Share

ANA?

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2022-12-17 10:24:36

Part 7

“A-apa maksud Anda, Tuan?” Aku merasakan wajah ini panas. Kaki ini bahkan mundur.

“Kau tidak menderita gangguan telinga, bukan?” Tuan Sultan menyipitkan mata. Kepalanya sedikit condong.

“Aku tidak mau mempunyai pelayan yang memiliki gangguan pendengaran, karena aku tidak akan mengulang-ngulang perintah!”

“Ma-af, Tuan. A-apa saya tidak salah dengar, kalau Anda meminta saya memandikan Anda?” Aku meyakinkan pendengaran ini.

“Tentu saja tidak! Aku memang mencari pelayan yang bisa mengurus segala sesuatunya, karena aku tidak bisa berjalan. Termasuk mandi dan mengganti bajuku.”

Aku menganga mendengar ucapannya. Pekerjaan macam apa ini?

Salahku memang tak menanyakan apa saja tugasku dari awal. Main ikut-ikut saja tes untuk pekerjaan ini.

“Kalau kau tidak mau melanjutkan pekerjaan ini, aku akan segera mencari penggantimu. Mumpung masih banyak yang mengantre. Dan kau, silakan pergi dari sini!”

Mulutku semakin menganga. Kalimat ancaman itu begitu menakutkan. Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini. Namun juga tidak mungkin harus memandikan Tuan Sultan. Aku....

“Sam....” Tuan Sultan memutar roda kursinya menuju pintu seraya memanggil pria ber-jas tadi.

“Anda mau apa, Tuan?” Aku panik, takut ia ingin membatalkan pekerjaanku, dan itu artinya nasibku dipertanyakan di luar sana.

“Sa-ya akan memandikan Anda, Tuan Sultan!” Akhirnya kalimat itu terucap sebelum dia memanggil orang kepercayaannya.

Dia berbalik. Masih dengan wajah datar. Tanpa ekspresi atau merasa menang.

Akhirnya aku mendorong kursi roda Tuan Sultan ke arah pintu di dalam ruangan yang ia sebut pintu kamar mandi. Entahlah, apa yang aku rasakan saat ini. Anggap saja aku bekerja menjadi pengasuh bayi, dan yang akan kumandikan ini seorang bayi.

Profesional saja Viola! Ini pekerjaan! Kau akan mendapat gaji dengan ini, dan yang terpenting kau aman dari Yuni di sini.

Aku terus meyakinkan diri, hingga kami tiba di sebuah ruangan yang rasanya sayang ruangan semewah ini hanya sebuah kamar mandi. Bahkan luasnya lebih dari tiga kali lapangan Volly.

“Bengong lagi?” Pertanyaan Tuan Sultan menyentakku. Aku memang melamun. Lebih tepatnya mengagumi kamar mandi ini. Benar-benar kamar mandi seorang sultan.

“Ba-bagaimana Anda biasanya mandi, Tuan?” Aku gugup. Benar-benar gugup. Berada di dalam kamar mandi hanya berdua dengan Tuan Sultan, membuatku gugup bukan main.

Bagaimana pun, aku wanita normal, dan Tuan Sultan lelaki dewasa. Bagaimana kalau ... ah, berpikir apa ini. Gegas aku menggeleng. Membuang jauh-jauh pikiran buruk.

“Buka dulu bajuku! Bagaimana aku akan mandi kalau masih berpakaian lengkap seperti ini?”

Ya Tuhan, beginikah menjadi seorang sultan? Bahkan lepas baju saja harus menyuruh. Padahal ia bisa melakukannya sendiri. Bukankah yang lumpuh hanya kakinya?

Namun, kembali ke pemikiran awal. Aku di sini untuk bekerja. Masa tidak mau hanya membuka baju majikan. Sementara di rumah Arman, aku bekerja siang malam tanpa dapat gaji. Hanya kerja rodi tanpa penghargaan sedikit pun.

Ingat Viola, kau akan mengumpulkan uang. Untuk membayar seorang pengacara mungkin. Agar kau bisa mengambil hakmu dari Yuni.

Dengan menahan napas dan memusatkan konsentrasi agar tidak terpengaruh pikiran kotor, jari-jariku mulai membuka kancing kemeja Tuan Sultan. Sedikit gemetar, itu yang dirasakan tangan ini, karenanya agak lama dapat membuka semua kancing itu.

Lalu saat semua kancing sudah terbuka, dan kemeja itu sudah lepas dari tubuhnya, aku dapat melihat apa yang selalu dibanggakan para pria untuk menarik perhatian wanita dengan tubuh mereka.

Otot-otot yang mencuat dan liat. Perut kotak-kotak seperti roti sobek kesukaanku, pokoknya tubuh yang tanpa lemak sama sekali.

Aku mengernyit heran. Bagaimana bisa seseorang yang tidak bisa berjalan memiliki tubuh sebagus itu? Tubuh yang selalu diolah dengan rutin dan konsisten. Apa walau dengan kaki lumpuh, ia tetap berolahraga?

