Share

SALAD

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-16 10:13:14

Part 6

Ini adalah tes terakhir. Aku harus bisa membuat makanan kesukaan Tuan Sultan, dan makanan itu adalah ... salad sayuran.

Sebenarnya gampang saja, karena itu juga makanan favoritku. Oh, bukan! Lebih tepatnya aku dipaksa ibu untuk menyukai makanan itu.

Waktu ibu masih ada, aku diharuskan makan salad sayuran segar agar tubuhku sehat dan tidak bertambah lebar katanya. Jadi, saat masih SMP dulu, hampir setiap hari ibu membawakan bekal salad ke sekolah. Dan di sekolah, biasanya aku membaginya dengan seseorang yang sekarang entah berada di mana.

Kini, saat harus membuat lagi makanan itu, tentu jiwa melankolisku meronta. Rasa sedih tak dapat dicegah, datang begitu saja. Teringat ibu dan seseorang yang menjadi satu-satunya teman di kala itu.

“Kau mau tes kerja atau melamun?” Suara maskulin itu tiba-tiba saja sudah berada di belakang tubuh ini. Suara Tuan Sultan.

Kenapa bos besar seperti dirinya harus repot-repot masuk dapur?

“Ba-baik, Tuan. Sebentar lagi selesai,” jawabku gugup dan hampir menjatuhkan keju yang kupegang. Gegas kupercepat aksi memarut keju yang langsung ditabur di atas sayuran yang sudah diiris dan disiram yoghurt.

“Selesai, Tuan. Silakan!” Aku meletakkan mangkuk salad di meja makan yang lagi-lagi terlihat sangat mewah. Tuan Sultan sudah menunggu di depan meja itu dengan tetap duduk di kursi rodanya.

Pria ber-jas yang sejak tadi menjadi pemandu tes-ku menyendok secuil dari isi salad dan menuangnya dalam piring kecil di hadapan Tuan Sultan.

Aku menunggu dengan kepala menunduk dan dada berdebar tak karuan di pojok ruangan. Takut tes kali ini gagal. Dan ... apa yang aku takutkan terjadi juga. Lelaki itu meludahkan makanan yang kubuat dengan kasar.

“Makanan macam apa ini?” Suaranya memang tidak keras, tetapi mampu membuat semua orang di sana mengerutkan tubuh. Terlebih aku.

Aku memejam dengan kuat. Rasanya percuma sudah perjuangan naik-turun tangga sampai kaki lemas dan nyaris pingsan, lalu menahan mual untuk memilih celana dalam Tuan Sultan kalau akhirnya harus gagal dalam tes membuat makanan yang sebenarnya sangat kuakrabi.

Menguap sudah harapan untuk bekerja di rumah ini. Terbayang wajah Yuni yang murka karena surat-surat berharga kubawa pergi. Entah ke mana aku harus pergi setelah ini. Tubuhku mendadak lemas tak berdaya.

“Apa kau tidak membubuhkan bubuk kayu manis?”

Serta-merta aku mendongak. Menatap wajah dingin yang menatapku tajam. Tatapan itu ... ah, kenapa aku merasa pernah melihatnya?

Tunggu!

Tadi dia bertanya apa? Bubuk kayu manis? Kenapa dia tahu kalau aku biasa membubuhkan itu pada saladku? Siapa dia sebenarnya? Apa aku mengenalnya?

Aku ingin menatap lagi wajah itu, tetapi rasanya sangat segan dan tentu tidak sopan. Lagipula, aku tak mungkin mengenalnya. Aku tak punya kenalan apalagi teman bernama Sultan. Temanku hanya segelintir dan bukan dari kalangan atas seperti dia.

“Maaf Tuan, saya tidak menemukan bubuk kayu manis di sini.” Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku memang tidak menemukannya di dapur rumah ini.

Aku pikir ia akan marah dengan jawabanku. Nyatanya, kalimat yang keluar dari mulutnya setelah itu sungguh di luar dugaan.

“Naik dan siapkan air mandi untukku!”

“Apa?” Aku bertanya dan melongo seperti orang bodoh. Apa itu artinya aku diterima bekerja.

Aku ingin bertanya lebih jauh. Namun, lelaki berjas sudah mendorong kursi roda Tuan Sultan menjauh dari sini, lalu menghilang di balik tembok pemisah. Dan wanita berseragam dengan usia di atas empat puluhan mempersilakan aku untuk mengikutinya.

Kami melewati lorong yang lumayan panjang setelah meniti anak tangga terakhir sebelum sampai ke kamar Tuan Sultan. Entahlah, sepertinya perjuangan untuk bekerja di rumah ini saja sudah sangat sulit, bagaimana nanti menjalaninya? Apa aku sanggup? Namun, bagaimana aku tahu sanggup atau tidak kalau tidak dicoba?

“Ingatlah jalan ini baik-baik, ya, agar kau nanti tidak tersesat.” Wanita yang mengawalku, bicara dengan ramah. Ia melangkah dengan cepat hingga aku kesulitan mengimbanginya.

“Kau juga harus berusaha berjalan dengan cepat, agar Tuan tak sempat marah,” lanjutnya seraya melirikku yang ketinggalan.

