Share

PENCARIAN ARLESA

Malam itu, Ratu Risani di rundung kesedihan. Arlesa tidak pernah lagi memberi kabar letak keberadaannya. Seluruh pengawal istana, Rexa kerahkan secara diam-diam, tetapi jejak Arlesa sama sekali tak di temukan. Sehingga Rexa menyimpulkan bahwa adiknya itu berada di dunia seberang.

"Bunda Risani, saya yakin, Arlesa berada di dunia manusia." Ujar Rexa pada ibu tirinya.

Ratu Risani perlahan duduk di kursi. Dia tak menyangka Arlesa nekat ke dunia manusia. Bagaimana bila ada manusia yang jahil ingin mengujinya? naluri seorang ibu begitu khawatir.

"Bunda juga bingung, Nak. Karena Arlesa tidak pernah memberitahu itu." Sahut Ratu Risani.

Rexa berjongkok ke ibu tirinya.

"Biarkan saya menyeberang juga, Bunda. Saya akan mencari Arlesa." Pinta Rexa agar di beri izin.

"Tapi, Nak. Dunia manusia itu banyak yang jahat." Imbuh Ratu Risani mengingatkan.

"Saya punya kekuatan melebihi mereka, Bunda." Sahut Rexa meyakinkan.

"Iya, Tapi kamu hati-hati. Ada banyak manusia yang berhati kotor selalu ingin menguji mahluk lain." Ratu Risani memberi wanti-wanti. Sebagai manusia tentu ia tahu watak sebagian dari kaumnya.

Karena khawatir, Ratu Risani mengizinkan anak tirinya itu melancong ke dunia manusia pula. Rexa akan di kawal empat pengawal pribadinya. Rencana mereka tidak ingin di ketahui Jeval dan Foland, terutama Raja Garsan. Bila mereka sampai tahu, Arlesa pasti akan jadi sasaran ulah kedua kakaknya itu.

"Jika Arlesa benar ada disana, bawa dia pulang, Nak." Titah Ratu Risani.

"Baik, Bunda." Sahut Rexa.

Rexa menuju ke kamar ibunya, Ratu Indara untuk meminta pamit. Malam ini juga ia harus ke duani manusia. 

"Malam ini kita berpindah dimensi, kita ke dunia manusia." Imbuh Rexa pada pengawalnya.

 

 Di dunia manusia, dengan perbedaan waktu yang berbeda, pagi itu Arlesa duduk bersama Gus Alam di ruang santai. Dia menceritakan tentang ingatan Maysa yang hilang saat di Wandara.

"Pasti ingatan Maysa sengaja di hapuskan." Gus Alam menyimpulkan.

Arlesa menelaah, memungkinkan itu benar terjadi. Panglima Rajab memiliki kekuatan demikian. Dengan alasan melindungi kerajaan tentu Panglima Rajab akan melakukan itu pada Maysa pula.

"Ah, paman Rajab." Lirih Arlesa dalam hati. Jika dia tahu Paman Rajab akan melakukan itu, tentu dia akan menghalaunya. Maysa sudah tidak mengingatnya lagi, bagaimana caranya dia bisa mengutarakan isi hatinya selama lima belas tahun pada Maysa? 

"Sebaiknya kau jujur saja pada Maysa. Bahwa kau mencintainya. Dia pasti tidak akan menolakmu, hanya perempuan gila yang menolak pria tampan sepertimu, sudah kaya, aktor lewat bila bersaing denganmu." Ujar Gus Alam yakin dengan guyonan menyertai.

Arlesa mengeleng. "Itu takkan aku lakukan, tindakan itu terkesan terburu-buru."

"Kenapa?" tanya Gus Alam.

"Aku ingin Maysa mencintaiku dengan tulus, mengetahui jati diriku sebenarnya." Jawab Arlesa.

 Dia akan mengutarakan isi hatinya bila Maysa sudah tahu tentang jati dirinya yang bukan sepenuhnya manusia. Arlesa tak ingin ada kebohongan disaat dia menjalin hubungan. Maysa harus tahu jati dirinya, apapun resikonya bahkan bila Maysa tak mau menerima kenyataan bahwa dirinya adalah sosok jin.

Arlesa beranjak membuka laci. Dia mengambil lipatan uang sebanyak 10 juta. "Ini  untuk mendukung rencana kita hari ini." Arlesa memberikan uang itu pada Gus Alam.

"Ok, ok. Saya akan menggunakan ini dengan baik, akan ku bawa banyak orang nanti." Sahut Gus Alam sembari mengibas-ngibas uang itu.

"Pak Gus, memiliki data yang lengkap, kan?" 

"Tentu, semua lengkap, KTP, hingga SIM juga ada." 

