita tiga bulan dari dia om...'' jawab Gavin acuh, tidak memedulikan wajah Ardan yang menggodanya.

''Sengke amat lu'' ujar Ardan dengan nada angkuh, ''Baru juga tua'an tiga bulan, lagu' lu udah tua banget...'' tambahnya lagi sambil menendang kaki Gavin di bawah meja.

''Kok jadi om yang sewot sih, si Aruna aja gak komplen kok'' sahut Gavin kesal tapi tetap menyuap makanannya ke dalam mulut.

''Gue ngingetin elu tong, jangan ampe kebablasan!'' seru Ardan, dia juga sedikit mengetuk piring Gavin dengan sendoknya.

''Tenang om...'' ujar Gavin menjawab dengan lantang, ''Si Aruna ama emaknya juga selon kok orangnya. Makanya Gavin juga bisa cocok ama mereka'' tambahnya lagi dengan wajah penuh percaya diri.

''Ya bagus dah kalo gitu. Elu jagain tuh... Pan dia adek lu sekarang'' ujar Ardan tersenyum melihat kemenakannya mulai dewasa.

''Ya, iya dong om. Gavin juga tahu... Terus ini om, mau cabut lagi?'' tanya Gavin melihat Ardan yang tampak seperti sedang membereskan sesuatu.

''Napa?'' tanya Ardan melirik Gavin, ''Lu kangen ma gue...'' tambahnya kemudian sambil menaik turunkan alisnya.

''GE-ER!'' seru Gavin langsung menyahut dengan wajah malas, ''Tapi, bapak no... Dia sering bengong mikirin om Ardan'' lanjut Gavin menjelaskan. ''Lagian Om Ardan kenapa sih, kagak bisa diem di rumah?'' tanya Gavin lagi, ''Malah keluyuran gak puguh lagu gitu!'' seru Gavin malah sok menasihati paman yang tujuh belas tahun lebih tua darinya.

''Anak kecil gak perlu tahu!'' seru Ardan menjawab sambil menyentil dahi Gavin.

''Yang dewasa juga kudu ngerti!'' seru Gavin menyahut sambil menggosok-gosok dahinya dengan mulut manyun, ''Masa kalah ama Gavin yang masih SMP. Gavin aja gak pernah bikin bapak sampe nangis gitu...'' ujar Gavin melanjutkan kata-katanya tanpa memikirkan akan bagaimana pamannya bereaksi.

Kecut hati Ardan, wajahnya langsung berubah teduh mendengar kemenakannya bilang kalau kakak lelakinya sampai menangis karena dirinya. Ardan diam, dia tidak lagi punya semangat untuk berdebat dengan kemenakannya itu.

''Om!'' panggil Gavin, ''Mau kemana?'' tanya Gavin dengan wajah memelas sambil menarik lengan pamannya.

''Balik!'' seru Ardan menjawab dengan suara datar.

''Lah! Kagak mau pamitan dulu ama bapak?'' tanya Gavin dengan wajah cemas, tangannya erat memegangi tangan Ardan, ''Kakek ama nenek juga pan mesti nyariin om Ardan...'' seru Gavin berusaha menghentikan Ardan. Wajah Gavin tampak memelas sambil terus menahan tangan Ardan.

''Eum'' Ardan menjawab Gavin singkat saja sambil mengangguk dengan wajah teduhnya.

''Om Ardan!... Om!'' seru Gavin memanggil Ardan, memburunya. ''Gavin salah ngomong ya, kalau iya. Maafin Gavin, jangan ngambek dong om!'' seru Gavin merayu Ardan. Gavin tampak menyesal dengan wajahnya memelas pada Ardan.

''Emang gue bocah!'' seru Ardan menjitak kepala Gavin, ''Gua enggak bakalan ngambek ama hal kek gitu... Elu kagak salah'' ujarnya lagi sambil mengacak-acak rambut Gavin. ''Udah gih sono, gue ada urusan!'' seru Ardan berkilah dengan mata yang mengalihkan pandangannya dari Gavin.

''Om!... Om Ardan!'' seru Gavin berusaha mengejar Ardan yang segera melesat pergi.

Gavin tidak lagi bisa mencegah kepergian Ardan. Ardan pergi begitu saja menampakkan punggungnya yang tampak dingin dan kesepian. Desahan panjang keluar dari mulut Gavin yang sedih melihat om yang selama ini selalu mengayominya tampak memprihatinkan.

Setelah semua acara selesai, tidak mau berbasa-basi lagi Ardan segera pergi meninggalkan kerumunan tanpa ada yang menyadarinya. Setelah semua kesibukan usai. Benar saja dugaan Pak Arga, Ardan pergi begitu saja dan hanya meninggalkan salam di gawainya melalui pesan W******p. Pak Arga hanya bisa menggelengkan kepala dan mengelus dadanya mengingat kelakuan adik yang sudah seperti putra baginya. Sudah lebih dari tujuh tahun semenjak dia meninggalkan rumah tanpa sebab yang jelas, membuat Pak Arga selalu mengelus dada jika mengingatnya.