“Jadi, aku benaran diterima di sini, Bu?” Entah kenapa aku masih belum percaya dengan semua ini.

“Tentu saja, ini kamu mau langsung diberi perintah pertama. Dan ingat, untuk mendapatkan pekerjaan ini tidak mudah. Berusahalah untuk betah dan bekerja sebaik mungkin. Jangan seperti para pendahulumu!”

“Maksudnya para pendahulu?” Keningku berkerut.

“Sudahlah, cepat! Kau tidak boleh lelet kalau tidak mau kena marah Tuan.”

“Apa Tuan Sultan sangat pemarah?”

Belum sempat pertanyaanku dijawab pelayan berseragam itu, kami sudah tiba di depan sebuah pintu bak gerbang menuju sebuah istana. Ukiran dan bentuknya yang besar dan tinggi, membuat pintu ini rasanya kurang pantas berada tersembunyi di dalam sini.

Seharusnya pintu ini berada di teras sana.

Aku masih mengagumi pintu ini saat benda dengan dua keping bagian itu terbuka dari dalam. Lalu muncul lelaki muda ber-jas yang selalu membersamai Tuan Sultan.

“Kenapa lama sekali? Tuan Sultan sudah ingin mandi.” Lelaki itu menyuruhku segera masuk.

Walaupun heran, aku segera masuk dan malah langsung terpana dengan ruangan besar yang lebih membuat takjub daripada pintunya.

“Cepat siapkan baju untuk Tuan Sultan!” Lelaki itu tampak gemas melihatku banyak melamun. Namun, bagaimana aku tahu apa yang harus dilakukan sedangkan ini hari pertama bekerja, dan aku belum berpengalaman.

Pelayan berseragam sedang mengajarkan aku cara memilih baju Tuan Sultan di lemari, saat lelaki berkursi roda mendekat dengan memutar roda kursinya sendiri.

“Kalian berdua keluarlah! Biar aku sendiri yang mengajari dia!”

Lelaki ber-jas dan pelayan wanita berseragam mengangguk hormat sebelum melirikku dan keluar. Tinggallah aku sendiri, berdiri berhadapan dengan Tuan Sultan.

Tubuh besarku terasa mengkerut saat tatapan yang kurasa pernah melihatnya itu tak lepas dari wajah dan tubuh ini.

Ia memindaiku sebelum berucap. “Mandikan aku sekarang!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
luthfie gamer
ko minta dimandiin
goodnovel comment avatar
Dewi Hasanah
sebagai wanita ya malu lah...
goodnovel comment avatar
Rosemala
makasih kak. lope yang banyak buat kakak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   HINGGA MAUT YANG MEMISAHKAN

    445 “Jadi begitu, De. Kamu sama Amanda tidak masalah, kan?” Sultan menatap sepasang suami istri muda yang duduk di hadapannya. Di mana bayi tiga bulan terus mengeluarkan suara-suara lucu khas bayi dalam pangkuan Dewa. “Papa sudah ingin pensiun. Menikmati hidup berdua saja dengan Mama kalian. Ya, itung-itung bulan madu lagi untuk mengganti masa-masa awal pernikahan kami yang sempat carut-marut.” Dewa, Amanda, dan Vino yang duduk di sofa lainnya saling pandang sebelum memiringkan bibir masing-masing. ‘Siapa yang nikah, siapa yang bulan madu.’ Batin mereka mengejek. “Vino memang baru memasuki dunia ini, dan ia juga masih sangat muda. Tapi jika ia ada kemauan untuk belajar, pasti bisa kok. Apalagi didampingi wanita yang berbakat. Papa yakin perusahaan tidak akan dibawa tenggelam. Lagipula, Papa tidak akan melepas sepenuhnya. Ada orang kepercayaan Papa yang akan membimbing dan mengawasi Vino.” Sekali ini Dewa melirik Amanda di sampingnya seraya membenahi bayi Devano yang sudah mulai t

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   DUA KALI

    443“Abang, emang nggak berat?” tanya Kirani sesaat setelah Vino menurunkan tubuhnya di sofa. Ia baru saja dari kamar mandi. Dan sejak kejadian jatuh itu, Vino selalu membopongnya setiap hendak ke kamar mandi.Kedua tangan Kirani masih melingkar manja di leher sang suami, hingga lelaki itu meminta dilepaskan dengan isyarat dagu. Awalnya Kirani tak mau melepaskan tangannya. Tentu saja untuk menggoda sang suami.“Ok,” ujar wanita itu akhirnya seraya melepaskan tangannya karena Vino menatapnya tanpa kedip seolah bersiap kembali menerkamnya. Mereka baru saja menyelesaikan satu ronde percintaan pagi ini. Masa iya mau mengulang lagi bahkan sebelum sarapan.Sungguh, mereka tidak menyangka jika pernikahan akan seindah ini. Tiga hari di hotel, hanya makan, tidur, dan bercinta. Begitu seterusnya selama tiga hari tanpa melakukan apa pun lagi.“Nggak berat, kan, aku?” ulang Kirani karena Vino belum menjawab pertanyaanya.“Nggak,” jawab Vino yang duduk di sampingnya. Tangannya meraih remote TV, m

