Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 42 Syarat Prawara

Share

Bab 42 Syarat Prawara

Author: Freya
last update Last Updated: 2024-12-30 23:59:18

Nyai, apakah di sini ada Sinshe atau tabib dari China yang buka praktek pengobatan?"tanya Rangga.

Nyai Yasa menggeleng

"Tidak ada, mereka hanya buka praktek di kota,"jawab Nyai Yasa.

Rangga menghela nafas berat, desa Dadapan adalah desa terpencil yang dikelilingi hutan. Sepertinya tidak ada harapan untuk memperoleh bahan obat terbaik. Dia harus bisa mencari bahan alternatif yang ada di desa itu.

"Suami Nyai daya tahan tubuhnya sangat lemah sehingga penyakit ini dengan mudah menjangkitinya. Saya rasa dia juga ada penyakit lain sehingga makin memperparah sakitnya. Ginseng itu dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya, setidaknya beliau bisa segera sembuh termasuk penyakit-penyakit lain yang sudah lama dideritanya,"ujar Rangga.

Nyai Yasa hanya termangu mendengar penjelasan Rangga, dia lalu berkata

"Aku tidak berani meminta pada keluarga Prawara. Aku takut anggota keluargaku bakal dijadikan tumbal. Mereka keluarga yang aneh, jarang bergaul dengan masyarakat di desa ini."

Rangga terdiam me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 43 Persaingan Ra Kembar

    "Kamu harus bisa menyembuhkan penyakit kami sekeluarga,"ujar Prawara. Rangga terkejut lalu buru-buru menukas "Kalau penyakit itu menurut saya adalah penyakit keturunan. Mohon maaf, kalau penyakit keturunan saya tidak bisa,"tukas Rangga. Prawara tampak tidak suka dengan alasan Rangga. "Ini bukan penyakit keturunan, aku tidak mau tahu pokoknya penyakit di keluargaku ini harus sembuh! Kamu mau orang-orang desa itu sembuh tidak?" Rangga sejenak tertegun, ucapan Prawara seolah bagai ancaman bagi penduduk desa. Sedangkan penyakit itu ada karena praktek pesugihan yang mereka lakukan. "Baiklah saya bersedia mengobati anda sekeluarga. Tapi saya harus mengobati penduduk desa terlebih dahulu baru keluarga anda." Prawara tampak gembira mendengarnya. "Baiklah, mari ke gudang, di sana ada banyak bahan obat yang kamu perlukan. Ambil saja semaumu." Prawara dan Rangga ke gudang penyimpanan obat. Saat memasuki tempat itu, aroma herbal langsung menyergap.hidung. Saat memasuki ruangan, Rangga

    Last Updated : 2025-01-01
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 44 Penyebaran Wabah

    "Ya memang seperti itu resikonya. Tapi di sini aku akan mendapatkan keuntungan, jika pasukanku berhasil menghancurkan Sadeng, pasti Gusti Ratu akan menganugerahkan kenaikan pangkat bahkan menjadikanku sebagai Mahapatih Majapahit menggantikan Mpu Krewes,"ujar Ra Kembar dengan yakin.Wajah Ra Kembar merah menahan kemarahan, nafasnya sudah terengah-engah. Persaingan Ra Kembar dengan Gajah Mada dalam memperebutkan jabatan Mahapatih Majapahit sudah menjadi rahasia umum. Ra Kembar yang merasa senior, mengabdi sejak Prabu Wijaya berkuasa tak rela jika harus menjadi bawahan Gajah Mada yang jauh lebih muda.Melihat Ra Kembar yang dalan keadaan marah, Hasta belum berani berkomentar. Setelah berhasil menenangkan dirinya Ra Kembar melanjutkan perkataannya."Aku ini sudah mengabdi semenjak Prabu Wijaya berkuasa. Aku juga ikut serta berperang melawan Jayakatwang dan pasukan Mongol, memadamkan pemberontakan Ranggalawe ,Nambi dan Ra Kuti. Masa bertahun aku terus menerus berada bersama para prajurit y

