Home / Romansa / PENEBUS DOSA PENDUA / TWO CHAPTER : Amora Reborn

Share

TWO CHAPTER : Amora Reborn

Author: Hnscrltt_
last update Huling Na-update: 2025-02-01 12:00:05

Amora terbangun dengan tubuh dingin dan napas memburu. Keringat membasahi dahinya saat matanya menatap langit-langit kamar yang tampak asing, tapi anehnya... familiar.

Dinding krem, tirai putih melambai pelan terkena angin pagi dari jendela terbuka. Semua terasa seperti mimpi—tapi terlalu nyata untuk diabaikan.

Tangannya menggenggam seprai satin yang halus. Ia menoleh ke arah cermin di seberang tempat tidur. Wajah yang memandangnya kembali adalah wajah mudanya. Tanpa luka. Tanpa kerutan. Tanpa bekas kelelahan hidup yang dulu menggerogotinya pelan-pelan sampai akhir.

Gadis itu sontak turun dari kasur, berjalan menuju meja rias dimana terdapat ponsel nya yang tergeletak. Layar ponsel menyala menampilkan lock screen foto selfie dirinya dan Angel saat kelulusan. Bukan seperti ini lock screen ponsel nya, setelah pernikahan nya dan Ken dia selalu memberikan jejak Ken di dalam hidup nya, salah satu nya foto pernikahan mereka untuk lock screen ponselnya.

Amora menatap tanggal yang tertera pada layar ponsel, 23 Desember 2024. Ini adalah waktu 5 tahun sebelum kematian nya, gadis itu ingat hari dimana dia memergoki Ken dan Angel adalah 23 Desember 2029. Dan sekarang masih ada 1 bulan sebelum pernikahannya dengan Ken dilaksanakan.

“Aku kembali…” bisiknya lirih, nyaris tak percaya.

Seketika itu juga, kilasan-kilasan menyakitkan memenuhi kepalanya. Ia mengingat semuanya. Detil demi detil. Cinta yang berubah menjadi racun. Ken yang menghancurkannya. Angel yang menusuk dari belakang. Hidupnya yang berakhir dalam sepi, hanya meninggalkan surat yang tak pernah terbaca.

Amora meremas seprai itu erat. Napasnya gemetar. Tapi kali ini, dia tidak akan menjadi wanita yang sama.

Tubuh Amora masih gemetar saat ia duduk di tepi tempat tidur. Jantungnya berdetak cepat, bukan hanya karena keterkejutan akan kepulangan ini, tapi juga karena kesadaran baru yang menghantam begitu keras—dia punya kesempatan kedua. Kesempatan untuk mengubah akhir kisahnya.

Tanpa pikir panjang, Amora membuka ponselnya dan mulai menelusuri kontak. Jari-jarinya berhenti pada satu nama yang tak pernah ia sentuh sebelumnya, tapi selalu ia tahu ada di sana: Gerald David.

Musuh bebuyutan Ken. Pengusaha muda yang dulu hampir menghancurkan karier Ken lewat skandal besar, tapi gagal karena Ken dibela Angel. Amora dulu hanya mendengar namanya lewat pertengkaran-pertengkaran panas antara Ken dan Angel—dan kini, nama itu menjadi satu-satunya titik terang dalam rencana balas dendamnya.

Dengan jantung berdebar, ia mengirim pesan.

Amora : Gerald, ini Amora. Aku butuh bicara. Hanya kita berdua. Ini penting.

Beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam berlalu sebelum ponselnya berbunyi. Sebuah balasan singkat muncul.

Gerald : Menarik. Aku tahu siapa kamu, dan aku penasaran kenapa kamu mencariku sekarang. Baiklah. Kita bisa bicara. Tapi tempatnya aku yang tentukan. Malam ini. Club Vivre, pukul 9.

Amora menatap pesan itu lama. Club Vivre—tempat yang dulu sering disebut sebagai sarang para pemilik dosa masa lalu. Tempat yang tak pernah ia bayangkan akan ia datangi, apalagi sendiri.

Namun, ragu itu hanya sebentar. Ia mengetik balasan untuk Gerald.

Amora : Aku akan datang.

Ponselnya bergetar lagi.

Gerald : Jangan terlambat. Dan jangan bawa siapa-siapa.

Amora menghela napas dalam. Tangannya mengepal, menyeka sisa keringat dingin di pelipisnya.

“Gerald David …, kau musuh Ken. Tapi malam ini, kau mungkin akan segera jadi sekutuku.”

