Arka terkejut melihat amarah Nina. "Lho? Kamu sendiri yang tanya- kenapa aku tidak diberitahu ibuku."
Nina menjadi panik. "Tante pasti sudah tanya ke mama, mama itu gak tahu apa-apa. Ya, kali orang tua tahu anaknya jadi penulis novel E. Kamu juga gila, ngomong itu difilter kek."Entah kenapa Arka merasa Nina lucu seperti seekor anjing. Meskipun tangannya masih memegang atas kepala Nina. Nih, bocah malah tidak takut."Ka."Arka melirik tangan mungil dan putih yang menyentuh tangannya dengan takut."Jangan seperti itu sama anak perempuan." Tegur kekasih Arka.Nina yang masih duduk, berusaha melepas genggaman tangan Arka di atas kepalanya. "Iya tuh, jangan kasar sama anak perempuan! Bitch!"Arka memutar kepalanya dan tersenyum menyeramkan. "Kamu bilang apa tadi?"Nina yang merasa masa depannya akan terancam, menggeleng ketakutan dan melipat bibir.Arka tergoda dengan bibir kecil itu lalu membungkuk dan mencium bibir Nina yang masih dilipat ke dalam dengan tangan kiri masih di atas kepala Nina dan tangan kanan masuk ke dalam saku celana dengan santai.Kekasih Arka dan temannya menjerit terkejut.Jantung Nina berdetak kencang, terkejut dengan kelakuan Arka. Astagfirullah!!!Arka menjulurkan lidah dengan nakal. "Bagaimana? Bisa menjadi tokoh utama di novel kamu kan?"Bisa banget! teriak Nina di dalam hati.Mulut Jaka menganga lebar dengan jijik dan masih mengangkat bakso yang ditusuk garpu tepat di depan mulutnya.Nina yang bersandar di tembok, menatap ngeri Arka.Arka menegakkan tubuh lalu memiringkan kepalanya sambil menyeringai nakal.Kekasih Arka menggigit bibir bawah, wajahnya akan menangis.Temannya yang tahu itu sontak membela. "Hei, Arka. Kamu berani selingkuh dengan wanita lain di depan mata kami?!"Arka menatap teman kekasihnya. "Selingkuh?"Nina menunjuk Arka tanpa sopan. "Benar, kamu tukang selingkuh! Bagaimana bisa mencium anak perempuan polos di depan umum apalagi kekasih kamu sendiri?!"Jaka menatap jijik Nina. Polos? Bisa menulis erotis apa bisa dibilang polos?Arka duduk di samping kursi Nina yang cukup untuk dua orang, lalu menarik tangan Nina melalui bahu ke depan dan menciumnya dengan mesra."Arka!" teriak kekasih Arka.Teriakan itu sontak menjadi perhatian orang-orang di sekitar, pemilik rumah makan tidak berani menegur begitu melihat wajah Arka.Dengan bibir bergetar, dia bertanya pada Arka. "Apa- apa kamu sudah bosan denganku? Apa karena aku cacat di mata jadinya kamu- kamu-"Arka tanpa merasa bersalah bicara blak-blakan. "Bukankah kamu ingin mencari lawan jenis yang bisa diajak tidur?"Nina berusaha menarik tangannya tapi ditahan Arka dengan kuat. Orang ini bahkan tidak membantah sudah tidur dengan kekasihnya."Aku tidak masalah jika kamu mencari teman tidur, aku bisa menghangatkan kamu tapi begitu mencari pendamping hidup- aku tidak mau.""Tapi kamu sudah mengambil-" kekasih Arka tidak melanjutkan kalimatnya tapi semua orang yang mendengar tahu apa yang dia maksud.Jaka menonton adegan itu sambil menikmati makanannya, mengabaikan Nina yang berusaha menolong."Ka, ngapain kamu gitu?"Jaka dan Arka memutar kepalanya ke arah Nina bersamaan. "Mhm?"Ah, Nina lupa kalau nama panggilan belakang mereka berdua