Home / Rumah Tangga / PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI / Bima memang yang bisa diandalkan

Share

Bima memang yang bisa diandalkan

Author: AlvinaMawar
last update Huling Na-update: 2023-07-04 17:52:28

PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI 

Part 8

''Br3ngs3k! Keterlaluan si Hilman! Dia sangat kurang 4jar sudah berbuat hal itu kepada kamu!'' Papa marah, raut wajahnya kecewa. 

Aku hanya bisa diam, aku sendiri pun bingung sekarang mau melakukan apa. Terlebih, sertifikat sudah berada di tangan Juragan Amir. 

Tiba-tiba, Papa merasakan jantungnya sakit. Beliau meringis kesakitan. Tubuhnya pun terlihat lemah. 

''Papa kenapa?'' 

Aku terkejut melihat Papa seperti itu, dengan cepat aku langsung memanggil dokter dan membawa Papa ke ruang perawatan untuk di cek kondisinya. 

''Bagaimana kondisi Papa saya, Dok?'' tanyaku sesaat Dokter selesai memeriksa keadaan Papa.

''Jantung Papa anda melemah, sepertinya beliau harus dirawat inap di rumah sakit ini agar kondisinya membaik,'' saran Dokter.

''Lakukan apapun asalkan Papa saya sembuh, Dok.'' Aku memasrahkan Papa untuk dirawat di Rumah sakit ini. Aku tak ingin jika didiamkan keadaan Papa akan semakin memburuk mengingat Papa memiliki penyakit jantung. 

''Baik.''

Dokter mengangguk, suster yang berada di sebelahnya lantas mengambil infusan dan langsung menyuntikkan ke pergelangan tangan Papa. 

Aku keluar dan menghampiri Via. Sekarang kondisinya agak membaik, sudah bisa makan walaupun hanya sedikit. Aku yang melihat Via disuapi oleh suster tersenyum bahagia. 

''Makan yang banyak sayang agar kondisi kamu semakin membaik dan kita bisa pulang,'' ujarku pada Via.

Via mengangguk sembari tersenyum.

Aku bingung setelah kami pulang dari rumah sakit kami akan pulang ke mana. Aku ingin rumahku kembali, tapi bagaimana caranya? 

Apa yang harus aku lakukan?

Dalam keheningan, terdengar suara pintu terbuka. Aku melirik ke arah pintu dengan heran. Ternyata seseorang datang tanpa diundang. 

''Wulan, maaf aku nggak tahu kalau anakmu dirawat di Rumah sakit ini," ujarnya penuh penyesalan.

''Untuk apa kamu tahu? Kamu bukan ayahnya.'' Aku melirik sinis tak suka dengan kedatangannya. 

Dia adalah Bima. Dia terlihat sedih mendengar perkataan yang aku ucapkan. Kedua tangannya menjinjing beberapa kantong belanjaan. Sepertinya dia ingin memberikan kepada Via.

''Aku memang bukan ayahnya, tapi aku perduli dengan anakmu.'' Dia sekarang terlihat dingin. Kemudian memalingkan pandangan ke arah Via dan mendekati anak bungsuku.

''Sayang, maaf datang terlambat. Seharusnya Om tahu bahwa kamu sedang di Rumah sakit. Ini Om bawakan oleh-oleh untukmu, semoga kamu cepat sehat kembali, ya.'' 

Bima tersenyum sembari menyerahkan kantong yang dibawanya. 

''Hore ... oke, Om. Terima kasih banyak, ya.'' Via terlihat gembira ketika menerima kantung yang ternyata berisikan banyak sekali mainan anak perempuan. 

Mereka terlihat akrab sekali seakan sering bertemu. Tapi kenapa aku baru tahu bahwa Bima mengenal dekat dengan anakku? Apa jangan-jangan sebelum aku bertemu kembali dengan Bima, Via sudah kenal dengan dia?

''Sejak kapan kamu kenal dengan Via?'' tanyaku pada Bima.

Bima terperanjat, dia menatapku. ''Satu tahun lalu, saat berada di taman. Waktu itu aku tidak tahu bahwa Via adalah anakmu. Tetapi sesaat papamu mengatakan yang sesungguhnya aku baru tanya bahwa Via adalah anakmu.''

Selama itu? Kenapa aku baru tahu?

Sekarang aku terdiam tak menjawab ataupun mempertanyakan lagi soal apapun. 

''Sejak tadi aku telepon papamu, kenapa susah sekali dihubunginya?'' tanya Bima.

''Papa dirawat di Rumah sakit ini. Ruangannya berada di sebelah ruangan ini.'' Aku menjawab pertanyaannya acuh.

''Di rawat? Kenapa kamu nggak bilang?'' 

Aku menatapnya tajam, Bima terlihat aneh. Dia lalu pergi dari ruangan ini. Dan, mungkin dia ke ruangan Papa dirawat. 

''Laki-laki aneh!'' gerutuku.