Dia berdiri, menatap cermin sekali lagi. Mata itu kini memantulkan nyala api baru. Tidak ada lagi wanita yang menyerah. Tidak ada lagi istri yang terluka. Yang ada hanyalah Amora yang bangkit dan siap menulis ulang takdirnya.

___

Langit malam menggantung kelabu, seakan menyerap segala kepenatan kota. Di sudut kota yang tak pernah benar-benar tidur, lampu-lampu neon dari Club Vivre menyala terang. Musik berdentum dari dalam, menggoda siapa pun untuk melupakan realita sejenak.

Gerald David duduk di bar, jas hitamnya masih rapi, dasi dilonggarkan, gelas whisky di tangannya belum disentuh. Ia datang bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk menemui seorang gadis bernama Amora, Amora Andromeda.

Siapa sangka, setelah bertahun-tahun, gadis itu akhirnya menghubunginya dan mengajak dirinya untuk bertemu, gadis itu adalah milik Ken Fernando, musuh abadi Gerald.

Gerald meneguk whisky dalam gelas dengan satu tegukan. Saat kepala nya terangkat, mata pria itu terpaku pada sosok wanita yang baru saja masuk dalam radar penglihatan nya. Gadis dengan tubuh proposional, kulit putih bening yang semakin bersinar dengan balutan dress merah maroonnya, dan rambut panjang yang dia biarkan tergerai membuat pesona nya lebih terpancar.

Gadis itu mengedarkan pandangannya hingga mata mereka saling menatap. Dengan senyum cerah, dia berjalan menghampiri Gerald yang masih duduk di depan meja bar.

“Selamat malam Gerald, aku harap kau tidak kecewa atas keterlambatanku.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PENEBUS DOSA PENDUA   16. SAATNYA

    Udara pagi yang dingin menyelimuti halaman luas tempat Amora dan Gerald berlatih setiap hari. Embun masih menempel di dedaunan, sementara matahari pagi perlahan menyembulkan sinarnya dari balik pegunungan. Namun, tak ada waktu bagi Amora untuk menikmati keindahan alam. Pagi ini, latihan mereka lebih intens dari biasanya. Amora berdiri dengan napas terengah-engah, tubuhnya berkeringat setelah serangkaian latihan bela diri yang membuat otot-ototnya tegang. Di depannya, Gerald berdiri dengan tenang, tongkat kayu di tangan kanannya. “Fokus,” ujar Gerald dengan nada tegas. “Serangan terakhirmu terlalu mudah ditebak.” Amora mengertakkan giginya. “Aku sudah mencoba yang terbaik.” “Coba lebih keras lagi.” Tanpa menunggu aba-aba, Amora melangkah maju dan melayangkan pukulan ke arah Gerald. Pria itu dengan mudah menghindar, namun kali ini Amora tidak berhenti. Ia terus menyerang dengan kombinasi pukulan dan tendangan, mencoba mengecoh lawannya. Gerald akhirnya tersenyum tipis saat A

  • PENEBUS DOSA PENDUA   15. MULAI LAGI

    Sejak peristiwa penyekapan yang hampir merenggut nyawanya, Amora tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Ken telah menunjukkan bahwa ia tak segan-segan menggunakan cara keji untuk mengontrolnya. Jika ia ingin bertahan dan menjalankan rencana balas dendam ini, ia harus memperkuat dirinya, baik secara fisik maupun mental. Di suatu pagi yang masih berselimut kabut, Amora berdiri di halaman luas rumah latihan milik Gerald. Keringat mengalir di pelipisnya, namun ia tidak peduli. Kakinya menjejak tanah dengan tegas, tubuhnya dalam posisi bertahan. Di depannya, Gerald berdiri dengan ekspresi serius. “Serang aku,” perintah Gerald dengan suara rendah namun tegas. Amora mengerutkan dahi. “Aku baru belajar beberapa hari. Aku nggak yakin bisa menyentuhmu.” Gerald menyeringai tipis. “Justru itu tantangannya. Jangan berpikir terlalu banyak. Ikuti instingmu.” Tanpa menunggu lebih lama, Amora melangkah maju dan melayangkan pukulan ke arah Gerald. Namun dengan mudah, pria itu menghi