sama. "Maksud aku Jaka, bukan Arka!" geramnya.Arka kembali menatap kekasih dan temannya. "Jadi, kenapa kalian ingin menuntut aku padahal hubungan kita hanya friends with benefit."Teman kekasih Arka. "Kamu sekarang tidak mengakui temanku itu kekasih kamu? Hah!"Nina terkejut ketika Arka memainkan tangannya di depan dada, menunjukkan kemesraan di depan umum. Orang ini sudah sinting!"Arka, kamu belum bilang soal putus- selain itu kamu bilang sayang sama aku jadi aku kira kita- kita-""Memang kita ada hubungan istimewa tapi aku sudah bilang dari awal untuk tidak sampai ke pelaminan, dari awal aku menikah pasti dicarikan istri oleh ibu."Nina mendekatkan kepalanya di dekat telinga Arka supaya terdengar. "Bohong, dasar pembohong!"Arka tersenyum miring. "Jadi, aku minta maaf kalau sudah membuat kamu salah paham.""Hei, bagaimana dengan janji kamu akan membantu operasi temanku?" tanya teman kekasih Arka.Arka pura-pura terkejut dan bertanya ke Nina. "Bolehkah aku mengeluarkan uang untuk mantan kekasih?""Hah?" Nina tidak mengerti maksud Arka.Jaka meluruskan. "Dia minta izin ke kamu buat bayar biaya operasi mata mantan kekasihnya."Nina berusaha menarik tangan dengan mendorong punggung Arka dengan kuat. "Gila aja! Nikah saja belum, udah minta izin. Konyol! Lepasin aku! Aku laporin ke tante baru tahu rasa!"Teman kekasih Arka melihat tubuh Nina yang agak gemuk dan berambut pendek, wajahnya pun kusam tidak terawat. "Kenapa kamu memilih batu? Padahal berlian jauh lebih indah, kalian berdua saling mencintai dulunya dan sekarang malah muncul anak perempuan yang bangga menjadi pelakor?"Nina berhenti ketika mendengar sebutan pelakor, menatap kesal teman kekasih Arka. "Apa? Coba bilang sekali lagi!" teriaknya."Pelakor! Kamu jelas pelakor! Mengambil kekasih teman aku! Kalau bukan pelakor terus apa lagi?" tantang teman kekasih Arka.Arka memutar badannya, takut Nina melakukan hal di luar keinginan. Menyerang orang lain bisa masuk pidana. Tidak disangka, ketika memutar tubuh- dia melihat mata berkaca-kaca Nina."Ni- nin?" tanya Arka yang bingung.Nina menghapus air mata dengan lengannya secara kasar, satu tangannya masih dipegang Arka.Diluar dugaan Arka, Nina bukannya mengamuk tapi menangis? Astaga.Jaka yang sudah terbiasa dengan sifat sensitif Nina, memberikan tisu. "Nih."Nina mengambilnya dengan tangan kiri. "Terima kasih banyak."Arka merampas tisu di tangan Nina, meremasnya lalu dilempar ke mangkuk kotor. "Hei, ada aku di sini. Kenapa kamu menangis?"Nina menggeleng pelan, ngambek.Jaka menghela napas panjang. "Nina tidak suka berhubungan dengan pria manapun, soalnya tahu pasti akan ada perebutan seperti ini terus menuduh Nina macam-macam, padahal anaknya tidak tahu apa-apa."Arka menatap Nina. "Kamu sedih disebut pelakor?"Nina menangis sesenggukan lalu mengangguk kecil.Layaknya cupid yang sedang memanah jantungnya, Arka luluh dengan Nina. Astaga, imutnya."Mencari simpati di depan Arka dan orang-orang? Padahal kamu sendiri yang mulai." Ketus teman kekasih Arka.Arka menarik kepala Nina dengan lembut ke dadanya yang keras. "Ternyata kamu lembut juga sampai menangis seperti ini, tenang- calon suami tercinta akan melindungi