    Last Updated : 2025-01-02
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 45 Kosong

    Hasta bersama rombongan telik sandi dan tak lupa dua sahabat sekaligus abdi setianya Gembong dan Tunggul yang senantiasa bersamanya menyusuri jalanan di perbatasan wilayah Lamajang Tigang Juru dan Majapahit. Setelah beberapa saat berjalan tibalah mereka di benteng Renon yang dibangun semasa Aria Wiraraja berkuasa sebagai penguasa Lamajang Tigang Juru. Dari kejauhan benteng itu terlihat sepi, tidak ada prajurit bersenjata lengkap yang berjaga di atas tembok benteng. "Aneh, benteng itu kelihatannya kosong, aku tidak melihat satupun prajurit di atas sana,"ujar Tunggul.Hasta ikut memperhatikan benteng itu dengan seksama, benar kata Tunggul, benteng itu terlihat sepi, tidak ada tanda-tanda aktivitas di dalamnya. Tapi sesuai prosedur perang, dia tidak boleh hanya mempercayai dari apa yang dilihatnya saja."Memang sepertinya tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Tapi sesuai prosedur perang, kita harus tetap waspada,"Hasta berkomentar.Hasta menoleh pada Tunggul"Tunggul, kamu dan

    Last Updated : 2025-01-04
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 46 Hasta dan Siwi

    Melihat sosok itu, Hasta langsung berlutut menyembah"Gusti Mahesasura yang maha sakti, hamba ingin minta bantuan anda. Turunkanlah wabah penyakit di desa Taladwaja ini."Mahesasura dengan suaranya yang berat dan besar bertanya"Untuk apa kamu memintaku menurunkan wabah penyakit pada orang-orang itu?""Orang-orang itu adalah musuh Majapahit yang harus hamba perangi. Hamba ingin memperoleh kemenangan dengan mudah. Jika hamba berhasil memperoleh kemenangan, hamba akan mendapatkan kenaikan jabatan.""Ha ha ha ha itu soal mudah bagiku. Tapi itu ada syaratnya,"ujar Mahesasura."Apa itu syaratnya?""Beri aku tumbal seorang gadis muda yang cantik untukku!"Hasta tersenyum jahat lalu berkata"Tentu saja hamba akan segera memenuhinya."Asap tebal kembali muncul, sosok Mahesasura makin lama makin tenggelam dalam asap. Ketika asap mulai menipis, Mahesasura sudah lenyap dari pandangan.******Saat Hasta keluar dari komplek pasetran, hari sudah subuh. Buru-buru Hasta berkemas lalu kembali ke desa.

    Last Updated : 2025-01-05
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 47 Kembali ke Majapahit

    Usai bercinta, Siwi segera mengemasi pakaiannya. Wajahnya masih tanpa ekspresi dengan tatapan mata yang kosong. Setelah berpakaian, Siwi meninggalkan Hasta."Siwi...mau kemana?"Siwi tak menjawab, dia pergi tanpa berkata-kata atau menoleh ke belakang. Hasta merasa aneh dengan sikap Siwi. Dia duduk termangu memikirkan peristiwa tadi.Siwi, mengapa dia bersikap aneh? Seorang gadis baik-baik bersedia tidur denganku tanpa harus kuajak atau kubujuk? Hmm... pasti ada sesuatu atau jangan-jangan, dia di bawah pengaruh Mahesasura?pikir Hasta.Ketika pagi menjelang, Siwi seperti biasa membagikan makanan pada para pengungsi. Kali ini Hasta menyapanya "Siwi...kamu baik-baik saja?"Siwi tampak heran dengan pertanyaan Hasta. Namun sikapnya pada Hasta masih tetap sama seperti kemarin-kemarin, tak ada yang berubah."Iya Kangmas Hasta, saya baik-baik saja, memangnya kenapa?""Oh, nggak...nggak apa-apa,"Hasta menggeleng lalu menerima semangkuk bubur dari Siwi.Siwi tersenyum kemudian berlalu. Hasta ha