**

 

Wolfy

Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PAMANKU SUAMIKU   152 Berakhir bahagia

    Ardan duduk di samping tempat tidur Aruna yang sedang tertidur setelah mendapat perawatan di rumah sakit dengan air mata berlinang.Ardan yang baru saja bangun setelah menjalani operasi karena luka tembak di bahu kirinya tidak mau mendengar ketika dokter dan perawat memintanya untuk tetap beristirahat. Dia tetap nekat untuk berada di samping Aruna. Pada akhirnya pihak rumah sakit yang mengetahui apa yang terjadi terhadap sepasang suami istri yang baru saja mengalami musibah membiarkan Ardan dan Aruna berada dalam satu ruangan.''Maaf... maafin abang, Run...'' gumam Ardan sambil memegang erat tangan Aruna, ''Maaf karena kamu harus mengalami ini semua gara-gara abang...'' Ardan terus bergumam menyalahkan dirinya dengan tangan Aruna yang didekap dekat wajahnya, ''Abang enggak tahu kalau kamu hamil... maafin abang karena enggak bisa lindungin dia...''''Bang, berisik!'' seru Aruna yang terbangun dengan semua penyesalan Ardan

  • PAMANKU SUAMIKU   151 Amira kembali hidup

    ''Kenapa sama Aruna?!'' pekik Ardan dengan sorot mata penuh amarah melotot pada Karissa.''Hehehe...'' kekek Karissa menaggapi Ardan yang sedang meradang karena pernyataannya barusan, ''Aku suka tampilanmu sekarang... kali ini, mata kamu bener-bener ngeliat aku.''''Brengsek Karissa, jawab aku!!!'' hardik Ardan yang semakin kesal dengan Karissa.''Dia pasti sedih... aku yakin dia masih belum tahu apa yang terjadi padanya... pasti seru ngeliat dia nangis...'' gumam Karissa yang seolah tdiak peduli dengan betapa marahnya Ardan.''Kamu bukan manusia,'' ujar Amira dengan suara bergetar, ''Bisa-bisanya kamu... KAMU BUKAN MANUSIA!'' teriak Amira histeris sambil menangis, ''Kamu sudah membunuh Raihan... kamu bunuh dia dengan sangat kejam... kamu tega, dasar perempuan jalang busuk!''Jeritan Amira menarik perhatian petugas yang sedang mengolah TKP sambil menunggu ambulans dan mobil tahan

  • PAMANKU SUAMIKU   150 Akhir pencarian

    Satu orang lagi tewas di tangan Karissa dan hal itu membuat para preman lain yang ingin berontak itu ciut nyalinya. Mereka tidak berkutik menghadapi Karissa yang sudah tidak lagi bisa mengontrol emosinya.''Buka, kasih dia masuk!'' seru Karissa memberi perintah, ''Atau... ada lagi yang mau ngerasain timah panas?!''Preman terdekat dengan pintu akhirnya menyerah dengan kebrutalan Karissa. Dia pasrah membuka pintu menuruti perintah Karissa.''Woy!'' pekik Casdi yang masih tidak menyetujui keputusan Karissa, ''Jangan di buka!''Preman yang sedang membuka pintu terkejut dan pintu terhenti sekitar sejengkal saat dia mendengar Casdi memekik kesal.''Buka!'' seru Karissa dengan mata melotot sambil mengarahkan moncong senjatanya ke arah si pembuka pintu.Perhatian Karissa teralih, lalu seketika itu juga beberapa preman mendekat hendak merebut senjata Karissa.

  • PAMANKU SUAMIKU   149 Terpojok

    ''...segera menyerah, kalian sudah di kepung!''Peringatan dari pengeras suara tiba-tiba terdengar ketika Karissa dan yang lainnya baru saja selesai mengikat Aruna, Amira, Dion dan Rafli.Karissa dan yang lainnya yang panik dan fokus dengan kubu masing-masing saat perseteruan belum lama terjadi barusan, mereka tidak menyadari deru mesin kendaraan yang datang mendekat, karenanya mereka semua terkejut ketika tiba-tiba saja mereka terkepung.Tanpa aba-aba kedua kubu segera mengadakan gencatan senjata lalu dengan cekatan menutup jendela dan pintu atau apa pun yang bisa menjadi akses dari luar untuk melihat situasi di dalam bangunan. Mereka semua tahu jika masih ada kesempatan karena mereka punya empat sandera yang bisa digunakan.***''Pak, mereka semua ada di dalam...'' ujar salah seorang petugas memberi laporan, ''Kemungkinan besar, Dion dan Rafli yang bertugas juga sudah di tangka

  • PAMANKU SUAMIKU   148 Perpecahan

    Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i

  • PAMANKU SUAMIKU   147 Parta

    ''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.

  • PAMANKU SUAMIKU   146 Nekat

    CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs

  • PAMANKU SUAMIKU   145 Harapan

    Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d

  • PAMANKU SUAMIKU   144 Memantau

    Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status