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   KEMBALIKAN

    442“Manis,” ujar Kirani seraya menarik wajahnya. Menjauhkan dari wajah lelaki di bawahnya. Semburat merah langsung menghiasi wajahnya. Ia ingin beranjak, tetapi tangannya ditahan.“Apanya yang manis?” tanya sang lelaki dengan tatapan lekat. Melihat wanita yang duduk di pangkuannya tersipu, adalah sesuatu yang membuatnya gemas. Padahal mereka sudah dua hari menikah. Tak terhitung sudah berapa kali melihat tubuh polos masing-masing. Tapi wanitanya selalu saja tersipu dan malu-malu.Tangan sang lelaki menarik lembut pinggang wanitanya agar kembali mendekat, kemudian berbisik di telinganya.“Apanya yang manis, hem?”Semburat merah tak henti-hentinya menghiasi wajah wanita yang pagi ini hanya memakai kemeja putih milik sang suami. Kemeja yang terlihat kebesaran di tubuh mungilnya, tetapi sangat seksi di mata sang suami.Cup.Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir sang wanita.“Ini yang manis?”“Ish, Abang apaan, sih?” Tangan sang wanita mengibas di depan wajah merahnya.“Jadi, kamu baru

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   SUAMI ISENG

    441Kirani mengerjap sebelum menoleh perlahan ke sisi kanannya di mana seorang lelaki tengah tertidur pulas dengan setengah tengkurap. Ditatapnya dengan seksama wajah yang walaupun terlihat lelah, tetapi senyum kebahagiaam dan kepuasan berpendar di sana. Tak terasa kedua sudut bibirnya tertarik ke samping. Ia ikut tersenyum melihat wajah sang lelaki yang penuh kepuasan.Pandangannya beralih perlahan menyusuri tangan kekar sang lelaki yang menumpang di atas tubuhnya. Dengan hati-hati, Kirani mengangkat tangan itu dan munurunkan dari atas tubuhnya, ia ingin ke kamar mandi. Rasa tidak nyaman di tubuh bagian bawah, membuatnya ingin ke kamar mandi.Namun, saat ia mencoba untuk bangkit, rasa tidak nyaman itu berubah perih yang membuatnya urung bangkit. Kirani menyibak selimut putih yang menutupi tubuhnya. Tapi gegas ia menutupnya lagi saat sadar jika tubuhnya masih polos.Wanita itu kembali merebahkan kepalanya. Matanya memejam, hingga semua yang terjadi semalam, terbayang dengan jelas. Die

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   TRIK

    441Vino duduk di tepi ranjang pengantin yang sudah dihias demikian rupa. Aroma mawar yang segar menguar dari kelopak-kelopak merah yang terhampar di atas kasur. Kedua tangan pemuda tersebut menopang tubuhnya di belakang punggung. Wajahnya menengadah dengan bibir terus menyunggingkan senyum.Terbayang bagaimana Kirani memeluknya sepanjang jalan tadi karena ketakutan. Triknya membuat wanita yang sudah disahkan tadi pagi berhasil. Ia tidak lagi melepaskan pelukan bahkan hingga mereka tiba di hotel.Padahal semua hanya akal-akalannya saja. Vino tahu jika gadis itu sebenarnya hanya pura-pura tidur, untuk menghindarinya.“Kena, kau!” gumamnya geli masih sambil tersenyum-senyum sebelum menyadari sesuatu.Vino menegakkan duduknya, kemudian menoleh dan memandang pintu kamar mandi di kamar hotel itu. Baru disadarinya jika Kirani sudah sangat lama berada di dalam sana. Terlalu asyik melamun, membuat Vino bahkan melupakan jika ia tengah menunggu wanita itu keluar.Sang pemuda berdiri, kemudian b

  • PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN   TAK ADA YANG TIDAK BAHAGIA

    438“Dilihatin terus bininya. Nggak bakal aku ambil juga.” Sebuah sindiran disertai tepukan di pundak Vino membuat pemuda itu mengerjap dan menoleh. Hingga tampak olehnya Dewa yang tengah memiringkan bibir di sampingnya.“Abang manusia paling maruk dan munafik kalau sampai ngambil istriku juga.” Vino balas melemparkan sindiran pedas.“Sudah ditinggal nikah sama perempuan lain, eh masih mau diambil lagi? Ter-lan-jur.”“Ter-la-lu, kali ….”“Suka-suka akulah.” Setelah mengatakan itu, Vino langsung berjalan menyongsong mempelai wanitanya yang baru selesai berganti kostum.Ya, hari ini adalah hari yang telah ditentukan untuk menyatukan cintanya dengan Kirani. Hari yang akan Vino catat dalam buku besar hidupnya sebagai hari bersejarah di mana ia akhirnya melepas masa lajang dengan gadis yang sejak lama menarik perhatiannya.Hari ini adalah hari bahagia yang bukan saja untuknya dan Kirani, tetapi juga untuk kedua keluarga. Terbukti dari wajah-wajah keluarga inti yang berbinar dan berseri ba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status