    Last Updated : 2025-01-06
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 48 Rahasia Ra Tanca

    Ki Yasa Lurah Desa Dadapan sudah mulai membaik keadaannya. Sekarang dia sudah dapat beraktivitas seperti biasa. Para warga desa yang mengidap penyakit Cacar, sudah diungsikan di Bale Desa agar tidak menulari warga lainnya yang masih sehat. Sore itu di pendopo rumah Ki Yasa, Rangga bersama Ki Yasa dan Nyai Yasa sedang menikmati kudapan sore. Ada kue Wajik, Nagasari dan Jadah Blondo yang ditemani secawan Wedhang Uwuh. "Terimakasih Rangga, kamu telah menyembuhkan penyakitku dan penduduk desa Dadapan. Kami tidak mau wabah ini kembali berulang di desa kami,"ujar Ki Yasa. "Anda tidak perlu kuatir, jika sudah pernah terkena penyakit cacar, selanjutnya dia tidak akan terkena penyakit itu lagi karena tubuhnya sudah kebal terhadap kuman cacar,"jelas Rangga. Ki Yasa tampak gemɓira "Kalau begitu berarti aku tidak akan sakit seperti ini lagi?"tanya Ki Yasa. "Tidak Ki Yasa, tapi anda juga harus tahu bahwa wabah penyakit itu tidak hanya penyakit cacar saja. Ada wabah Lepra, Diare, Malari

    Last Updated : 2025-01-07
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 49 Rahasia Rangga

    Rangga tertegun, dia berusaha menenangkan gemuruh emosi di dalam dirinya. Lalu diapun berkata "Bapakku bernama Dipo, ibuku bernama Ayu Dewi. Aku berasal dari desa Pandakan." Awehpati menatap wajah Rangga dengan pandangan menyelidik lalu bertanya dengan nada tajam. "Hmm...desa Pandakan ya. Apa kamu tahu Gajah Pagon dan Macan Kuping?" Wajah Rangga tampak terkejut "Tentu saja saja aku tahu, Eyang Gajah Pagon adalah Kakekku sedangkan Eyang Macan Kuping Kakek Buyutku. Bagaimana Ki Sanak bisa tahu nama mereka? Apa Ki Sanak mengenal mereka?" Kali ini Awehpati yang tampak terkejut, matanya tampak berkaca-kaca. Telunjuk Awehpati menunjuk Rangga lalu berkata dengan suara gemetar. "Jadi...kamulah anak itu...kamulah Rangga anak Ra Tanca! Tidak salah lagi, anak Ra Tanca punya tanda merah di bahunya sama seperti kamu dan nama kalian juga sama Rangga." Rangga bagaikan disambar petir di siang bolong. Dia masih tak percaya jika ternyata dirinya adalah anak Ra Tanca seorang pengkhianat

    Last Updated : 2025-01-09
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 50 Pisau Bedah Ra Tanca

    "Orang-orang Majapahit itu pernah melihatku sedang bersama anda. Pastilah mereka sekarang juga mencariku karena aku anak Ra Tanca,"ujar Rangga.Awehpati menatap Rangga lalu berkata dengan nada serius"Mulai dari sekarang, kamu harus hati-hati. Mereka sekarang sudah mengincarmu."Awehpati mengambil pisau bedah itu, lalu diberikan pada Rangga."Pisau bedah ini pernah digunakan Ra Tanca untuk membunuh Prabu Jayanegara. Ambil pisau ini dan gunakan untuk membunuh Dipo orang yang selama ini kamu anggap bapakmu. Kamu harus membalaskan dendam kematian Bapak kandungmu."Tangan Rangga gemetar ketika menerima pisau bedah itu. Rangga menimang pisau bedah Ra Tanca, pisau bedah itu terbuat dari logam hitam dan terasa ringan ditangan. Walaupun sudah berusia 20 tahunan, namun pisau bedah itu masih tampak bagus dan tak berkarat. Di gagangnya ada ukiran yang tampaknya masih setengah jadi karena masih kasar."Ki Sanak, terbuat dari apa pisau bedah ini? Memang pisau ini tidak nampak berkarat, tapi bobotn