''Om Bima nggak aneh, Ma. Dia baik.'' Seru Via.

''Baik apanya?'' Aku mengurutkan kening.

''Buktinya dia memberikan Via banyak mainan mahal ini,'' celotehnya memuji.

''Dia sama sekali nggak baik, Via. Kamu jangan lagi dekat-dekat dengan dia.'' Aku melarangnya untuk tak lagi dekat dengan Bima karena aku tak ingin Bima mempengaruhi Via dengan hal yang tidak baik.

''Dia baik, Mama.'' Rengeknya.

Aku mendesah. Jika aku menekan Via, ia pasti akan sedih. Apalagi sekarang keadaannya barusaja sembuh. 

''Mama mau ke luar dulu, ya, sayang. Kamu sama Tante suster dulu.'' 

Aku memilih pergi dan menitipkan Via ke suster yang sedang menyuapi anakku. Aku ingin mengikuti perginya Bima.

Di depan pintu ruang rawat Papa, aku menatap sekilas Bima yang tengah sibuk mengobrol dengan Papa. Obrolan mereka terlihat serius. Aku ingin sekali mengetahui obrolan mereka.

Pintu kubuka. Papa dan Bima menatap ke arahku. 

''Kalian sedang membicarakan apa?'' tanyaku melirik ke arah Papa dan Bima.

''Kami sama sekali nggak membicarakan apapun. Aku hanya tanya kondisi papamu bagaimana,'' jelas Bima. 

Aku menghela nafas, aku fikir Bima dan Papa tengah membicarakan hal serius.

''Wulan, Papa ingin bicara serius terhadapmu, mumpung kamu ada di sini. Papa berharap kamu akan mengabulkan apapun yang Papa inginkan.'' Papa menatapku serius.

''Apapun itu, aku pasti akan mengabulkan apa yang Papa inginkan. Asalkan Papa sembuh tidak mengalami sakit jantung lagi.'' Dengan percaya diri aku menjawab demi kesembuhan Papa.

''Sebelum—

Bersambung

Aduh ... kira-kira Papa Wulan punya keinginan apa ya, kayanya serius banget? Dari pada penasaran mendingan buka bab selanjutnya yuk🤭🙏

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Season 2 — Perjalanan

    “Mas pengen punya anak dari kamu, Dek,” ucap Tomi pada Wulan. Saat ini, mereka tengah berbincang di kamar sembari menatap langit-langit yang ada di dinding. “Sabar, ya, Mas. Maaf aku belum bisa kasih keturunan sama kamu. Tapi mudah-mudahan kedepannya aku bisa hamil nanti. Kita berdoa aja, ya,” ujar Wulan penuh harap. Dia berusaha meyakini suaminya—Tomi agar mau bersabar menunggu buah hati yang dia idam-idamkan dari rahim Wulan. “Tapi kapan, Dek?” Tomi menatap nanar wajah istrinya. Dia benar-benar sangat berharap Wulan hamil dan bisa memberikan keturunan untuknya. “Ntahlah, Mas. Lagipula Mas tahu sendiri aku sudah melahirkan empat orang anak, mungkin aku susah hamilnya karena itu.”Tomi menghela nafas berat, dia merasa sudah seharusnya menjadi ayah, pernikahannya sudah berjalan selama tiga tahun namun Wulan belum juga bisa memberikan keturunan kepadanya. Memang, Wulan sudah memiliki anak empat dengan pernikahan yang sebelumnya bersama Hilman. Akan tetapi, Tomi ingin memunyai anak b

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Harapan terakhir

    “Tapi, kemarin Mama kaya lihat dia di penginapan ....” “Di penginapan?” tanyaku sedikit dengan nada terkejut. “Iya, benar. Persis seperti Bima. Waktu itu Mama pengen panggil dia tapi malah keburu masuk ke mobil.” Mama menjelaskan. Aku sedikit terkejut ketika mendengar ucapan Mama. Tetapi, aku nggak percaya. Sudah jelas satpam di rumahnya bilang kalau Bima meninggal dunia dan sudah di makamkan. Mana mungkin satpamnya berbohong. “Mungkin Mama salah lihat, jadi mikirnya dia Bima, padahal nyatanya Bima sudah meninggal dunia.”Mama terkekeh sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Iya mungkin ya, kayanya Mama salah lihat malah nyangka dia itu Bima.”“Iya, Ma, mungkin sudah nasib Bima harus seperti itu, aku juga masih belum menyangka dia pergi secepat itu,” lirihku dengan perasaan berkecamuk. Selama mengenal Bima dari dulu sampai sekarang, dia adalah laki-laki yang baik, punya rasa tanggung jawab yang tinggi, dan selama menjalin hubungan dengan dia pun aku selalu merasa tenang da