"Kita beli mobil, saya capek pakai taksi. Saya akan berikan uang Pak Gus untuk beli mobil tapi mengatas namakan Pak Gus. Kita beli dua, terserah Pak Gus pilih yang bagaimana." Terang Arlesa. Buat Gus Alam terperangah, baru kali ini ada mahluk yang sebaik Arlesa. 

"Oh Tuhan, kau memang sempurna Arlesa. Baik dan tampan." Gus Alam menepuk-nepuk pundak Arlesa. Karena geli, anak Risani itu beranjak ke sofa sebelah.

"Ah, kau ini. Jika Maysa yang menepukmu pasti lain halnya, kan?" ketus Gus Alam menyerngit.

"Sudah, saya akan ke showroom mobil, setelah itu saya akan menjalankan rencana kita." Tukas Gus Alam seraya merapikan rambut gondrongnya.

Arlesa beranjak ke laci itu lagi. Mengambil berlian biru sebesar kuku orang dewasa, berlian itu berasal dari kampung Gubam di Wandara, di kampung itu yang setiap tahun memproduksi berlian. Harganya di dunia manusia bisa mencapai miliaran.

"Jual ini Pak Gus, ini bisa beli tiga mobil. Bila ada yang bertanya pada Pak Gus ini dari mana, bilang ini warisan." Imbuh Arlesa meletakkan berlian itu di kotak kecil.

Pak Gus tertegun lagi. Berlian itu menyilaukan matanya. "Sisanya ambil saja untuk Pak Gus.Jadi tabungan." Lanjut Arlesa yang menaiki tangga dia ingin  ke kamarnya.

Sebelum di jemput Gus Alam dengan mobil baru mereka nanti. Arlesa ingin berolahraga dulu. Bentuk badannya proposional salahsatu aset untuk menarik perhatian Maysa.

Gus Alam begitu hati-hati membawa benda berharga itu. Dia akan ke toko emas paling mahal di kotanya. 

*******************

Gala begitu kewalahan melayani pelanggan yang membludak. Anak SMU dan SMP semua berkumpul di Cafe Zona. Ada ratusan pelanggan ia layani, kerena tak sanggup pria remaja itu meminta bantuan pada kakaknya, Maysa yang masih tidur segera menyegarkan diri untuk ke Cafe.

Dengan menggunakan ojek, Maysa tiba di Cafe tepat waktu, matanya masih berat karena semalaman dia dengan  Arlesa berjaga di Cafe.

"Mereka seperti ingin mendemo kita, Kak." Ujar Gala sudah terengah-engah mencatat pesanan lebih seratus siswa-siswi itu.

"Tumben, apa Cafe lain sudah tutup, ya?" gumam Maysa terhenyak. 

"Entahlah, Kak. Mereka katanya suka disini, padahal wajah-wajah itu sering nongkrong di Cafe sana." Sahut Gala mempersiapkan cup minuman satu per satu.

Maysa menguncir rambutnya.

"Ini rejeki kita, kakak akan bantu, apa bahan kita masih banyak stocknya?" tanya Maysa

Gala memeriksa lemari es.

"Sepertinya tidak cukup, Kak.  Stock buah kita menipis." 

"Kita buatkan  dulu yang ada, nanti kakak akan ke pasar." 

Dari luar ada Arlesa dan  Gus Alam mengamati para siswa -siswi suruhan mereka untuk meramaikan Cafe Maysa. Gus Alam memberikan uang ke remaja itu untuk membeli apa saja yang mereka inginkan di Cafe Zona.

"Terima kasih, Pak Gus. Tapi, Maysa pasti akan lelah." Lirih Arelsa mengamati Cafe Zona dari jauh.

"Ya sudah, kita bantu." Usul Gus Alam.

Arlesa dan Gus Alam memasuki Cafe Zona. Seluruh pasang mata siswi itu berpusat pada Arlesa yang begitu tampan, dengan tinggi 186 cm, tubuh atletis, plus wajahnya meneduhkan. 

"Ih, genteng banget .." 

"Aku yakin dia jelmaan Nabi Yusuf." Ucap salah satu dari mereka menambahkan.

Remaja itu malah menghampiri Arlesa yang masih di depan pintu. Mengerumuni lalu mereka satu per satu ingin meminta foto pada Pangeran Wandara itu. Tentu Arlesa panik, Gus Alam memasang badan pada Arlesa.

"Eisst.. eeistt sudah, sudah, ini pacar pemilik Cafe Zona. Harap jangan di ganggu." Kata Gus Alam setengah berbisik agar hal itu tidak di dengar oleh Maysa dan Gala.

Bak bodyguard, Gus Alam melindungi Arlesa dari cubitan nakal para siswi itu. Maysa yang melihat itu tertawa.  Teman barunya itu jadis sasaran empuk pelangganya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status