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 125 Ruang Rahasia

    Semua orang terkejut, wajah dan tubuh orang yang baru datang itu tampak bengep seperti habis dipukuli. Ternyata orang itu adalah tetangga mereka juga yang sama-sama berjualan makanan di pasar. Jiwo tertegun melihat kondisi orang itu. Apa yang dikatakan Saloka benar adanya, aku punya khodam pendamping yang tidak hanya sebagai penunjuk jalan tetapi juga membantuku menyelesaikan urusanku, pikir Jiwo. Setelah itu, orang-orang mulai meminta Jiwo untuk memberikan pengobatan, mencari pusaka dan benda yang hilang bahkan meramal nasib. ****** Pagi itu, Rangga berenang di air terjun. Saat di dekat gerojokan air terjun, Rangga melihat ada sebuah lorong di belakang air terjun. Letaknya tersamarkan karena tertutup oleh tumbuh-tumbuhan di sekitar tebing air terjun. Penasaran dengan lorong itu, Rangga berenang lebih dekat lagi, lalu mulai meneliti area di belakang air terjun. Lorong itu cukup untuk dilalui satu orang. Rangga masuk ke dalam lorong dan penelusurannya berakhir di sebuah rua

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 124 Mata Ke Tiga

    "Sebagai pengganti matamu yang telah kami ambil, aku akan menggantinya dengan penglihatan mata ketiga,"ujar Saloka."Maksudmu aku diberi mata baru? Lalu mata siapa yang akan kalian gunakan sebagai pengganti?"tanya Jiwo keheranan.Saloka hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jiwo."Kamu akan memiliki penglihatan mata batin tanpa batas. Kamu bisa melihat apa yang seharusnya tak terlihat."Jiwo tertawa sinis"Kalau cuma kaya gitu sih, dukun-dukun bahkan anak kecil bisa melihat makhluk halus. Apa istimewanya mata ketigaku?"Wajah Saloka berubah, dia tampak tidak suka disepelekan ilmunya."Kamu betul-betul orang yang tidak tahu terimakasih. Pandangan mata ketiga yang kuberikan kepadamu bukanlah mata ketiga biasa seperti yang dimiliki dukun-dukun kelas teri itu. Banyak orang yang menginginkan ilmu itu. Mereka rela bertapa bertahun-tahun untuk mendapatkan penglihatan Mata Ketiga itu tapi tak satupun dari mereka yang mampu memperolehnya karena syaratnya memang berat.""Baiklah kalau memang il

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 123 Negosiasi

    Kulitnya terasa perih karena berjalan menembus semak berduri dan terkena goresan ranting. "Buug!" Jiwo menabrak batang pohon besar yang menghalangi jalannya. Kepalanya pusing, kedua rongga matanya terasa sakit, setelah itu dia pingsan. Saat itu Jiwo merasa tubuhnya menjadi seringan kapas melayang keluar dari tubuhnya sehingga dia dapat melihat dirinya yang sedang terbaring di lantai hutan. Heei... aku bisa melihat sekarang, tapi apa aku sudah mati?pikir Jiwo. Sebuah lorong yang diterangi cahaya tiba-tiba terbentang di depannya. Jiwo terkejut melihat lorong bercahaya itu tiba-tiba sudah berada di depannya. Apakah lorong ini menuju nirwana?batin Jiwo sambil melangkah lebih dekat lagi mendekati pintu lorong. Jiwo terus melangkahkan kaki memasuki lorong, namun baru beberapa langkah masuk lorong, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik oleh sebuah kekuatan besar, tersedot masuk lebih dalam ke dalam lorong dengan kecepatan tinggi. Jiwo berusaha keluar dari lorong tapi tak bisa. T