kamu."Nina merinding dan berusaha menjauhi cowok mesum ini. Gila aja tiba-tiba datang cium dan peluk dirinya. Bucin seperti di novel-novel? Enggaklah, apa kalian gak jijik sama orang model gini? Tampan memang bonus tapi kebanyakan di dunia nyata malah cowok yang tampangnya sama dengan kelakuan.Arka kembali menatap kekasihnya. "Aku sekarang sudah punya tunangan, jadi lebih baik kita berpisah.""Kamu memutuskan aku demi anak jelek itu?" tunjuk kekasih Arka. "Apakah dia sudah memberikan kamu kepuasan di tempat tidur?"Waduh!Setelah menemukan naskah yang dicarinya, dia bergegas memeriksa naskah tersebut. Naskah yang dibuat dicetak dan dimasukan ke dalam amplop cokelat, di dalam amplop ada cd untuk menaruh naskah untuk berjaga-jaga jika laptopnya bermasalah. Nina segera mengeluarkan cd dan dimasukan ke dalam laptop, malam itu dia berniat lembur dan tidak tahu dengan perbuatan Aiko yang menyebarkan isu mengenai rumah yang dijadikan prostitusi. Salah satu akun baru menetas, membuat postingan seolah curahan hati. 'Aku tidak tahu apakah ada yang percaya dengan tulisanku. Maaf, karena aku memakai akun palsu, hanya saja aku resah karena ada orang yang membeli rumah untuk dijadikan prostitusi. Rasanya tidak nyaman sekali ada orang yang keluar masuk beda orang ke dalam rumah itu, tadinya kami kira hanya dikontrakan biasa atau orang melihat tapi intensitas mereka datang itu terlalu sering dan orangnya beda-beda.' 'Aku tidak percaya jika tidak ada bukti.' 'Benar, apalagi akun baru menetas.' 'Tunggu dulu ya, nan
Nina pulang ke rumah dan melihat Retno duduk di sofa, sorot matanya kosong meski terlihat sedang menonton tv.Nina duduk di samping mamanya. "Ma?"Retno tersadar dari lamunan dan menyunggingkan senyum tipis. "Sudah pulang?"Nina melirik dua gelas kosong di atas meja. "Tante Ayu sudah ke rumah?""Ya.""Mama-""Mama tidak bisa bantu teman yang kesulitan.""Masalah tempat penerbitan tante Ayu?""Kamu tahu?""Aku sudah dengar masalahnya, tante Ayu rugi banyak, apalagi penulisnya koma sekarang. Tidak ada yang bisa dimintai pertanggung jawaban.""Terus bagaimana? Dibiarkan begitu saja?""Yah, terpaksa begitu. Tante Ayu harus menyerah, kalau memaksa diterbitkan, jatuhnya nama baik tempat tante yang jelek."Retno mengerutkan kening. "Daritadi kamu sebut ibu mertua tante, tidak dimarahi Arka?"Nina menjulurkan lidah dengan nakal. "Lupa, kebiasaan."Retno menghela napas dan kembali teringat temannya. "Mama harus bagaimana ya, buat bantu besan?"Nina teringat dengan saran Jaka. "Bagaimana kalau
Ayu duduk termenung di kursi kerja, kedua mata menatap brosur yang diberikan asistennya. Novel ini Ayu temukan karena sangat populer di salah satu platform terkenal dan gratis. Yang membuat Ayu jatuh cinta karena kalimat si wanita yang mengena di hatinya saat berusaha melawan keluarga suami sang tokoh.'Aku memang seorang wanita dan dianggap tidak bisa melakukan apa pun di mata pria, tapi setidaknya aku punya harga diri untuk melindungi diri dan anak-anak.'Di zaman modern, masih saja ada wanita yang bucin terhadap pria dan rela melakukan apa pun, menutup mata atas kesalahan pria dengan dalih martabat rumah tangga. Ayu sudah mengalami semuanya saat ditinggalkan suami dan membesarkan Arka, ditekan keluarga suami yang kaya raya dan dicemooh karena menerima kompensasi dengan dinilai mata duitan.Setelah membaca novel yang hampir mirip dengan kisahnya, Ayu gencar mendekati si penulis untuk diterbitkan ke tempatnya meskipun ternyata ada beberapa saingan yang sudah menawar. Mungkin karena
