Tak ada harapan
Selama beberapa tahun ini Rere dan Juna menjalankan usaha mereka. Disamping mereka punya pekerjaan tetap mereka harus bekerja lagi dengan menjalankan usaha sampingan tersebut. Beban hidup yang cukup berat membuat mereka harus bekerja keras untuk menyelesaikannya. Hingga sampai sekarang mereka masih terbelenggu dengan keadaan yang cukup menyulitkan mereka. Tapi mereka harus tetap bertahan.
Ada harapan tiap bulan selain dari pendapatan mereka, yakni dari hasil usaha yang telah mereka lakukan selama ini. Walau masih banyak keinginan Juna untuk usaha yang bermacam-macam, tapi sebisa mungkin Rere mengingatkan pada Juna.
Beberapa tahun terakhir ini mereka menjalankan beberapa usaha di antaranya kantin, usaha bakso, dan investasi saham. Da
HARAPAN TERAKHIRKini usaha Rere dan Juna hanya mengandalkan dari Joni. Rere selalu berharap usaha dengan Joni berhasil. Banyak sekali kebutuhan yang harus di penuhi. Bila ingat hal tersebut Rere selalu bersedih. Usaha bersama Joni masih terus berjalan. Walau kadang hasilnya menurun, tapi masih tetap mendapatkan hasilnya. Hal ini membuat Rere semakin khawatir. Apalagi Tina dan Marni yang kurang bisa menerima jika hasilnya menurun. Rere mencoba memberi pengertian pada Marni dan Tina jika hasilnya menurun. Jika sudah tidak bisa memberi pengertian pada Tina dan Marni, Rere meminta Juna untuk memberi pengertian pada mereka tentang sebab turunnya usaha tersebut. Hingga suatu hari, kabar yang idak mengenakkan terdengar dari Juna. Terasa Rere ingin pi
BAGAI MENGINJAK BARA APIPernah suatu hari, Juna mendapat tagihan dari seorang teman. Sebenarnya teman Juna tersebut cukup mampu dan kaya. Juna mencoba pinjam uang kepadanya. Tapi kini uang terseut di minta kembali. Saat itu Juna dan Rere tidak punya uang sama sekali. Teman Juna bernama pak Ali. Dia meminta uang harus kembali besuk jam enam pagi. Juna sudah mengatakan minta tempo untuk mencari pinjaman dulu karena sekarang Juna tidak punya uang sama sekali. Tapi pak Ali menolak dan memaksa Juna untuk mengembalikan sesuai dengan keinginannya. Untuk itu Juna harus mencari pinjaman uang ke sana kemari.Semalam Juna tidak tidur, begitu juga Rere. Mulai jam sepuluh malam Juna terus pergi kesana kemari untuk mencari pinjaman uang. Tapi belum juga berhasil. Jam dua belas malam pak Ali menagih kembali uang tersebut. Juna belum punya dan harus mencari pinjaman lagi. Tengah malam itu pun Juna berangkat mencari pinjamaman ke beberapa teman yaang dia kenal. Sampai ha
“Rere, maukah kau menjadi pendamping hidupku?” Di antara hamparan tanaman padi yang mulai menguning, udara sejuk terasa menyegarkan,di tengah sawah terdapat sebuah gubuk yang begitu nyaman untuk menikmati indahnya suasana sawah di hari itu. Di gubug ini pula Juna menyatakan cintanya pada Rere. Dengan duduk berdua di gubuk, sambil menikmati udara yang segar. Mendengar perkataan Juna yang dengan jelas menyatakan cinta dan berniat untuk menikahinya, Rere terharu. Perasaannya tak menentu. Antara bahagia dan bingung dengan jawaban yang harus dia sampaikan pada Juna. Wajah Rere tersipu, pipinya merona merah. Sementara Juna yang telah mengutarakan maksud hatinya, merasa lega. Begitulah cara Juna mengutarakan cintanya. Dia bertujuan untuk menikah. Bukan seperti kebanyakan remaja yang suka gonta ganti pacar. Rere yang tidak menyangka me
Harapan itu akhirnya terjawab menjadi kenyataan Setelah menikah Rere dan Juna mulai menjalani kehidupan baru, dimana yang sebelumnya sendiri kini harus di bicarakan berdua. Rere dan Juna masih tinggal bersama orang tua Rere, kebetulan tempat kerja Juna tidak jauh dari rumah, sedangkan Rere agak jauh membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai ke kantor Rere. Rere berusaha untuk menjalankan peran sebagai istri Hari berganti hari, bulan berganti bulan, akhirnya sampai satu tahun mereka menikah tapi belum juga Rere hamil, Juna dan Rere selalu berdo’a agar segera dikaruniai momongan. Suatu hari, setelah solat dalam keadaan santai mereka ngobrol bareng. Juna berkata,Kita sudah nikah setahun, tapi kok kamu belum hamil ya?’’. Rere menjawab,” Iya,aku pasrah aja, mungkin Allah belum percaya’’. Kemudian melanj