“Apa hobimu memang melamun?”

Aku gelagapan saat suara Tuan Sultan terdengar lagi. Ya, aku memang melamun. Menjalani pekerjaan aneh seperti ini, siapa yang tidak shock?

Setelah selesai dengan kemejanya, kini yang terberat dan tentu memerlukan kesiapan mental dan hati. Aku harus melepas celana panjangnya.

Ya Tuhan, maafkan hambamu ini. Mungkin sebentar lagi mataku akan ternoda. Semoga ini tidak menjadi dosa. Semoga aku kuat. Aku hanya menjalankan pekerjaan. Tidak lebih.

Suara-suara dalam hatiku terus saja berisik. Saling menguatkan dan menerka-nerka apa yang akan kurasakan setelah kain penutup tubuh bagian bawahnya terbuka nanti.

Dengan tangan lebih gemetar dan berkeringat, aku mulai melepas gesper lelaki yang tidak ingin aku lihat wajahnya. Takut.

Lalu, saat resleting itu hampir saja terbuka, tiba-tiba saja dia menyentak tanganku dengan kasar. Kemudian memundurkan kursi rodanya menjauhiku.

“Keluar dari sini!” usirnya seraya membelakangiku.

Tentu saja aku terperangah. Kenapa dia mengusirku? Apa salahku? Apa tangan gemetar saat membuka pakaian majikan sebuah kesalahan?

“Keluar dari sini!” Dia mengusirku lagi masih dengan duduk membelakangi.

Aku masih mematung di sini. Tidak tahu kesalahan apa yang kuperbuat hingga tiba-tiba saja dia menolak untuk kumandikan.

“Kenapa masih di sana? Keluar dari kamar mandiku, Ana!”

Deg!

Aku terperanjat bukan main.

Ana? Dia memanggilku Ana? Itu ... panggilan seseorang di masa lalu dan aku sudah tak pernah mendengarnya lagi sejak lama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (75)
goodnovel comment avatar
luthfie gamer
kayaknya sulyan mantannya viola
goodnovel comment avatar
billy semar
baguuuussss
goodnovel comment avatar
Mega Simbolon
lanjut tor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   HINGGA MAUT YANG MEMISAHKAN

    445 “Jadi begitu, De. Kamu sama Amanda tidak masalah, kan?” Sultan menatap sepasang suami istri muda yang duduk di hadapannya. Di mana bayi tiga bulan terus mengeluarkan suara-suara lucu khas bayi dalam pangkuan Dewa. “Papa sudah ingin pensiun. Menikmati hidup berdua saja dengan Mama kalian. Ya, itung-itung bulan madu lagi untuk mengganti masa-masa awal pernikahan kami yang sempat carut-marut.” Dewa, Amanda, dan Vino yang duduk di sofa lainnya saling pandang sebelum memiringkan bibir masing-masing. ‘Siapa yang nikah, siapa yang bulan madu.’ Batin mereka mengejek. “Vino memang baru memasuki dunia ini, dan ia juga masih sangat muda. Tapi jika ia ada kemauan untuk belajar, pasti bisa kok. Apalagi didampingi wanita yang berbakat. Papa yakin perusahaan tidak akan dibawa tenggelam. Lagipula, Papa tidak akan melepas sepenuhnya. Ada orang kepercayaan Papa yang akan membimbing dan mengawasi Vino.” Sekali ini Dewa melirik Amanda di sampingnya seraya membenahi bayi Devano yang sudah mulai t

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   DUA KALI

    443“Abang, emang nggak berat?” tanya Kirani sesaat setelah Vino menurunkan tubuhnya di sofa. Ia baru saja dari kamar mandi. Dan sejak kejadian jatuh itu, Vino selalu membopongnya setiap hendak ke kamar mandi.Kedua tangan Kirani masih melingkar manja di leher sang suami, hingga lelaki itu meminta dilepaskan dengan isyarat dagu. Awalnya Kirani tak mau melepaskan tangannya. Tentu saja untuk menggoda sang suami.“Ok,” ujar wanita itu akhirnya seraya melepaskan tangannya karena Vino menatapnya tanpa kedip seolah bersiap kembali menerkamnya. Mereka baru saja menyelesaikan satu ronde percintaan pagi ini. Masa iya mau mengulang lagi bahkan sebelum sarapan.Sungguh, mereka tidak menyangka jika pernikahan akan seindah ini. Tiga hari di hotel, hanya makan, tidur, dan bercinta. Begitu seterusnya selama tiga hari tanpa melakukan apa pun lagi.“Nggak berat, kan, aku?” ulang Kirani karena Vino belum menjawab pertanyaanya.“Nggak,” jawab Vino yang duduk di sampingnya. Tangannya meraih remote TV, m