Kedua mata Karina menyipit tidak percaya ketika melihat Arka seperti orang baru keesokan harinya. Padahal kemarin terlihat orang lusuh dan sedikit stres karena pekerjaan, sekarang malah terlihat berseri-seri lalu dengan senang hati menjelaskan secara detail. Padahal sebelumnya memang menjelaskan tapi tidak sedetail sekarang.Bahkan sekarang pun di ruang kerjanya, Arka mencoret dokumen yang diberikan bawahan lalu ditulis alasan ditolak.Karina yang memeluk dokumen, tidak berani ikut campur urusan Arka, tapi para karyawan lain justru usil dan bertanya-tanya. "Ada apa? Kenapa wajah kamu seperti itu?" Tanya Arka sambil mengerutkan kening. "Kamu sedang memikirkan hal lain?"Karina menggeleng. "Tidak, saya hanya kagum melihat perubahan sikap anda dalam satu hari.""Ah, Karina. Ini namanya kekuatan pernikahan.""Kekuatan pernikahan?""Ya, dengan menikah dan saling terikat. Saat kita jatuh dan ingin mencari tempat penghiburan, hiburan terbaik adalah bersama pasangan."Kedua mata Karina terbe
Aiko yang kesal karena Arka dan Nina, menjadi lebih kesal karena ucapan sepupunya. "Apakah kamu tidak pernah merasakan bagaimana sikap keluargaku yang seperti pengemis?"Dahi Reiko berkerut semakin dalam. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?""Apakah kamu menganggap semua ucapan aku hanya omong kosong? Ternyata penilaian aku tidak pernah salah. Kamu sepupu yang-""AIKO!"Ibu Aiko menampar pipi putri kandungnya sekuat tenaga dan menyuruh Aiko membungkuk dalam. "Minta maaf ke sepupu kamu! Dia sudah bersusah payah datang kemari untuk kita dan kamu menghinanya?!""Bibi, aku-""Reiko, Aiko tidak bisa dimaafkan. Silahkan beri hukuman untuk anak ini karena sudah menghina kamu.""Bibi, tidak perlu berlebihan." Reiko jadi merasa bersalah ke bibinya."Tidak! Ini bukan masalah sepele, dia sudah menghina kamu, bagaimana jika kedua orang tua kamu tahu?! Aiko, minta maaf ke sepupu kamu!"Aiko yang masih membungkuk dalam karena tangan ibunya, minta maaf dengan nada gemetar. "Maafkan aku, Reiko. Ak
"Kebanyakan wanita muda atau seusiaku, yang belum mendalami agama atau apalah itu. Tidak suka dengan sex.""Aku-""Jadi, kamu sedang mendalami agama sekarang? Tenang saja, aku tidak akan marah meskipun agamaku kurang bagus.""Apakah aku terlihat sekuno itu?""Apa? Tidak.""Aku tidak suka dengan seks karena masa lalu keluargaku yang tidak menyenangkan. Bisa dibilang mungkin aku biang masalah, seandainya saja mama tidak melahirkan aku.""Kamu anak di luar nikah? Aku baru mendengarnya." Arka menyalakan kompor dan mulai memasak. "Tidak, dulu ayah kandungku suka sekali main bersama wanita. Hal yang paling menyedihkan adalah mama tidak bisa berbuat banyak karena tidak bekerja dan menggantungkan hidup padanya. Mau berpisah, takut menjadi bahan gunjingan orang karena janda selalu dianggap negatif oleh masyarakat." Nina mulai cerita pada Arka. "Mama terlalu takut menghadapi banyak hal hingga pada akhirnya menggantungkan hidup pada keluarga. Tidak ada bedanya padahal.""Pasti tante Retno punya
