Share

BAB 9. Ciuman Manis di Ketinggian 150 Kaki

Dan Zane yang sudah ditunggu, akhirnya datang. Ia juga terkejut melihat kehadiran Ellshora di rumahnya yang tiba-tiba. “Kenapa kau tidak memberitahuku kalau mau kemari?”

“Saat kita bicara di telfon tadi, kau tidak mengatakan apapun,” imbuh Zane.

Frida yang menjawab. “Mulai sekarang ini rumahnya juga. Jadi tak perlu memberitahumu kalau dia mau kesini.

“Pintu rumah terbuka lebar untukmu, Ell. Jadi datanglah setiap saat,” tambahnya.

Apa yang diucapkan Frida membuat Ellshora memancarkan wajahnya yang berseri-seri. Melihat ekspresi itu, Zane tersenyum. Ia menarik kursi dan mengambil posisi duduk bersama dua perempuan tersebut.

“Makanlah, Sayang. Ellshora membuat sup terenak yang pernah Ibu makan selama ini,” puji Frida. “Ibu ambilkan mangkuk untukmu.”

Ketika Frida bersiap bangkit dari duduknya, Ellshora menahan.

“Biar aku saja, Bu,” katanya langsung menghampiri lemari rak dan mengambil piring dan sendok, kemudian cepat kembali ke meja makan.

Ellshora menuangkan sup ke mangkuk, dan memberikannya pada Zane.

Zane bisa merasakan perpaduan bahan dan bumbu yang sangat pas, menghasilkan cita rasa luar biasa. Kemampuan memasak Ellshora memang perlu dibanggakan.

“Ibu, aku tidak salah memilih calon menantu untukmu, kan?”  canda Zane penuh kebanggaan, ia melirik Ellshora yang memperlihatkan senyuman malu-malu.

Frida bersemangat. “Jelas tidak! Kau sangat pintar memilih calon istri. Kau harus menjaganya dengan baik, karena banyak pria di luar sana yang ingin mendapatkan Ellshora!”

Ellshora benar-benar terus dibuat tersipu hingga ia tak bisa mengatakan apapun. Semua pujian yang Daniel ucapkan padanya sama sekali tak berhasil membuatnya sekedar tersentuh walau hanya seujung jari. Namun Zane dan Frida membuat Ellshora meleleh.

“Oh, iya, Bu. Terima kasih untuk boneka rajut buatanmu,” ucap Ellshora. “Aku suka sekali!”

Senyum Frida melebar. “Syukur kalau kau menyukainya. Aku merajut semalaman, dan saat itu aku justru teringat denganmu.”

Kebersamaan mereka tak bertahan lama. Zane sangat mengatur waktu istirahat ibunya dengan sangat baik. Setelah meminum obat yang Zane berikan, Frida masuk ke dalam kamar untuk segera tidur. Sementara Zane dan Ellshora duduk di teras rumah sembari menikmati desiran angin malam.

Sudah empat tahun. Frida mengalami gangguan pada ginjalnya. Zane bekerja keras untuk kebutuhan sehari-hari mereka dan juga biaya pengobatan Frida yang tak main-main. Selain bekerja di kafe yang cukup besar, ia juga mengambil pekerjaan tambahan sebagai pengantar pesanan. Jadi terkadang ia harus pulang lebih lama dari biasanya.

Ellshora menghirup udara malam ini yang terasa melegakan. Pandangannya mengitari penjuru rumah Zane dan lingkungan sekitar. Suasana cukup sepi di sini.

Zane memandangi Ellshora. “Mau pergi ke taman hiburan tidak?” tanyanya.

Ellshora mengernyit. “Sekarang?”

Zane mengangguk-angguk. Kemudian bergantian Ellshora yang memberinya anggukan. “Boleh,” ucapnya.

Merekapun segera pergi meninggalkan rumah Zane dan beberapa pohon besar di sekitaran situ. Begitu sampai di loket taman hiburan, seorang penjaga memberitahu mereka sembari memberi dua lembar tiket masuk.

“Waktu kalian hanya dua puluh menit sebelum kami tutup,” katanya.

