Ketika Ellshora tengah mencari-cari alasan rasional tentang keberadaan Luke yang tiba-tiba di sini, Luke justru bersikap biasa saja. Ia ingin memuaskan hasrat bermain basket yang cukup lama ia abaikan.“Mau melawan kemampuan terbaikku?” tantang Luke.Tantangan Luke yang angkuh cepat menyeret Ellshora dari semua keherannya. Ia menatap Luke, seolah ingin memberitahu pria itu bahwa basket adalah kebanggaan terbesarnya.“Kenapa tidak!”Ellshora merebut kembali bola di tangan Luke. Mereka bermain dengan sangat apik. Membuat semua penonton seolah tengah berada di pertandingan basket sungguhan. Luke mengakui, permainan Ellshora membuat keringatnya bercucuran. Dan juga, bagi Ellshora, Luke memang memiliki kemampuan yang cukup baik.Permainan yang cukup melelahkan. Skor seri, 45:45.Sekarang, bola berada di tangan Ellshora, gadis itu lihai melakukan dribbling. Mata Luke masih mengamati situasi dan bersiap melakukan siasat. Luke dan Ellshora saling menatap satu sama lain. Keduanya tak ingin len
“Berikan pada Luke,” perintah Luke pada Ellshora ketika gadis itu sedang menikmati acara televisi di ruang tengah. Daniel melempar sebuah map di sofa.Ellshora hanya melirik. “Apa itu?”“Kau bilang, akan melakukannya dengan caramu sendiri. Jadi bagaimanapun caranya, dua jam lagi berkas itu harus sampai di tangan Luke!” jelas Daniel.Penasaran, Ellshorapun membuka map itu.“Lamaran pekerjaan?” Ellsora mengernyit, membuat garis-garis di keningnya.“Perusahaan itu tak membutuhkan orang sepertiku. Aku sudah mengirimkan lamaran ke sana, hasilnya? Aku masih jadi pengangguran!” keluh Ellshora dengan kesal, teringat apa yang dikatakan Luke di The Golden Sun tempo hari.Daniel mengambil posisi duduk, lalu mengambil keripik kentang di tangan Ellshora. “Berikan itu pada Luke. Bukan pada orang di perusahaannya.”“Maksudmu?” Ellsora kembali mengenyit. “Aku harus memberikannya langsung pada Luke dan berharap dia akan memberiku pekerjaan?”Ellshora menambahkan. “Kau lupa dia siapa? Apa bosmu itu jug
Annami dan Chris menikmati suasana malam di gazebo modern dekat kolam renang rumah mereka. Membiarkan hembusan angin menyentuh kulit. Mereka duduk di sebuah kursi jenis lounge chair warna abu tua. Sementara, di meja sudah disuguhkan teh hangat dan pie apel sebagai pelengkap. Chris meraih cangkir teh dan menyesapnya selagi masih hangat. Sedangkan Annami, baru saja menghabiskan sepotong pie apel kecil. “Luke belum pulang juga?” tanya Chris seraya meletakkan kembali cangkir di atas meja kayu. Annami melempar pandang pada pintu kaca yang menghubungkan ruang tengah dengan ruang santai terbuka. Ia tak mendengar tanda kepulangan putranya sama sekali. “Pasti banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan malam ini.” Chris tersenyum. “Dia pemilik perusahaan. Tidak akan ada yang berani memintanya untuk lembur. Dia bisa selesaikan besok lagi, kan?” Bukan Luke namanya. Seorang Luke tak akan mengesampingkan pekerjaan dari apapun, termasuk dirinya sendiri. Seharian banyak agenda pertemuan dengan beb
Luke kembali membuat panggilan di ponselnya. Masih dengan nomor yang sama. Akan tetapi dengan cepat, Ellshora menolak panggilan itu begitu saja. Dua kali Ellshora membuat seorang Luke seolah kehilangan jati diri sebagai seoran CEO muda penuh kuasa. Ia tak pernah menerima penolakan dari segi apapun. Tapi seorang Ellshora yang memanggil namanya tanpa penghormatan, menuduhnya sebagai penipu, bahkan mengatainya sombong. Lalu apakah seorang Luke hanya diam saja ketika panggilan teleponnya ditolak oleh gadis biasa seperti Ellshora? Tentu tidak! ‘Aku bukan penipu, Nona! Apa sebentar lagi kau masih bisa bersikap seperti ini padaku?’ batin Luke kesal, sangat kesal. Luke harus pergi sekarang juga untuk menuntaskan sesuatu yang mengganjal. Ronan masih di kafetaria menikmati jam makan siang. Jadi Luke hanya perlu mengemudi sendiri salah satu mobil mewah yang berada di halaman gedung perkantoran. Dan The Dark, menjadi pilihannya sekarang. Angka di speedometer menunjukan kecepatan maksimal. Luk