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    59

    Aku melangkah pelan bergegas membuka pintu, dan .....''Mas Tomi?''Aku menatap wajah suamiku dengan sedikit terkejut, rupanya yang mengetuk pintu adalah suamiku sendiri bukan seperti apa yang aku bayangkan.''Kamu kenapa?'' Tanya Mas Tomi heran.''Ah, nggak kenapa-napa kok, Mas,'' ucapku sembari terkekeh.Mas Tomi terdiam, dia melenggang dari hadapanku dan segera mencuci wajahnya.''Aku izin pagi ini mau pergi ya, Sayang,'' ujar Mas Tomi meminta izin.''Memangnya mau kemana sepagi ini, Mas?'' Aku kembali bertanya karena penasaran akan kemana perginya suamiku sepagi ini. Terlebih malam tadi kami tidak melakukan malam pert4ma yang seharusnya dilakukan oleh sepasang suami istri yang baru saja melewati proses ijab qobul kemarin, dan malah sekarang meminta izin untuk pergi?''Temanku ada yang meninggal,'' jelasnya lagi sambil menatapku dengan wajah serius.''Temanmu yang mana?'' tanyaku sembari menatap dengan pandangan dingin. Entah kenapa firasatku malah tertuju pada Bima.Ya, siapa lag

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Ada apa sebenarnya?

    Hingga pada akhirnya ....Selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku terbuka. Sorot mataku menerawang pada sosok laki-laki yang berdiri sembari melayangkan senyuman tipis di sudut bib1rnya.“Bi—bima ....”Aku terperanjat karena keterkejutan dengan apa yang sedang aku lihat saat ini. Untuk apa Bima berada di kamar ini? Mas Tomi? Dia kemana? Kenapa yang datang bukan suamiku. Ada apa ini sebenarnya? Pertanyaan itu seakan melayang di atas kepalaku. Entah mengapa Bima yang tadi tidak datang ke acara pernikahanku, dia malah terang-terangan datang ke kamar ini. Mau apa dia? “Kenapa kamu bisa masuk ke kamar ini, haa?” tanyaku seraya menaikan nada bicara. Aku tak suka dengan kedatangannya yang main nyolonong masuk tanpa permisi. Apa dia nggak tahu kalau kamar ini akan menjadi saksi m4l4m pert4ma aku bersama Mas Tomi, yang kini sudah resmi menjadi suamiku. Betul-betul tidak ada rasa malu. “Aku datang ke sini ingin melihat kamu betapa bahagianya menikah bersama laki-laki itu,” jelasnya sam

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Menikah

    PoV Wulan“Bagaimana, Wulan, apakah kamu setuju dengan permintaan aku minggu lalu?” tanya seorang laki-laki, dia duduk sembari tersenyum berharap mendapat jawaban yang dia inginkan dari mulutku.Seminggu lalu, dia mencoba melamarku, lalu setelah itu, aku melakukan shalat istikhoroh agar mendapatkan jawaban atas apa yang aku doakan selama seminggu ini. Dan ternyata ....Akan tetapi, hatiku seakan tak mampu membohongi, aku takut menikah lagi dan gagal untuk yang kedua kalinya. Apalagi aku dan dia belum lama saling mengenal, aku tidak tahu karakternya seperti apa dan bagaimana. Aku selalu merasa bimbang menentukan pilihan.“Jawab, Ma, kenapa diam saja. Gadis sama adik-adik setuju kok kalau Mama mau menikah lagi,” pungkas anak pertamaku menimpali.“Iya, Wulan, mungkin sudah saatnya kamu mulai membuka hati dan menata kehidupan yang baru, Mama sangat berharap kamu bahagia, dan Mama pun setuju jika kamu menikah lagi,” ujar Mama menimpali, sama halnya seperti Gadis.Aku menatap ke sekeliling

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Mencabut laporan

    Seketika itu, raut wajahku berubah, aku tak percaya dengan apa yang saat ini aku lihat. Ternyata ....“Dinar?” Dinar menatap tajam ke arahku, sorot matanya seakan menahan penuh kebencian.“Aku akan melaporkan ke polisi kalau kamu yang sudah mencelakaiku, Bima,” pungkasnya berucap. Aku tidak tahu sejak kapan Dinar sudah sadarkan diri dari koma, saat sebelum kedatangan polisi bahkan setelah polisi pergi pun aku masih melihat Dinar dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat.Apakah dia mendengar ucapanku barusan? Sepertinya iya. Apalagi melihat Dinar yang sengaja menjatuhkan gelas dan berucap bahwa akan melaporkan aku ke pihak kepolisian. Nggak bisa. Dia nggak akan mungkin bisa melapor, untuk bangun saja dia pasti akan sulit, apalagi sampai melapor langsung ke kantor polisi.“Maafkan aku, Dinar, aku nggak sengaja. Ini salah faham. Aku menyesal.” Aku berusaha memohon agar dia memaafkan aku. “Nggak sengaja katamu, hah? Kamu hampir akan membunuh aku, Bima, demi Tuhan, aku nggak ridh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status