Share

BAB 8. Ellshora & Pria Kaya

Ellshora sibuk dengan bola di tangan, melakukan shooting berkali-kali. Meski dalam hati, Daniel berdecak dengan kemampuan permainan Ellshora, ia enggan mengungkapnya.

“Tenagamu terisi banyak dengan teh mahal itu sepertinya,” seru Daniel seraya membawa langkah kakinya mendekati Ellshora.

Ellshora menoleh, namun tetap melanjutkan permainannya. “Kalau kau mau menguras tenagaku lagi malam ini, aku tak mau. Batas waktu kerjaku sudah habis hari ini.”

Daniel menunjukkan seringai lebarnya.

“Tidak, Sayang. Aku hanya ingin menemanimu bermain sekarang,” godanya. “Berikan bola itu padaku.”

Shooting berikutnya berhasil lagi. Tak terhitung berapa kali Ellshora memasukan bola ke dalam ring dengan bakat terbaiknya. Ia berhenti dan melihat Daniel yang bersiap menangkap bola di tangan Ellshora.

Sudut bibir Ellshora terangkat. “Yakin mau kulempar?”

Daniel hanya memberi anggukan, tangannya siap melakukan gerakan catching ball. Melihat hal itu, Ellshora melebarkan senyum puas dan cepat melempar bola ke arah Daniel sekeras mungkin.

Dgggg!!!

Daniel terjatuh karena gagal menangkap bola dari Ellshora. Dan Ellshora tak dapat menahan tawa puas yang lepas begitu saja.

“Kau terlalu keras!” kilah Daniel seraya berusaha bangkit.

Tapi Ellshora mengabaikannya. “Ada apa kau menganggu waktuku sekarang? Katakan langsung dan segeralah pergi kalau sudah selesai.”

Langkah Ellshora mendekati sebuah kursi panjang di tepi lapangan. Daniel mensejajarkan gadis itu dan mereka duduk bersama di sana. Usai meneguk mineral, Ellshora mengelap keringat yang membasahi wajah dan kedua tangannya.

“Rencana kita berjalan lebih cepat dari dugaanku. Kau memang bisa diandalkan, Ell,” kata Daniel.

Pujian itu benar-benar tak membuat Ellshora tertarik.

“Selanjutnya, aku akan memberitahumu lagi nanti. Satu minggu ini, Luke akan ada pertemuan pemegang saham di Paris. Kau bisa terbebas sampai Luke kembali.” Daniel menerangkan.

“Terbebas?” Ellshora menyunggingkan bibir. “Selama masih bersama kalian, hidupku tak akan pernah ada kebebasan!”

Daniel justru menunjukkan deretan giginya dengan seringai lebar.

Ellshora melempar wajah tegas pada Daniel. “Aku akan menghabiskan waktu bersama Zane. Kuharap kalian tak memberiku gangguan.”

“Dengan pesona dan daya tarik kuat yang kau miliki, kau bisa memikat siapa saja. Tapi kenapa kau masih mempertahankan pria itu?” tandas Daniel.

Ekspresi Ellshora datar, pandangannya kosong.

Sudah jelas jawabannya adalah cinta. Pria seperti Daniel dan bahkan kelurganya, tentu tak akan memahami Ellshora. Mereka yang menganggap uang adalah segalanya, berpikir cinta hanya sesuatu yang perlu dikesampingkan.

Hati Ellshora seutuhnya milik Zane. Di dalam sana, hanya ada satu tempat, dan Zane sudah menempatinya sejak tiga tahun lalu. Meski ia menghabiskan banyak waktu untuk pria-pria kaya, semuanya hanya bagian dari rencana Bibi Mia. Dan Ellshora bersyukur, Zane sangat memahami betapa pelik garis kehidupan yang tengah ia jalani.

Tapi bagi Daniel, tidak demikian. “Tinggalkan saja dia. Setelah kau bisa menaklukan Luke, hiduplah bersama pria kaya itu selamanya. Hidupmu pasti akan sangat terjamin, Ell.”

Ellshora masih bungkam, ia justru bangkit dari kursi panjang dan bersiap memulai bermain basket lagi.

“Apa kau takut Luke seperti ayahmu?” sergah Daniel yang langsung membuat gerakan Ellshora terhenti.

Lalu ia menambahkan, “kalau kau tak selemah ibumu, Luke tak akan bisa mempermainkanmu, Ell.”

