Cintaku, Berhenti di Kamu

Cintaku, Berhenti di Kamu

last updateLast Updated : 2025-09-30
By:  Sigi AllegraUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Binar pernah hancur. Perceraian membuatnya trauma dan kehilangan percaya pada cinta. Hatinya menutup rapat, seolah bahagia hanyalah kisah orang lain. Binar takut jatuh cinta lagi, dan merasa dirinya tidak cukup layak dicintai. Hingga Fady datang, dengan ketulusan yang sederhana tapi kuat. Perlahan ia belajar lagi untuk merasa dicintai… namun luka lama tak mudah sembuh. Kehadiran Danar—cinta lama yang tiba-tiba kembali—membuka dilema yang tak pernah ia bayangkan. Di sisi lain, anak Binar menolak Fady, seakan dunia menegaskan bahwa pernikahan kedua hanya akan membawa luka baru. Sementara restu ibunya Fady pun belum berpihak pada mereka, karena status janda Binar membuatnya dianggap tidak pantas berdampingan dengan Fady. Binar berdiri di persimpangan, antara masa lalu dan masa depan, antara ketakutan dan keberanian. Dan di sana, ia harus memilih: apakah cinta berani berhenti di Fady… atau harus dilepaskan sekali lagi?

View More

Chapter 1

Pertemuan Yang Tak Terduga

Langkah Binar terasa ragu saat memasuki lobi hotel itu. Deretan lampu kristal menggantung megah di langit-langit, memantulkan cahaya yang berkilau di lantai marmer. Ia menatap sekeliling, mencoba menenangkan diri. Rasanya ia tak pantas berada di sini. Bertahun-tahun ia lebih sering berlari dalam kesibukan kerja, menyembunyikan diri dari sorot mata orang-orang yang selalu menghakimi.

Hari ini berbeda. Seorang teman lama memaksanya hadir dalam acara reuni kampus. “Sekalian refreshing, Bin. Kamu nggak bisa terus-terusan sembunyi,” begitu kata temannya. Akhirnya, dengan setengah hati, ia datang.

Tawanya terdengar kaku ketika menyapa beberapa wajah familiar. Orang-orang terlihat bahagia, sibuk menceritakan pencapaian hidup mereka. Sementara ia… hanya tersenyum seperlunya.

Dahulu, di Kampus Binar termasuk Mahasiswi populer, selain karena paras cantiknya, dia juga dikenal sebagai Mahasiswi beasiswa yang cerdas dan seorang aktivis yang hampir diketahui seantero warga Kampus.

Kesalahannya hanya satu, yaitu menikah muda pada saat masih kuliah. Di tengah popularitas yang sedang harum-harumnya, Binar memutuskan untuk menikahi Aldy, seorang pewaris restoran ternama di Kota.

Ketika kabar perceraiannya diketahui orang lain, terutama teman kampusnya, tentu menjadi bahan perbincangan hangat tentang alasan akhirnya Binar memilih menjadi janda daripada melanjutkan pernikahannya dengan Aldy. Padahal dalam pandangan mereka, Binar sudah hidup enak dan nyaman karena Aldy adalah orang berada. Tapi, pada kenyataannya hidup tidak seindah yang terlihat mata awam. Jangankan untuk berfoya-foya, untuk menghidupi diri sendiripun, Binar harus bekerja banting tulang sampai merelakan masa emas pertumbuhan anak-anaknya.

Di tengah ketakutannya akan banyak diinterogasi tentang kehidupan pribadinya, pandangannya berhenti pada satu sosok.

Di seberang ruangan, berdiri seorang pria dengan postur tegap, wajah yang lebih matang, namun mata yang masih sama, mata yang dulu pernah begitu ia kenal. Dadanya sontak bergetar. Muhammad Fady Firdaus.

Waktu seakan berhenti sesaat.

Binar refleks menunduk, seolah bisa menyembunyikan degup jantungnya yang tak karuan. Ia berpura-pura sibuk dengan ponselnya, berharap Fady tak melihat. Namun, doa itu tak terkabul. Saat ia mengangkat wajah, tatapan mereka bertemu.

Ada jeda aneh di sana. Antara kaget, canggung, dan entah mengapa… hangat.

“Binar?” suara itu berat, lebih dewasa dari yang ia ingat.

Binar menarik napas. Senyum kecil terbit di bibirnya. “Hai, Dy.”

Nama panggilan itu meluncur begitu saja, tanpa bisa ia tahan. Fady tersenyum tipis, senyum yang membuat kenangan lama tiba-tiba menyerbu tanpa permisi.

Percakapan mereka singkat, penuh jeda. Sesekali ada tawa kecil, meski keduanya tahu, terlalu banyak hal yang belum diucapkan. Terlalu banyak alasan yang dulu membuat mereka berpisah jalan.

Saat acara bergeser lebih santai, mereka memilih berdiri agak menyepi.

“Kerja di mana sekarang?” tanya Fady, mencoba membuka obrolan ringan.

“Aku sekarang di perusahaan konsultan. Lumayan sibuk,” jawab Binar sambil tersenyum samar. “Kadang sampai lupa waktu.”

Fady mengangguk pelan. “Kamu memang selalu ambisius sejak kuliah. Tapi aku tahu, kamu kerja keras bukan cuma buat dirimu sendiri.”

Kata-kata itu membuat dada Binar sesak. Ia menahan diri untuk tidak menampakkan luka yang masih menganga tentang masa lalu, tentang alasan kenapa ia harus bekerja mati-matian. Bukan waktunya membongkar semua itu.

“Dan kamu sendiri, Dy?” Binar cepat-cepat mengalihkan topik.

Fady tersenyum, matanya menatap jauh. “Masih di dunia properti. Nggak banyak berubah. Tapi… hidup ternyata bisa berubah banyak, ya.”

Binar hanya bisa mengangguk. Ada hal-hal yang terlalu berat untuk dijelaskan dalam percakapan singkat.

Saat acara usai, Fady menahan langkahnya.

"Kita… masih bisa saling kabar, kan?” tanyanya hati-hati.

Binar terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

Dan entah kenapa, ia pulang malam itu dengan hati yang berdebar seolah pintu lama yang sudah ia kunci rapat, tiba-tiba terbuka kembali.

Di perjalanan pulang, layar ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.

Fady:

Senang ketemu kamu lagi, Bin. Hati-hati di jalan.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Binar tersenyum tanpa merasa bersalah.

Di dalam kamar apartemennya yang sunyi, Binar menatap layar ponselnya. Pesan dari Fady masih terpampang jelas. Hanya kalimat sederhana, tapi hatinya terasa penuh.

Ia menaruh ponsel itu di meja, lalu merebahkan diri. Matanya menatap langit-langit, tapi pikirannya berlarian ke mana-mana.

Kenapa harus bertemu lagi sekarang? batinnya berbisik. Ia sudah cukup lelah dengan semua yang terjadi: pernikahan yang hancur, anak-anak yang menjauh, stigma yang menempel erat di pundaknya sebagai seorang janda. Ia berusaha keras untuk tetap berdiri, untuk tetap terlihat kuat.

Namun tatapan Fady tadi… tatapan yang dulu pernah membuatnya percaya bahwa cinta bisa menyembuhkan. Tatapan yang kini kembali mengguncang tembok pertahanan yang selama ini ia bangun.

Binar menutup mata, menarik napas panjang. “Aku nggak boleh goyah,” gumamnya pelan. Tapi entah kenapa, senyum Fady terus saja muncul dalam kepalanya.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Binar merasakan debaran yang ia kira sudah mati bersama masa lalu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status