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   KEMBALIKAN

    442“Manis,” ujar Kirani seraya menarik wajahnya. Menjauhkan dari wajah lelaki di bawahnya. Semburat merah langsung menghiasi wajahnya. Ia ingin beranjak, tetapi tangannya ditahan.“Apanya yang manis?” tanya sang lelaki dengan tatapan lekat. Melihat wanita yang duduk di pangkuannya tersipu, adalah sesuatu yang membuatnya gemas. Padahal mereka sudah dua hari menikah. Tak terhitung sudah berapa kali melihat tubuh polos masing-masing. Tapi wanitanya selalu saja tersipu dan malu-malu.Tangan sang lelaki menarik lembut pinggang wanitanya agar kembali mendekat, kemudian berbisik di telinganya.“Apanya yang manis, hem?”Semburat merah tak henti-hentinya menghiasi wajah wanita yang pagi ini hanya memakai kemeja putih milik sang suami. Kemeja yang terlihat kebesaran di tubuh mungilnya, tetapi sangat seksi di mata sang suami.Cup.Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir sang wanita.“Ini yang manis?”“Ish, Abang apaan, sih?” Tangan sang wanita mengibas di depan wajah merahnya.“Jadi, kamu baru

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   SUAMI ISENG

    441Kirani mengerjap sebelum menoleh perlahan ke sisi kanannya di mana seorang lelaki tengah tertidur pulas dengan setengah tengkurap. Ditatapnya dengan seksama wajah yang walaupun terlihat lelah, tetapi senyum kebahagiaam dan kepuasan berpendar di sana. Tak terasa kedua sudut bibirnya tertarik ke samping. Ia ikut tersenyum melihat wajah sang lelaki yang penuh kepuasan.Pandangannya beralih perlahan menyusuri tangan kekar sang lelaki yang menumpang di atas tubuhnya. Dengan hati-hati, Kirani mengangkat tangan itu dan munurunkan dari atas tubuhnya, ia ingin ke kamar mandi. Rasa tidak nyaman di tubuh bagian bawah, membuatnya ingin ke kamar mandi.Namun, saat ia mencoba untuk bangkit, rasa tidak nyaman itu berubah perih yang membuatnya urung bangkit. Kirani menyibak selimut putih yang menutupi tubuhnya. Tapi gegas ia menutupnya lagi saat sadar jika tubuhnya masih polos.Wanita itu kembali merebahkan kepalanya. Matanya memejam, hingga semua yang terjadi semalam, terbayang dengan jelas. Die

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   TRIK

    441Vino duduk di tepi ranjang pengantin yang sudah dihias demikian rupa. Aroma mawar yang segar menguar dari kelopak-kelopak merah yang terhampar di atas kasur. Kedua tangan pemuda tersebut menopang tubuhnya di belakang punggung. Wajahnya menengadah dengan bibir terus menyunggingkan senyum.Terbayang bagaimana Kirani memeluknya sepanjang jalan tadi karena ketakutan. Triknya membuat wanita yang sudah disahkan tadi pagi berhasil. Ia tidak lagi melepaskan pelukan bahkan hingga mereka tiba di hotel.Padahal semua hanya akal-akalannya saja. Vino tahu jika gadis itu sebenarnya hanya pura-pura tidur, untuk menghindarinya.“Kena, kau!” gumamnya geli masih sambil tersenyum-senyum sebelum menyadari sesuatu.Vino menegakkan duduknya, kemudian menoleh dan memandang pintu kamar mandi di kamar hotel itu. Baru disadarinya jika Kirani sudah sangat lama berada di dalam sana. Terlalu asyik melamun, membuat Vino bahkan melupakan jika ia tengah menunggu wanita itu keluar.Sang pemuda berdiri, kemudian b

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   TAK ADA YANG TIDAK BAHAGIA

    438“Dilihatin terus bininya. Nggak bakal aku ambil juga.” Sebuah sindiran disertai tepukan di pundak Vino membuat pemuda itu mengerjap dan menoleh. Hingga tampak olehnya Dewa yang tengah memiringkan bibir di sampingnya.“Abang manusia paling maruk dan munafik kalau sampai ngambil istriku juga.” Vino balas melemparkan sindiran pedas.“Sudah ditinggal nikah sama perempuan lain, eh masih mau diambil lagi? Ter-lan-jur.”“Ter-la-lu, kali ….”“Suka-suka akulah.” Setelah mengatakan itu, Vino langsung berjalan menyongsong mempelai wanitanya yang baru selesai berganti kostum.Ya, hari ini adalah hari yang telah ditentukan untuk menyatukan cintanya dengan Kirani. Hari yang akan Vino catat dalam buku besar hidupnya sebagai hari bersejarah di mana ia akhirnya melepas masa lajang dengan gadis yang sejak lama menarik perhatiannya.Hari ini adalah hari bahagia yang bukan saja untuknya dan Kirani, tetapi juga untuk kedua keluarga. Terbukti dari wajah-wajah keluarga inti yang berbinar dan berseri ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status