“Terima kasih, Zane. Tentu aku menerima hadiah ini dengan sangat senang hati,” ucap Ellshora kesenangan dengan gaun pemberian Zane barusan.Ia cepat menjatuhkan diri dalam pelukan Zane di tengah keramaian . Tak peduli pasang-pasang mata yang memperhatikan mereka sekarang. Meski Zane sendiri menyadari hal itu, ia juga tak mempedulikannya.Pelukan itu masih erat, sebelum Ellshora menyadari ada seseorang yang tak asing tengah berjalan ke ke arahnya.Ellshora memutar pelukan, berbalik arah lalu dengan cepat melepas diri. Ia terkejut bukan main lantaran Luke yang harusnya masih berada di Paris justru sekarang ada di tempat yang sama dengannya.‘Dia tidak boleh melihatku!’ gusar Ellshora dalam hati. ‘Zane juga tak boleh tahu ini.’Sikap Ellshora yang drastis langsung ditangkap Zane. “Kenapa, Ell?”“Itu ... aku ....” Ellshora ketar-ketir. “Aku harus ke kamar mandi sekarang!”Secepat kilat, Ellshora berlalu dari situ lalu pergi toilet. Zane yang tengah berjalan mendekati sebuah kursi berpapas
Kafe Olizer, pukul 11.15.Ellshora memasuki kafe sembari mengitari matanya ke semua penjuru. Pandangannya nampak jelas tengah mencari-cari. Namun Zane tak terlihat juga. Ellshora segera duduk di kursi yang terletak di dekat dinding kaca. Titik sempurna yang menyuguhkan pemandangan di luar.Tak lama seorang pelayan kafe datang membawa nampan. “Pesananmu datang, Nona.”Ellshora terkejut melihat segelas moccachino ice dan sepiring kecil waffle di meja.“Hah? Aku belum memesan,” katanya keheranan.“Pacarmu yang memesan, Nona,” jelas pelayan itu menunjuk meja counter pemesanan. Dimana Zane melambaikan tangannya pada Ellshora dari sana.Ekspresi Ellshora berubah, sikap herannya mencair menjadi senyum tersipu. Lalu sang pelayan pergi saat Ellshora melihat sebuah pesan baru masuk di ponselnya.“Tunggu sebentar. Aku akan menemanimu saat waktu istirahatku.” Begitu pesan dari Zane.Ellshora membalas dengan senyum dan anggukan pada Zane dari kejauhan. Selang tiga puluh menit setelah itu, Zane me
The Oneiro adalah nama sebuah rumah mewah dengan konsep klasik country khas eropa yang memiliki halaman superluas. Tempat ini menggambarkanan kesempurnaan keluarga Whiston yang bergelimang uang, dan juga kehangatan di dalam bangunan itu sendiri.Keluarga Whiston memiliki lima sekaligus pengurus rumah dengan beberapa tugas masing-masing. Dan juga empat orang penjaga rumah bertugas mengemban tanggung jawab keamanan bangunan itu.Pagi ini, begitu selesai sesi sarapan, Annami keluar dan bersiap memulai hobi berkebunnya seperti biasa.“Selamat pagi, Sofie!” sapanya pada seorang wanita yagn sudah berada di halaman, kemudian Annami memalingkan pandangannya pada pria di sisi Sofie. “Selamat pagi, Andy!”Sofie dan Andy menjawab bersamaan. “Selamat pagi, Nyonya.”“Ayo kita mulai mengurus anak-anak kita!” ajak Annami pada dua orang itu.Mereka memulai memangkas bonsai cemara yang tumbuh rapi di halaman superluas The Oneiro. Yang mereka rawat seperti anak sendiri. Sofie dan Andy adalah dua pengur
Ketika Ellshora tengah mencari-cari alasan rasional tentang keberadaan Luke yang tiba-tiba di sini, Luke justru bersikap biasa saja. Ia ingin memuaskan hasrat bermain basket yang cukup lama ia abaikan.“Mau melawan kemampuan terbaikku?” tantang Luke.Tantangan Luke yang angkuh cepat menyeret Ellshora dari semua keherannya. Ia menatap Luke, seolah ingin memberitahu pria itu bahwa basket adalah kebanggaan terbesarnya.“Kenapa tidak!”Ellshora merebut kembali bola di tangan Luke. Mereka bermain dengan sangat apik. Membuat semua penonton seolah tengah berada di pertandingan basket sungguhan. Luke mengakui, permainan Ellshora membuat keringatnya bercucuran. Dan juga, bagi Ellshora, Luke memang memiliki kemampuan yang cukup baik.Permainan yang cukup melelahkan. Skor seri, 45:45.Sekarang, bola berada di tangan Ellshora, gadis itu lihai melakukan dribbling. Mata Luke masih mengamati situasi dan bersiap melakukan siasat. Luke dan Ellshora saling menatap satu sama lain. Keduanya tak ingin len
