Cintaku, Berhenti di Kamu

Cintaku, Berhenti di Kamu

last updateHuling Na-update : 2025-11-12
By:  Sigi AllegraIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
18Mga Kabanata
164views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Sepuluh tahun lalu, Binar dan Fady berpisah tanpa sempat menutup cerita. Kini takdir mempertemukan mereka kembali, di saat Binar baru saja kehilangan keluarga kecilnya, dan Fady hidup dengan bayang-bayang trauma setelah dua kali ditinggal oleh orang yang ia cintai. Rasa yang dulu terpendam perlahan tumbuh lagi, tapi keduanya kini membawa luka yang berbeda bentuk, sama dalamnya. Di tengah perjuangan keduanya menyusun masa depan baru, hadirlah Danar, sosok yang diam-diam menyimpan rasa dan harapan pada Binar. Sementara Binar hanya menganggapnya kesalahan masa lalu yang tak ingin diulang. Rahasia masa lalu, luka yang belum sembuh dan restu yang tak kunjung datang. Membuat perjalanan cinta Binar tak mudah. Untuk siapakah akhirnya Cinta Binar berlabuh, Fady? Danar? Atau berhenti untuk dirinya sendiri.

view more

Kabanata 1

Pertemuan Yang Tak Terduga

Langkah Binar terasa ragu saat memasuki lobi hotel itu. Deretan lampu kristal menggantung megah di langit-langit, memantulkan cahaya yang berkilau di lantai marmer. Ia menatap sekeliling, mencoba menenangkan diri. Rasanya ia tak pantas berada di sini. Bertahun-tahun ia lebih sering berlari dalam kesibukan kerja, menyembunyikan diri dari sorot mata orang-orang yang selalu menghakimi.

Hari ini berbeda. Seorang teman lama memaksanya hadir dalam acara reuni kampus. “Sekalian refreshing, Bin. Kamu nggak bisa terus-terusan sembunyi,” begitu kata temannya. Akhirnya, dengan setengah hati, ia datang.

Tawanya terdengar kaku ketika menyapa beberapa wajah familiar. Orang-orang terlihat bahagia, sibuk menceritakan pencapaian hidup mereka. Sementara ia… hanya tersenyum seperlunya.

Dahulu, di Kampus Binar termasuk Mahasiswi populer, selain karena paras cantiknya, dia juga dikenal sebagai Mahasiswi beasiswa yang cerdas dan seorang aktivis yang hampir diketahui seantero warga Kampus.

Kesalahannya hanya satu, yaitu menikah muda pada saat masih kuliah. Di tengah popularitas yang sedang harum-harumnya, Binar memutuskan untuk menikahi Aldy, seorang pewaris restoran ternama di Kota.

Ketika kabar perceraiannya diketahui orang lain, terutama teman kampusnya, tentu menjadi bahan perbincangan hangat tentang alasan akhirnya Binar memilih menjadi janda daripada melanjutkan pernikahannya dengan Aldy. Padahal dalam pandangan mereka, Binar sudah hidup enak dan nyaman karena Aldy adalah orang berada. Tapi, pada kenyataannya hidup tidak seindah yang terlihat mata awam. Jangankan untuk berfoya-foya, untuk menghidupi diri sendiripun, Binar harus bekerja banting tulang sampai merelakan masa emas pertumbuhan anak-anaknya.

Di tengah ketakutannya akan banyak diinterogasi tentang kehidupan pribadinya, pandangannya berhenti pada satu sosok.

Di seberang ruangan, berdiri seorang pria dengan postur tegap, wajah yang lebih matang, namun mata yang masih sama, mata yang dulu pernah begitu ia kenal. Dadanya sontak bergetar. Muhammad Fady Firdaus.

Waktu seakan berhenti sesaat.

Binar refleks menunduk, seolah bisa menyembunyikan degup jantungnya yang tak karuan. Ia berpura-pura sibuk dengan ponselnya, berharap Fady tak melihat. Namun, doa itu tak terkabul. Saat ia mengangkat wajah, tatapan mereka bertemu.

Ada jeda aneh di sana. Antara kaget, canggung, dan entah mengapa… hangat.

“Binar?” suara itu berat, lebih dewasa dari yang ia ingat.

Binar menarik napas. Senyum kecil terbit di bibirnya. “Hai, Dy.”

Nama panggilan itu meluncur begitu saja, tanpa bisa ia tahan. Fady tersenyum tipis, senyum yang membuat kenangan lama tiba-tiba menyerbu tanpa permisi.

Percakapan mereka singkat, penuh jeda. Sesekali ada tawa kecil, meski keduanya tahu, terlalu banyak hal yang belum diucapkan. Terlalu banyak alasan yang dulu membuat mereka berpisah jalan.

Saat acara bergeser lebih santai, mereka memilih berdiri agak menyepi.

“Kerja di mana sekarang?” tanya Fady, mencoba membuka obrolan ringan.

“Aku sekarang di perusahaan konsultan. Lumayan sibuk,” jawab Binar sambil tersenyum samar. “Kadang sampai lupa waktu.”

Fady mengangguk pelan. “Kamu memang selalu ambisius sejak kuliah. Tapi aku tahu, kamu kerja keras bukan cuma buat dirimu sendiri.”

Kata-kata itu membuat dada Binar sesak. Ia menahan diri untuk tidak menampakkan luka yang masih menganga tentang masa lalu, tentang alasan kenapa ia harus bekerja mati-matian. Bukan waktunya membongkar semua itu.

“Dan kamu sendiri, Dy?” Binar cepat-cepat mengalihkan topik.

Fady tersenyum, matanya menatap jauh. “Masih di dunia properti. Nggak banyak berubah. Tapi… hidup ternyata bisa berubah banyak, ya.”

Binar hanya bisa mengangguk. Ada hal-hal yang terlalu berat untuk dijelaskan dalam percakapan singkat.

Saat acara usai, Fady menahan langkahnya.

"Kita… masih bisa saling kabar, kan?” tanyanya hati-hati.

Binar terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

Dan entah kenapa, ia pulang malam itu dengan hati yang berdebar seolah pintu lama yang sudah ia kunci rapat, tiba-tiba terbuka kembali.

Di perjalanan pulang, layar ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.

Fady:

Senang ketemu kamu lagi, Bin. Hati-hati di jalan.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Binar tersenyum tanpa merasa bersalah.

Di dalam kamar apartemennya yang sunyi, Binar menatap layar ponselnya. Pesan dari Fady masih terpampang jelas. Hanya kalimat sederhana, tapi hatinya terasa penuh.

Ia menaruh ponsel itu di meja, lalu merebahkan diri. Matanya menatap langit-langit, tapi pikirannya berlarian ke mana-mana.

Kenapa harus bertemu lagi sekarang? batinnya berbisik. Ia sudah cukup lelah dengan semua yang terjadi: pernikahan yang hancur, anak-anak yang menjauh, stigma yang menempel erat di pundaknya sebagai seorang janda. Ia berusaha keras untuk tetap berdiri, untuk tetap terlihat kuat.

Namun tatapan Fady tadi… tatapan yang dulu pernah membuatnya percaya bahwa cinta bisa menyembuhkan. Tatapan yang kini kembali mengguncang tembok pertahanan yang selama ini ia bangun.

Binar menutup mata, menarik napas panjang. “Aku nggak boleh goyah,” gumamnya pelan. Tapi entah kenapa, senyum Fady terus saja muncul dalam kepalanya.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Binar merasakan debaran yang ia kira sudah mati bersama masa lalu.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
18 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status