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 122 Waru Doyong

    "Kami adalah penghuni tempat ini! Dan sekarang kamu tidur di atas istana Raja kami!""Istana apaan, aku tidur di atas batu kali,"jawab Jiwo setengah mengantuk.Namun orang-orang itu tampaknya tak mau peduli, mereka terus membangunkan Jiwo. Ada yang menggelitiki pinggangnya, menarik kupingnya atau menjambak rambutnya. Jiwo yang sudah kecapekan tak juga bangun walaupun tidurnya diganggu.Akhirnya karena Jiwo tak juga pindah tempat, makhluk-makhluk itu memindahkan Jiwo ke atas pohon Waru. Jiwo yang masih tak sadar dirinya berpindah tempat, dengan santainya berguling membalikan badan."Buug!"Badan jiwo jatuh dari atas pohon. Pemuda itu kesakitan dan memaki"Aduuh...sialan aku dipindah. Siapa yang mindah aku?!"Akhirnya Jiwopun menyerah, sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing gara-gara jatuh dari pohon, Jiwo duduk di bawah pohon. Rasa kantuknya sudah menghilang sama sekali. Tapi Jiwo masih bersyukur, pohonnya tidak tinggi sehingga tidak membahayakan dirinya. Udara yang dingin m

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 121 Perjalanan Rangga, Dhesta dan Jiwo

    Namun Dhesta tak mengindahkan perintah bapaknya. Dia mengambil Kapak Setan lalu berlari menyongsong lawan dan menghalau pasukan clurit dari Sekte Bulan Sabit Emas suruhan Hasta. Kapak Dhesta berkelebat membabat para penyerang. Jumlah mereka tidak terlalu banyak namun mereka semua memiliki tingkatan ilmu silat di atas rata-rata sehingga membuat mereka kewalahan menghadapinya. "Anak bodoh, kamu pulang ke Lawu saja, apa kamu tidak memikirkan keselamatan Amrita?" Dhesta tertegun, karena sibuk menghadapi musuh, dia melupakan Amrita. "Amrita!"Dhesta langsung berlari mencari Amrita di dalam rumah. Di sana dia melihat Amrita sudah diseret keluar dari tempat persembunyiannya oleh dua laki-laki berambut panjang terurai dengan ikat kepala Bulan Sabit Emas. Masing-masing membawa senjata clurit. "Hei...jangan sentuh dia!" Dua pria bersenjata clurit menengok terkejut ketika melihat ada orang lain di situ. Keduanya menghunus clurit lalu langsung menyerang Dhesta. "Hiyaaa." Di dalam rumah

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 120 Prawara dan Pawana

    Nyi Blorong mengejar, berusaha menangkap Saraswati. Gadis itu mencoba melawan, dengan ilmu Sang Hyang Tirta dia menyapu tubuh Nyi Blorong dengan air laut. "Whuuur!" Nyi Blorong hanya mengangkat tangannya, air laut berbalik menghantam Saraswati membuat gadis itu terkejut saat menyadari air laut berbalik mengantam dirinya. Dia berusaha menghindar tapi air laut seolah berada dalam kendali Nyi Blorong. Air laut itu seperti selendang air yang mengejar Saraswati. Kemanapun dia menghindar selendang air laut akan selalu mengejarnya. "Ha ha ha kamu bocah kemarin sore mau melawanku dengan ilmu Sang Hyang Tirta? Akulah si pengendali air yang sejati. Kamu tidak akan bisa melawanku!" Saraswati terus bergerak menghindar, walaupun dia memiliki stamina yang prima, tapi terus-terusan bergerak menghindar makin lama membuatnya semakin kelelahan. Sementara Rangga masih terus berusaha menghabisi pasukan manusia tanpa mata sehingga tak sempat memperhatikan Saraswati. Hingga suatu saat selendang