  • PENEBUS DOSA PENDUA   14. TERBUKA

    Udara pagi yang biasanya segar terasa berat saat Gerald membawa Amora keluar dari lokasi penyekapan. Dengan wajah tegas yang tidak menyisakan celah untuk emosi lain, Gerald memastikan Amora berada di sisinya tanpa sedikit pun lepas dari genggamannya. “Gerald, aku baik-baik saja,” ujar Amora dengan suara lemah, mencoba meyakinkan pria itu. “Kamu tidak baik-baik saja,” balas Gerald cepat tanpa menoleh. Amora tahu tak ada gunanya berdebat. Gerald sedang dalam mode protektif yang tak bisa ditawar. Mobil mereka melaju dengan cepat menuju rumah sakit terdekat. Di sepanjang perjalanan, Gerald terus menatap lurus ke jalan, namun tangannya tetap menggenggam erat jemari Amora, seolah takut kehilangan gadis itu lagi. Sesampainya di rumah sakit, Gerald langsung memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Amora. Dalam waktu singkat, perawat membawa Amora ke ruang pemeriksaan. --- Setelah serangkaian pemeriksaan selesai, Gerald masih belum puas. “Kita ke ruang radiologi. Aku ingin memasti

  • PENEBUS DOSA PENDUA   13. PENCULIKAN

    Langit pagi yang cerah berangsur mendung ketika mobil Ken meluncur keluar dari pusat kota. Amora duduk di samping pria itu dengan hati yang gelisah. Pertanyaan demi pertanyaan berputar di benaknya. Ken tidak memberitahu tujuan mereka dengan jelas, hanya mengatakan ada sesuatu yang ingin dibicarakan di tempat yang lebih privat. “Apa sebenarnya yang kamu inginkan, Ken?” tanya Amora dengan nada tajam. Ken hanya tersenyum tipis tanpa menoleh. “Kamu akan tahu nanti.” Jawaban itu membuat Amora semakin tidak nyaman. Ia mengamati jalan yang semakin sepi dan berkelok. Hutan kecil dan perbukitan mulai menggantikan gedung-gedung tinggi. “Ken, hentikan mobil ini,” perintah Amora. Ken tetap diam, wajahnya tetap tenang namun penuh otoritas. Amora merasa ada yang tidak beres. Ia merogoh ponsel di dalam tasnya dengan cepat, namun sebelum sempat menghubungi Gerald, Ken merampas ponsel itu dan melemparkannya ke kursi belakang. “Tidak ada komunikasi dengan siapa pun sekarang,” ujar Ken din

  • PENEBUS DOSA PENDUA   12. LANGKAH SELANJUTNYA

    Langit Jakarta malam itu tampak kelam, seolah menyuarakan gejolak hati Amora yang tak menentu. Ia berdiri di depan cermin besar di apartemennya, memandang bayangan dirinya yang tampak sempurna dengan gaun hitam elegan. Namun, di balik penampilan tanpa cela itu, pikirannya penuh pertanyaan. Ken benar-benar nekat mempercepat pernikahan mereka. Dalam seminggu, ia akan menjadi istrinya—lagi. Amora mengepalkan tangan, menahan emosi yang bergejolak. Ini semua pasti bagian dari permainan busuk Ken dan Angel. Mereka ingin menyiksanya di kehidupan ini seperti mereka menghancurkannya dulu. Namun kali ini, ia tidak akan kalah. Gerald telah membantunya menyusun rencana matang untuk mengguncang bisnis Ken. Pertemuan malam ini dengan para tiran bisnis adalah langkah penting dalam permainan catur balas dendamnya. Ponsel Amora bergetar. Nama Gerald muncul di layar. “Sudah siap?” suaranya terdengar tegas. “Ya. Aku akan segera ke sana,” jawab Amora sambil mengambil tasnya. “Bagus. Aku tun

  • PENEBUS DOSA PENDUA   11. RENCANA KEN

    Langit Jakarta pagi itu kelabu, seakan menyimpan firasat buruk yang akan segera terjadi. Amora Andromeda baru saja kembali dari perjalanan bisnis bersama Gerald David di Korea Selatan. Cuaca dingin Seoul masih terasa menyelimuti tubuhnya meski kini ia telah kembali ke Indonesia yang panas. Namun, bukan cuaca yang membuat gadis itu resah, melainkan sebuah pesan yang baru saja masuk di ponselnya.Ken Fernando : Amora, kita percepat pernikahan menjadi minggu depan. Semua persiapan akan aku urus. Jangan khawatir, hanya perlu persetujuanmu.Amora memandangi layar ponselnya dengan tatapan kosong. Tubuhnya mendadak kaku. Ken Fernando, tunangannya sekaligus pria yang pernah menjadi suaminya di kehidupan sebelumnya, kembali menunjukkan sisi otoriternya. Bayangan pernikahan mereka yang kacau balau di kehidupan sebelumnya terlintas di benaknya—perselingkuhan, pertengkaran, dan luka yang tak pernah sembuh sepenuhnya.Gerald yang duduk di sampingnya menyadari perubahan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status