Arka menghela napas panjang begitu mendengar kebohongan Aiko. "Kamu- untuk apa berbohong sejauh ini?""Arka, aku tidak berbohong. Bagaimana bisa kamu bilang aku berbohong? Aku hanya menceritakan yang sebenarnya bahwa Nina sangat jahat.""Apa untungnya dia berbohong hal seperti itu? Menekan kamu? Besar sekali nyalinya.""Kamu- jangan terlalu percaya apa pun padanya. Dia hanya pembohong tidak tahu diri.""Begitu ya, jika dia hanya pembohong tidak tahu diri- lantas aku bagaimana? Pria yang bisa ditipu?""Arka.""Nina adalah istriku, berhenti mengancamnya. Kamu lupa kenapa kamu datang ke sekolah Nina? Jika dia mengancam kamu dan kamu hanyalah korban, kenapa justru kamu yang datang ke sekolah pelaku?""Karena-""Karena kamu sendiri yang mengancamnya.""Arka!""Berhenti mengganggu istriku, atau aku yang akan membuat perhitungan?"Aiko menggeleng. "Tidak, aku tidak akan pernah melepaskan kamu."Arka adalah jalan supaya bisa melampaui para sepupunya yang sombong itu, dia tidak ingin menunduk
Nenek Arka tidak suka melihat interaksi cucunya bersama perempuan lain tapi dia juga tidak ingin membuat sang cucu marah, dengan senyum menghina, merendahkan Nina supaya Arka sadar. "Kamu kerja sebagai cleaning service? Astaga, apakah kamu hanya bisa bersih-bersih untuk menjaga cucuku?"Nina menatap tidak mengerti nenek Arka. "Apa?""Cucuku sangat hebat dalam menjalankan perusahaan, harusnya kamu juga bisa menjadi pendamping yang hebat dong ya. Contoh saja Aiko ini." Nenek Arka menepuk kedua bahu Aiko dengan lembut. Nina menghela napas ironis. "Wow, ternyata yang ada di novel- ada di dunia nyata.""Apa?" tanya Arka yang tidak mengerti maksud istrinya.Nina melipat kedua tangan di depan dada. "Seorang nenek yang tidak suka melihat istri cucunya sehingga memaksa seorang pelakor untuk masuk ke pernikahan bahagia sang cucu. Anda tidak takut karma, nenek?"Nenek Arka tersenyum sinis. "Karma sudah menjadi makanan saya, dan saya sudah mendapatkan semua karma baik. Apa salahnya mendapat satu
"Selamat pagi, pak Arka.""Pagi."Arka putuskan menerima tawaran keluarganya dan mengurus perusahaan. Jadi dari pagi, dia tidak ke kantor seperti biasanya, melainkan pergi ke kantor nenek."Hallo, pak Arka.""Karina." Angguk Arka. "Bukankah direktur menyuruh kamu melihat tugas bagian keuangan?""Ah, saya disuruh melihat kinerja anda. Katanya anda sangat hebat dan bisa mengajar untuk pemula seperti saya.""Apakah kamu tidak ingin menjadi dokter hewan?""Kenapa tiba-tiba anda bertanya?""Bukankah ayah kamu seorang profesor untuk hewan?"Karina menghentikan langkahnya dan menatap bingung Arka. "Bagaimana anda bisa tahu? Saya tidak pernah mencantumkan pekerjaan ayah di cv.""Benarkah?""Ya.""Oh, saya kenalan kakak kamu di universitas." Jawab Arka dengan asal sambil balik badan dan menatap lurus Karina."Kenalan?""Yah, benar. Kami tidak terlalu kenal tapi yah setidaknya kami tahu nama masing-masing."Karina menatap Arka dengan cemas. "Apakah anda akan melapor ke kakak saya?""Tidak.""To