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 119 Manusia tanpa mata

    Rangga menoleh ke arah yang ditunjuk Saraswati. Entah darimana datangnya, ada seorang laki-laki berjalan ke arah mereka dari arah pantai. Berdebar Rangga saat melihat cara jalan orang itu. Orang itu terlihat berjalan biasa. Namun ketika kakinya melangkah, hanya dalam beberapa detik saja orang itu sudah mendekat ke arah mereka. "Saras, kita kembali ke goa, dia bukan orang. Aku tak mau berurusan dengan makhluk-makhluk di sini,"Rangga menarik tangan Saraswati mengajaknya pergi. Tapi Saraswati melepaskan tangannya dari genggaman Rangga. "Dia orang, lihat...kakinya menapak di tanah, penampilannya biasa saja seperti kita. Kalau kamu mau masuk goa, masuk saja sendiri,"Saraswati masih ngotot bertahan. Rangga mulai kesal dengan sikap keras kepala Saraswati. "Ayo kita pergi sebelum dia sampai kemari? Apa kamu tidak curiga dengan cara berjalannya?Lihat dia kelihatannya berjalan biasa, tapi hanya dalam satu langkah saja dia sudah menjangkau.jarak yang cukup jauh!" Saraswati mulai menga

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 118 Dunia di ujung goa

    Saraswati tersadar dengan gugup dia berkata "Oh ya tentu saja, bapakku seorang pertapa. Dia sering bertapa di gunung-gunung di pulau Jawa ini. Pastinya dia pernah di sini, simbol makara adalah simbol dari keluarga kami." "Lalu apa maksud bapakmu meletakan patung makara itu di sini? Seharusnya patung ini diletakan di tempat yang mudah terlihat. Bukan di tempat tersembunyi di antara celah bebatuan goa. Sepertinya dia tak ingin tempat ini ditemukan orang,"tulas Rangga. Saraswati terdiam mengingat-ingat sesuatu laku berkata lagi. "Bapakku pernah bercerita tentang jalur menuju Laut Selatan melalui sebuah lorong yang terletak di wilayah Pajang. Mungkinkah lorong ini akan membawa kita langsung menuju Laut Selatan?" Rangga teringat pengalamannya saat membebaskan keluarga Prawara dari perjanjian pesugihan dengan Nyi Blorong. Saat itu dia bisa langsung menuju Laut Selatan dari halaman belakang rumah keluarga Prawara. "Ah, tidak aku tidak mau ke sana lagi. Malas aku bertemu dengan par

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 117 Arca Dewa Baruna

    Mereka menerobos kerimbunan hutan di lereng Merapi. Ternyata jalur menuju goa itu tidak semudah yang terlihat dari jauh. Mereka masih harus berjalan agak jauh. Samar terdengar suara air mengalir dengan deras, semakin dekat suara air mengalir itu semakin jelas terdengar. Akhirnya tibalah mereka di depan sebuah bukit batu yang terjal. Di atas bukit batu itu ada sebuah goa. Sesampainya di depan bukit batu, Rangga berdiri terpaku. Bukit itu ternyata curam dan dipenuhi oleh bebatuan yang terjal, licin dan berlumut. "Kalau dengan cara biasa kita akan kesulitan mencapai goa itu,"Rangga berkomentar. "Lalu apa kamu mau mundur dan mencari tempat lain?"tanya Saraswati. "Tidak, kita tetap ke sana, kamu pegangan yang kenceng, aku bawa kamu ke sana,"Rangga memeluk pinggang Saraswati lalu melompat ke bukit batu, menapaki bebatuan dengan ilmu meringankan tubuh Sang Hyang Bayu. Saraswati yang terkejut berteriak kaget. "Hei, kamu tidak perlu menggendongku seperti ini. Aku juga bisa!" "Sudah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status