Tapi tunggu, aku mendengar suara langkah kaki dari arah belakangku. Aku pun lantas menatap ke belakang, rupanya Laras.''Syifa, kamu mau ke mana?'' tanya Laras.Si*alan, aku kepergok sama dia. Bukankah tadi dia tengah mengobrol? Tapi kenapa malah sudah berada di belakangku.''Aku tengah akan membereskan semua isi rumah, 'kan kamu lihat semuanya berantakan,'' sahutku menjawabnya.''Oh begitu, biarkan aku saja yang membereskan semuanya. Sekalian aku mau membersihkan di gudang, soalnya tadi Mas Danu menyuruhku untuk membereskan semuanya dan kamu disuruh untuk istirahat saja,'' cecar Laras.Bohong sekali dia, selama aku menikah dengan Mas Danu tidak pernah sekali pun suamiku menyuruh untuk diam. Perhatian pun sama sekali tidak. Aku hanya sebagai budaknya yang harus menuruti semua perintahnya.''Tidak usah Laras, kamu 'kan tamu di rumah ini. Aku masih kuat kok mengerjakan semua ini,'' ucapku berpura-pura ramah.''Enggak apa-apa kok Syifa, 'kan bukannya kamu harus menjaga anakmu ya. Nanti Si
'Hallo, Pah?''''Hallo Syifa, sebentar lagi suruhan Papa akan segera datang ke rumahmu. Mereka sudah bersiap-siap,'' ucap Papa memberitahu.''Baik Pah, kedua anakku pun mereka sudah siap,'' sahutku memberitahu Papa.''Baik, tunggu saja. Pastikan kamu jaga mereka berdua, jika nanti ada suara tembakan segeralah bawa kedua anakmu untuk masuk ke dalam mobil,'' cecar Papa memerintahkan.''Siap, Pah.'' kataku pada Papa.Aku langsung mematikan sambungan telepon dan langsung melangkah ke luar rumah untuk membeli susu formula, untung saja tepat di depan rumah ada sebuah toko kecil jadi hanya sebentar saja aku membeli dan langsung kembali ke rumah untuk menyeduh, setelah selesai langsung aku kasihkan pada Sinta.Sekarang Sinta sudah tidak menangis lagi, aku kembali masuk ke dalam kamar dan memeriksa kedua anakku.
Tiba-tiba mereka yang bertopeng langsung dengan sengaja memukul punggung Mas Danu, Ibu dan juga Laras. Bruk! Seketika itu Mas Danu, ibu dan Laras langsung terjatuh ke lantai satu persatu. Mereka yang bertopeng pun berjongkok untuk memastikan apakah sudah benar-benar pingsan atau belum. Lalu dengan cepat mereka bangkit kembali untuk mengambil kursi dan juga tali. Aku lantas ke luar dari persembunyian dan berjalan menghampiri mereka. Prok ... Prok ... Prok ... Aku menepuk tangan sembari tersenyum, karena melihat pekerjaan mereka yang bagus dan mampu untuk melumpuhkan Mas Danu dan dua wanita yang tidak tahu diri itu. ''Pekerjaan kalian sangat bagus, saya sangat senang melihat oran
💖Sebelum membaca, jangan lupa komentar dan juga like ya💖________Mas Danu tertembak di bagian lengannya, dia terjatuh dan meringis kesakitan.'Arrrggghh .... Sakit, berengsek kalian. Bisanya hanya memakai senjata api,'' cecar Mas Danu.''Danu, kamu tidak apa-apa?'' ucap Ibu khawatir dan kaget melihat Mas Danu yang tengah meringis kesakitan.Tapi Mas Danu tidak menjawab dan malah menempelkan tangan kanannya di lengan kiri yang tertembak. Lengannya mengeluarkan darah yang begitu kental. Mas Danu masih meringis.Aku pun lantas mengedipkan sebelah mata pada semua pria bertopeng supaya mereka bisa pergi menjauh. Mereka membawa surat yang telah ditandatangani oleh Mas Danu.''Mas, buka tali yang mengikat di tubuhku, aku akan mengobati lukamu,'' rilihku pura-pura perduli.