Zane baru saja keluar kafe Olizer, Ellshora langsung menghampiri kekasihnya yang sudah selesai bekerja. Zane mengulum senyum senang dengan keberadaan Ellshora di sini. “Mau kubelikan hotdog pedas?” tanya Ellshora. Zane melebarkan senyumnya. “Boleh.” Mereka segera beranjak dari halaman kafe Olizer, menuju satu tempat dimana Zane dan Ellshora sering menghabiskan banyak waktu di sana. Sebuah foodtruck di taman kota, membuat mereka berhenti berjalan. “Aku pesan dua hotdog pedas, dua waffle caramel, dua kentang goreng salt spicy dan dua soda lemon,” kata Ellshora seorang di dalam foodtruck. Mendengar Ellshora menyebut pesanannya, Zane menoleh cepat. “Sebanyak itu? Kau serius, Ell?” “Aku yang traktir, Sayang.” Ellshora menyeringai namun menunjukan sikap tenangnya. Seolah memberitahu Zane bahwa ia serius. “Ada sesuatu yang harus kita rayakan malam ini. Jadi aku harus pesan banyak makanan.” Zane mengerutkan kening. “Perayaan apa?” Pertanyaan itu belum terjawab, penjual makanan di foodt
Untuk ketiga kalinya, Ellshora berada di pintu utama gedung Sonic Group. Seperti sebelumnya, kedatangan Ellshora menjadi perhatian Edd dan beberapa petugas keamanan lainnya. Tapi kali ini, tentu berbeda dengan pertemuan yang sudah-sudah. “Selamat pagi, Nona!” sapa Edd pada Ellshora. Ellshora membusungkan dada, mencoba bersikap seolah tak akan ada yang bisa mengusirnya dari sini. “Kau menyapaku?” Meski tersenyum, Edd tak bisa menyembunyikan ekspresi sedikit kesal. “Selamat bergabung dengan Sonic Group, Nona.” “Hahaha .... wajahmu terlihat aneh. Jangan memaksa senyum, Edd!” timpal Ellshora meledek sembari membaca ID Card yang menggantung di leher Edd. Edd melongo. “Hah?” Ellshora mendekati Edd, menepuk lengan pria itu dua kali. “Meski pertemuan kita sebelumnya memang mengesalkan, tapi tak ada salahnya mulai hari ini kita berteman kan?” ujar Ellshora melempar senyum pada pria yang berdiri di depannya persis. Lalu pandangannya ia edarkan pada tiga pria petugas keamanan di belakang
Ellshora menghentikan mobil tepat di teras gedung Carthage, salah satu anak perusahaan milik Sonic Group. Beberapa saat ia tak bergerak. Cody yang berdeham cepat membuat Ellshora tersadar. Ia turun dan membukakan pintu untuk seorang Luke. Cody sudah berada di depan pintu mobil saat Luke baru saja keluar.Tanpa mengatakan sepatah katapun, Luke berlalu dari situ. Membuat Cody cepat mensejajarkan kakinya dengan langkah Luke menuju ke dalam gedung untuk menghadiri pertemuan bersama para kolega.‘Aku penasaran, seberapa dingin sikap orang tuanya sampai memiliki anak seperti dia,’ batin Ellshora seraya mengerucutkan bibir.Ellshora membayangkan, sepasang suami istri yang selalu menginginkan pengakuan sosial. Orang-orang kaya yang menyanjung uang dan kemewahan. Yang selalu bersikap acuh pada semua orang biasa seperti dirinya, salah satunya. Begitulah menurut Ellshora tentang Tuan Chris dan Nyonya Annami, orang tua Luke.Luke menyeret langkahnya lebih cepat. Cody membukakan pintu ruangan pert
Mobil yang dikendarai Ellshora berhenti di depan gerbang mewah yang menjulang tinggi. Seorang penjaga rumah membuka gerbang, dan Ellshora melajutkan perjalanannya masuk ke dalam sampai di depan sebuah pintu utama rumah paling mewah yang pernah dilihatnya.Ellshora terus mengedarkan pandangannya pada bangunan mewah milik keluarga Whiston. Ia segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Luke. Tanpa menunggu apapun, Luke cepat beranjak dan masuk ke dalam. Meninggalkan Ellshora dengan semua kekagumannya pada tempat ini.‘Seperti dalam mimpi. Aku tempat seluas ini masih bisa disebut rumah?’ decaknya dalam hati.“Nona?”Suara lembut yang melintasi pendengaran Ellshora, membuatnya cepat menoleh. Seorang wanita senja yang sepertinya cukup tak asing, sudah berdiri di hadapan Ellshora sekarang. Dan dua orang berseragam pelayan rumah, di belakang wanita itu.“Apa kau orang yang menggantikan Ronan sebagai supir baru putraku?” tanya wanita itu.Ellshora menyadari sesuatu. “Maaf, Nyonya. Apa kau N