Zane dan Ellshora mengangguk. “Baik, Nona.”

Mereka berlari melesat ke dalam dengan tangan Zane yang terus menggenggam Ellshora.

“Mau berteriak bersama?” Zane dan Ellshora saling pandang. Ellsora melengkungkan bibirnya membentuk bulan sabit, ia mengiyakan tawaran Zane.

Roller coaster adalah wahana pertama untuk dicoba. Ketegangan hanya beberapa saat, setelahnya mereka berteriak lepas menikmati keseruan permainan yang menegangkan. Setelahnya, mereka turun dan menuju wahana selanjutnya.

Nafas mereka masih tersengal-sengal. Zane melirik jam tangannya dan ia tahu masih punya waktu meski tak banyak. “Pengunjung sudah mulai sepi. Mau beradu boom boom car berdua denganku?”

“Patut dicoba!” seru Ellshora.

Ellshora dan Zane benar-benar menikmati malam ini. Menguras banyak tenaga, tapi tak melelahkan bagi mereka. Selain kemampuan masak yang luar biasa, Ellshora juga sangat mahir dalam permainan boom boom car. Zane benar-benar dibuat kewalahan sekarang.

Hanya beberap saat, mereka menyudahi permainan lalu membeli minum di salah satu kedai. Ketika melihat bianglala, Ellshora tertarik. “Bagaimana kalau kita duduk di sana sambil menunggu waktu habis?” katanya menunjuk ke atas, pada bianglala yang tinggi.

“Ayo!” Zane mengiyakan.

Sekarang, sisa ketegangan hanya terngiang dan perlahan menghilang. Berada di atas begini menciptakan suasana jauh lebih tenang. Angin malam yang semakin menusuk, membuat Ellshora berkali-kali menggosok kedua tangannya. Menyadari hal tersebut, Zane cepat melepas jaket dan mengenakannya pada tubuh Ellshora.

“Maaf membuatmu kedinginan karena mengaja pergi terlalu malam,” katanya.

Tapi Ellshora tak membenarkan perkataan Zane. “Aku harusnya berterima kasih. Kau sudah memberiku malam yang sangat menyenangkan.”

“Kau senang, Ell?” Zane ingin tahu.

“Tentu!” sergah Ellshora, ia membuta lebar matanya dan memandagi Zane. “Hari ini, aku merasa benar-benar bahagia. Bahagia karena ibumu, dan karena kalian membuatku merasa aku masih memiliki keluarga yang sesungguhnya.”

Beberapa waktu, mereka diam tanpa suara. Desiran angin terdengar sangat jelas ketika bianglala membawa mereka di ketinggian 150 kaki. Menawarkan pemandangan malam kota Norwich yang memukau.

“Aku akan membahagiakanmu dengan caraku, Ell,” ucap Zane memecahkan kesunyian tadi.

“Maaf karena butuh waktu lama untuk membawamu dari semua kondisi yang menyulitkanmu. Jika waktunya tiba, aku akan membawamu ke altar dan mengucapkan janji suci pernikahan. Kita akan memberi kehidupan baru seperti yang kau impikan selama ini, Ell.”lanjutnya panjang sembari menggenggam kedua tangan Ellshora.

Mata Ellshora berkilauan, ada air yang menggenang di sana. Namun ia masih dapat menahan dari tangis haru yang nyaris pecah.

“Akan segera kuselesaikan urusanku dengan keluarga Bibi Mia. Dan kita akan mewujudkan impian indah itu bersama-sama,” ucap Ellshora lirih, dengan suara yang mulai berat.

Kilatan di mata Ellshora makin jelas. Zane bisa melihat dua bulir air yang hampir saja mengalir dari sana. Dan sebelum hal itu terjadi, Zane cepat menahannya dengan cara lain.     

Kedua tangan Zane meraih wajah Ellshora. Dengan cepat ia menutup bibir yang bergetar itu dengan ciuman lembut. Ellshora terkejut, matanya terbelalak. Ia merasakan kelembutan di bibirnya, lalu ia terpejam dan menikmati ciuman manis bersama Zane.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status