''Dina ....'' ucapku tatkala menatapnya.Aku pun segera menghampiri Dina dan memarkirkan motorku di pinggir jalan.''Kamu mana ke mana, Syifa?'' tanyanya ketika kami sudah saling berhadapan.''Aku mau pulang ke rumah Din, aku sudah kangen sekali pada kedua orang tuaku. Sekarang kami sudah tidak bersama lagi,'' ucapku pada Dina.''Maksudmu apa? Siapa yang sudah tidak bersama lagi?'' ucap Dina heran dan menatapku dengan raut wajah yang serius."Aku sudah akan berpisah dengan Mas Danu, dan ternyata kamu benar bahwa suamiku dengan teganya telah berkhianat. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Laras adalah selingkuhan suamiku,'' ucapku menundukkan kepala tak berani menatap wajah Dina.''Syukurlah jika
''Pria bertopeng?'' ujar Papa mengernyitkan dahi menatapku.''Iya, apa mereka suruhan Papa?'' tanyaku menatap penasaran.Papa tersenyum kecil menatapku, ''Ya memang benar semua pria bertopeng itu suruhan Papa. Kamu jangan khawatir, itu bukan polisi,''''Tapi kenapa sampai membawa senjata? Bagaimana jika polisi tahu tentang barusan yang kita lakukan?'' ucapku penuh dengan ketakutan.''Tenang saja Syifa, biar Papa yang mengurus semuanya. Semua bisa dibeli dengan uang,'' ucap Papa tertawa.Aku pun menarik nafas kasar, semoga saja benar apa yang diucapkan oleh Papa.''Ya sudah, kalau begitu aku mau istirahat dulu ya Pah, Mah. Aku sangat capek sekali karena hari ini sangat melelahkan,'' ucapku pada kedua orang tuaku.''Ya sudah, jika kamu mau istirahat silahkan saja. Biar an
Aku pun segera meraih ponsel dan menatap siapa gerangan yang menelepon.Aku begitu kaget, ketika menatap layar ponsel. Ternyata yang menelepon Ibu mertuaku. Ada apa dia menelepon? Hmm, lebih baik aku tidak usah mengangkatnya. Lagi pula sama sekali tidak penting.Lantas, aku segera meletakan ponsel dan mengabaikan panggilan telepon Ibu, tapi sesaat kemudian aku berfikir.'Bukankah aku punya vidio Laras? Hmm, lebih baik sekarang aku sebarkan saja ke media sosial biar dia malu dan dipandang rendah oleh orang lain.' bisikku dalam hati.Aku pun segera menggunakan akun baru, untuk menyembunyikan identitasku yang telah berani mengirim vidio adegan dewasa dan mengupload status 'Vidio mes*um seorang wanita dengan delapan orang pria' tulisku distatus vidio itu.Setelah selesai membuat akun baru, lalu aku mengunggah vidio tersebut ke sebuah media so
''Ibu ... Bagaimana keadaan Mas Danu sekarang?'' tanyaku ketika telah menghampiri Ibu.''Ngapain kamu ke sini, hah?'' bentak Ibu mertua.'Ini mertua kok aneh banget, ya, 'kan bukannya dia sendiri yang menyuruhku untuk ke sini menjumpai anaknya yang tengah di operasi?' ucapku kesal dalam hati.''Aku ingin melihat keadaan Mas Danu, Bu. Hatiku benar-benar terluka ketika suamiku sendiri harus menjalankan operasi,'' lirihku berkaca-kaca.''Biarkan saja saya yang mengurus, saya tidak butuh kamu. Pergi sana!'' pekik Ibu mertua, aku menghela nafas. Harus benar-benar sabar jika menghadapi mertua yang telah pikun.''Bukankah Ibu yang menyuruhku untuk datang ke sini? Kenapa sekarang Ibu malah mengusirku. Ibu harus ingat ya, aku ini masih istrinya Mas Danu. Jangan seenaknya mengusirku,'' ucapku melotot ke arah Ibu.Ibu te