Di rumah ini kini Rere tinggal bersama Juna dan anak semata wayangnya, Juna mulai berpikir untuk merintis usaha sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Hal itu di sampaikan pada Rere. ’’Aku pingin bikin usaha, kira kira usaha apa yang cocok ya,yang bisa aku lakukan setelah pulang kerja,’’ kata Juna, Rere menjawab,’’Aku ndak tau, belum kepikiran, soale aku ndak pernah usaha apa-apa.’’ Juna menjawab sambil tertawa kecil,’’Ya, aku percaya, soalnya setelah sekolah kamu langsung menikah ’’ Sambil membaca koran yang di bawa Juna dari kantor, ternyata Juna menemukan salah satu pabrik detergen yang membutuhkan agen. Juna bermaksud untuk mengambil kesempatan tersebut. Hal itu segera di sampaikan pada Rere sambil menunjukkan berita yang ada di koran tersebut. Juna berencana untuk berdagang sabun mandi dan sabun detergen. Rencananya akan di jalankan setelah pulang kerja. Juna men
Setiap anugrah harus kita syukuri... Tak terasa sudah enam tahun berlalu. Keadaan ekononi yang di alami Rere dan Juna belum juga menemukan titik terang. Tapi Rere tetap mencoba untuk tidak putus asa. Hanya Indra yang bisa membuat Rere semangat untuk hidup, tapi Rere juga kawatir, apabila suatu saat nanti jika hamil, apa yang harus dilakukan? Kehendak Allah memang tidak bisa di hindari oleh manusia. Indra sekarang sudah mulai tumbuh menjadi anak yang lucu dan bisa menghibur hati Rere. Ocehan cerita dari mulut Indra yang terdengar saat bicara, membuat Rere marasa ada seseorang yang masih membutuhkannya. Dalam kecemasannya Rere berkata pada Juna,” Mas, Keadaan kita sekarang masih seperti ini, bagaimana jika suatu hari nanti tiba-tiba aku hamil adiknya Indra?” Juna menjawab,” Kalau bisa jangan dulu lah, satu aja sudah cukup” Rere melanjutkan,” Tapi kalau cuma satu anak, ka
Sampai di lokasi hari masih cukup pagi. Udara masih segar, belum banyak asap kendaraan yang mengotorinya. Tak berapa lama kemudian di lokasi, sudah banyak yang datang. Mereka dari berbagai daerah dengan tujuan yang sama, tapi profesi berbeda-beda. Karena tuntutan aturan, mereka harus punya surat Registrasi di profesi masing-masing. Untuk mendapatkan surat tersebut mereka semua harus mengikuti uji kempetensi yang di adakan dan di nyatakan lulus. Untuk mencapai kelulusan tersebut bukan hal yang mudah. Banyak sekali diantara mereka yang harus mengulang lagi. Teman Rere juga ada yang mengulang. Lain dengan Rere, dia sebelumnya belum pernah mengikuti ujian ini. Jadi ini adalah ujian yang pertama dan semoga sukses. Suasana betambah ramai dan mereka saling berkenalan satu sama lain. Rere segera menghubungi beberapa teman yang juga mengikuti kegiatan
Keesokan harinya. Rere dan Juna aktifitas seperti biasa. Mereka berangkat ke kantor masing-masing. Setibanya di kantor Rere segera memberikan oleh-oleh yang telah di beli kemarin. Teman-teman Rere bertanya bagaimana tentang perjalanan kemarin. Waktu istirahat mereka berkumpul dan Rere mengatakan bahwa kemarian dia diantar oleh Juna. Soal yang di kerjakan cukup sulit, peserta juga cukup banyak dari berbagai wilayah. Tak lupa Rere bercerita naik tangga pada saat akan melaksanakan sholat dhuhur dengan menaiki tangga untuk menuju masjidnya. Teman- teman Rere membayngkan naik tangga yang cukup tinggi dengan keadaan perut Rere yang cukup besar.”Memang kamu itu nekat, perut sudah begitu besar, masih saja nekat naik tangga, kalau terjadi sesuatu gimana?”kata Rini yang sudah pernah kesana dan bisa membayangkan anak tangga yang di lewati Rere.Rere menjawab dengan tenang. ”Soalnya aku penasaran, tapi walau naik tangga cukup ti