“Berikan pada Luke,” perintah Luke pada Ellshora ketika gadis itu sedang menikmati acara televisi di ruang tengah. Daniel melempar sebuah map di sofa.Ellshora hanya melirik. “Apa itu?”“Kau bilang, akan melakukannya dengan caramu sendiri. Jadi bagaimanapun caranya, dua jam lagi berkas itu harus sampai di tangan Luke!” jelas Daniel.Penasaran, Ellshorapun membuka map itu.“Lamaran pekerjaan?” Ellsora mengernyit, membuat garis-garis di keningnya.“Perusahaan itu tak membutuhkan orang sepertiku. Aku sudah mengirimkan lamaran ke sana, hasilnya? Aku masih jadi pengangguran!” keluh Ellshora dengan kesal, teringat apa yang dikatakan Luke di The Golden Sun tempo hari.Daniel mengambil posisi duduk, lalu mengambil keripik kentang di tangan Ellshora. “Berikan itu pada Luke. Bukan pada orang di perusahaannya.”“Maksudmu?” Ellsora kembali mengenyit. “Aku harus memberikannya langsung pada Luke dan berharap dia akan memberiku pekerjaan?”Ellshora menambahkan. “Kau lupa dia siapa? Apa bosmu itu jug
Annami dan Chris menikmati suasana malam di gazebo modern dekat kolam renang rumah mereka. Membiarkan hembusan angin menyentuh kulit. Mereka duduk di sebuah kursi jenis lounge chair warna abu tua. Sementara, di meja sudah disuguhkan teh hangat dan pie apel sebagai pelengkap. Chris meraih cangkir teh dan menyesapnya selagi masih hangat. Sedangkan Annami, baru saja menghabiskan sepotong pie apel kecil. “Luke belum pulang juga?” tanya Chris seraya meletakkan kembali cangkir di atas meja kayu. Annami melempar pandang pada pintu kaca yang menghubungkan ruang tengah dengan ruang santai terbuka. Ia tak mendengar tanda kepulangan putranya sama sekali. “Pasti banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan malam ini.” Chris tersenyum. “Dia pemilik perusahaan. Tidak akan ada yang berani memintanya untuk lembur. Dia bisa selesaikan besok lagi, kan?” Bukan Luke namanya. Seorang Luke tak akan mengesampingkan pekerjaan dari apapun, termasuk dirinya sendiri. Seharian banyak agenda pertemuan dengan beb
Luke kembali membuat panggilan di ponselnya. Masih dengan nomor yang sama. Akan tetapi dengan cepat, Ellshora menolak panggilan itu begitu saja. Dua kali Ellshora membuat seorang Luke seolah kehilangan jati diri sebagai seoran CEO muda penuh kuasa. Ia tak pernah menerima penolakan dari segi apapun. Tapi seorang Ellshora yang memanggil namanya tanpa penghormatan, menuduhnya sebagai penipu, bahkan mengatainya sombong. Lalu apakah seorang Luke hanya diam saja ketika panggilan teleponnya ditolak oleh gadis biasa seperti Ellshora? Tentu tidak! ‘Aku bukan penipu, Nona! Apa sebentar lagi kau masih bisa bersikap seperti ini padaku?’ batin Luke kesal, sangat kesal. Luke harus pergi sekarang juga untuk menuntaskan sesuatu yang mengganjal. Ronan masih di kafetaria menikmati jam makan siang. Jadi Luke hanya perlu mengemudi sendiri salah satu mobil mewah yang berada di halaman gedung perkantoran. Dan The Dark, menjadi pilihannya sekarang. Angka di speedometer menunjukan kecepatan maksimal. Luk
Zane baru saja keluar kafe Olizer, Ellshora langsung menghampiri kekasihnya yang sudah selesai bekerja. Zane mengulum senyum senang dengan keberadaan Ellshora di sini. “Mau kubelikan hotdog pedas?” tanya Ellshora. Zane melebarkan senyumnya. “Boleh.” Mereka segera beranjak dari halaman kafe Olizer, menuju satu tempat dimana Zane dan Ellshora sering menghabiskan banyak waktu di sana. Sebuah foodtruck di taman kota, membuat mereka berhenti berjalan. “Aku pesan dua hotdog pedas, dua waffle caramel, dua kentang goreng salt spicy dan dua soda lemon,” kata Ellshora seorang di dalam foodtruck. Mendengar Ellshora menyebut pesanannya, Zane menoleh cepat. “Sebanyak itu? Kau serius, Ell?” “Aku yang traktir, Sayang.” Ellshora menyeringai namun menunjukan sikap tenangnya. Seolah memberitahu Zane bahwa ia serius. “Ada sesuatu yang harus kita rayakan malam ini. Jadi aku harus pesan banyak makanan.” Zane mengerutkan kening. “Perayaan apa?” Pertanyaan itu belum terjawab, penjual makanan di foodt