Kali ini, Daniel sudah tidak bisa ditoleransi lagi menurut Ellshora. Ia benci diseret dengan semua pembicaraan tentang ayahnya.

“Jangan bicara apa yang tidak kau ketahui. Diamlah!” tegasnya menggertakan gigi.

Daniel mulai mendekati Ellshora dengan rasa yakin bahwa ia mengetahui lebih banyak tentang masa lalu gadis itu. Bahkan lebih tahu dari Ellshora sendiri.

“Apapun alasanmu membenci pria kaya, tapi Luke harus takluk di tanganmu jika kau ingin cepat memulai hidup baru dengan Zane.” Daniel menegaskan suaranya, kemudian ia segera meninggalkan Ellshora sendirian.

Gadis itu mengepal erat tangannya. Ia benci Daniel lantaran telah membuka luka lamanya malam ini.

Tapi ia lebih benci Sam-ayahnya. Kebencian Ellshora pada Sam seolah membekas dalam hatinya sangat dalam. Pria kaya raya yang menikahi ibunya bertahun-tahun silam itu pergi begitu saja ketika Ellshora masih berada dalam kandungan. Dan kondisi Elena-Ibu Ellshora, makin melemah hingga tak bisa tertolong karena sakit yang dideritanya.

Ellshora meluruhkan diri, dan jatuh terduduk di lapangan. Membiarkan bolanya menggelinding jauh. Tangisnya pecah, ia menyesali sikap pecundang ayahnya. Yang pada akhirnya membuat Ellshora harus mengemban kehidupan yang pelik ini.

Ia membatin dalam isakan tangis. ‘Dengan kekayaan, mereka bebas melakukan apapun yang mereka mau. Tanpa peduli ada hati yang terluka karenanya.’

 Beberapa hari kemudian.

“Ellshora?”

Frida berdiri terkejut dengan kedatangan Ellshora yang tak terduga. Wanita lima puluh tiga tahun itu masih di bibir pintu ketika gadis di hadapannya melempar senyuman yang teramat hangat.

“Apa kedatanganku mengganggu waktumu, Bu?” ucap Ellshora.

Frida tersentak. “Tentu tidak, Sayang.”

“Masuklah, Ell,” ajaknya.

Mereka kemudian masuk ke dalam rumah sederhana keluarga Zane. Rumah itu hanya ditempati Zane dan ibunya-Frida. Sang ayah telah pergi ketika Zane berusia tujuh belas tahun karena sebuah kecelakaan.

“Zane tidak memberitahu Ibu kau akan datang. Apa dia tahu kau kemari?” tanya Nyonya Frida yang baru saja duduk di kursi ruang tengah bersama Ellshora.

Ellshora meletakan sebuah kantong plastik cukup besar di meja. “Sepertinya dia pulang terlambat, Bu. Jadi aku bawakan sayur dan bahan makanan lain untuk Ibu.”

Pandangan Ellshora ia arahkan pada Frida, dan mereka saling berpandangan sekarang.

“Mau kumasakkan sup krim kentang dan ayam, Bu?” tanya Ellshora.

Frida mengangguk. “Itu sangat menggugah seleraku.”

Dan artinya, Ellshora mulai mencuci dan memotong lau segera menyalakan kompor. Setelah berkutatdi dapur kurang lebih empat puluh menit, sup di panci mualai meletup-letup. Ellshora segera mematikan kompor, kemudian menuangkan sup krim kentang ayam itu ke dalam wadah.

Ellshora membawa wadah menghampiri Frida. “Makanan siap!”

Frida tengah menata mangkuk dan sendok ketika Ellshora meletakan sup di meja makan. Berikutnya, mereka mengambil posisi duduk masing-masing untuk bersiap menikmati makan malam.

Aroma harum tercium melewati indera penciuman Frida. “Harumnya menggugah selera.”

“Mari makan, Bu!” Ellshora menuangkan sup ke dalam mangkuk Frida.

Begitu Frida mulai menyuap sendok ke dalam mulut, lidahnya berpadu dengan cita rasa sempurna. Ia menikmati masakan Ellshora yang tanpa kekurangan. “Bakat masakmu luar biasa, Ell. Setelah Zane menikahimu, dia pasti tidak bisa mengontrol nafsu makannya.”

Ellshora tersipu, sembari membayangkan masa-masa itu tiba. Dimana ia akan memulai paginya di dapur, menyiapkan sarapan untuk Zane dan anak-anak mereka, juga Frida. Ellshora benar-benar menunggu kebahagiaan itu tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status