Beranda / Historical / PERMAISURI YIN / 2. Kesepian di Istana Naga Perak

Share

2. Kesepian di Istana Naga Perak

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-07 15:56:46

Ribuan Tahun sebelum Shanghai menjadi kota modern

Di masa Dinasti Tang, di sebuah istana cukup megah yang dikenal sebagai Istana Naga Perak, hiduplah seorang permaisuri bernama Li A Yin. Tubuhnya lemah dan sering sakit-sakitan, hingga membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar yang dingin dan sunyi.

Sejak dinikahi oleh Pangeran Kedua, hidupnya berubah drastis. Pangeran yang gagah berani harus meninggalkan istana untuk berperang di perbatasan. Meninggalkan wanita bermata sendu itu dalam kesendirian yang mendalam.

Hari-hari berlalu dengan lambat di Istana Naga. Li A Yin sering duduk di dekat jendela besar yang menghadap ke taman istana, memandangi bunga-bunga yang bermekaran tanpa bisa menikmati keindahannya. Permaisuri Yin—begitu dirinya kerap dipanggil mudah sesak napas jika kelelahan.

Setiap kali angin berhembus, ia merasakan dingin yang menusuk hingga ke tulang, seolah-olah mengingatkannya pada jarak yang memisahkan dirinya dengan sang suami.

Para pelayan istana selalu siap melayani, namun tidak ada yang bisa mengisi kekosongan di hati Li A Yin. Ia merindukan senyum hangat dan sentuhan lembut Pangeran Kedua, yang kini hanya tinggal kenangan.

Rumor yang beredar, kaisar terpengaruh oleh Selir Agung Ming yang membenci pangeran kedua. Hingga tega mengirim sang putra yang dingin dan jarang senyum ke perbatasan setelah melewati malam pertama.

Setiap malam, sang permaisuri berdoa agar suaminya kembali dengan selamat. Namun perang, seolah tak pernah berakhir. A Yin ingin menyusul, tapi naik kereta saja ia bisa jatuh sakit.

Di tengah kesepiannya, Li A Yin menemukan pelipur lara dalam seni kaligrafi dan puisi. Ia menulis tentang kerinduannya. Tentang harapan dan ketakutan yang menghantui setiap malam.

Kertas-kertas penuh tulisan itu sang permaisuri simpan dalam sebuah kotak kayu. A Yin berharap suatu hari nanti Pangeran Kedua akan membacanya dan mengerti betapa besar cintanya. Namun, waktu terus berjalan dan Li A Yin semakin tenggelam dalam kesedihan.

Tubuhnya yang lemah semakin tak berdaya menghadapi beban rindu yang tak terucapkan. Istana Naga yang megah kini terasa seperti penjara emas, tempat di mana ia terkurung dalam bayang-bayang masa lalu.

***

Li A Yin tidak tertarik terjun ke dalam dunia politik. Hal itu membuatnya menjadi sasaran empuk bagi Selir Agung Ming yang ambisius.

Selir Ming sering mengintimidasinya, memanfaatkan kelemahan Li A Yin untuk memperkuat posisinya di istana. A Yin menjadi kambing hitam, hingga sering kali istana naga perak dijatuhi hukuman.

Pada pagi yang dingin, Li A Yin sedang menulis puisi di kamarnya. Ia ingin mengirim untuk sang pangeran. Sekaligus keluhan karena sering disiksa. Namun, Selir Agung Ming datang tanpa diundang.

“Permaisuri Yin, apakah kau tidak bosan hanya duduk di sini dan menulis puisi?” tanya Selir Ming dengan nada sinis. Tangannya diberikan kuku-kuku emas panjang nan megah.

“Ini adalah satu-satunya cara bagiku untuk mengisi waktu dan mengurangi kesedihan.” Li A Yin mengangkat wajahnya yang pucat dan menjawab dengan suara lemah.

“Kau seharusnya lebih pintar ketika masuk ke dalam istana. Tanpa perlindungan dan kekuatan, kau hanya akan menjadi boneka yang mudah dihancurkan.” Selir Agung Ming menaikkan sebelah alisnya.

Li A Yin menunduk, air mata mulai menggenang di matanya. Ia tahu bahwa keluarganya tidak memiliki kekuatan politik untuk melindunginya.

“Aku hanya ingin suamiku kembali,” bisiknya pelan. Selir Ming kemudian mendekat dan berbisik di telinga Li A Yin.

“Jangan berharap terlalu banyak, Anakku. Dunia ini kejam, dan hanya yang kuat yang bisa bertahan, ha ha ha.”

Setelah Selir Ming pergi, Li A Yin menangis dalam kesendirian. Tidak ada yang bisa melindunginya, dan ia merasa semakin terpuruk dalam kesedihan dan ketidak berdayaan.

Suatu hari, saat Li A Yin sedang duduk di taman istana, seorang pelayan setia tanpa nama—atas perintah Selir Agung Ming—datang mendekatinya. Pelayan itu adalah satu-satunya orang yang Li A Yin percayai sepenuhnya.

“Permaisuri, kau tidak apa-apa?” tanya pelayan A Yin.

“Aku ingin mati saja,” jawab A Yin dengan napas sesak.

“Jangan, Permaisuri, hamba akan ada di sini untuk melindungimu walau nyawa taruhannya.” Hamba sahaya A Yin begitu setia. Pelayan yang sering dipanggil kera busuk oleh Selir Agung Ming.

***

“Permaisuri, ada surat datang dari Pangeran.” Hamba sahaya itu berlari dengan penuh semangat.

Li A Yin menatap matanya penuh harap. Pelayan membuka surat dan A Yin membaca dengan suara yang tenang.

“Permaisuri yang tercinta, aku berharap surat ini menemukanmu dalam keadaan sehat. Perang di perbatasan masih berlanjut, tapi aku berjanji akan kembali secepat mungkin. Tetaplah kuat dan jangan biarkan kesedihan menguasaimu. Aku merindukanmu setiap hari. Tertanda Pangeran Kedua.”

Air mata mengalir di pipi Li A Yin.

“Aku merindukannya. Aku merasa begitu lemah dan tak berdaya tanpamu. ”Pelayannya menggenggam tangan Li A Yin dengan lembut.

“Permaisuri, tetaplah tersenyum. Pangeran Kedua akan kembali, dan kau harus siap menyambutnya dengan senyum.”

Tidak semua hari di Istana Naga Perak dan keseluruhan istana dipenuhi dengan harapan. Selir Agung Ming terus mencari cara untuk mengintimidasi Li A Yin.

Di tengah kesedihannya, Li A Yin bertekad untuk bertahan. Ia mulai belajar tentang politik istana dari pelayannya, yang diam-diam mengumpulkan kabar dari para pelayan lainnya.

Li A Yin tahu bahwa ia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk suaminya yang sedang berjuang di medan perang.

Konflik semakin memanas ketika seorang pejabat tinggi istana— Menteri Huang—mulai menunjukkan ketidak sukaannya terhadap Li A Yin. Menteri Huang adalah sekutu dekat Selir Agung Ming dan sering kali menggunakan posisinya untuk menekan Li A Yin.

Pada siang hari, ketika Li A Yin sedang berjalan di dalam pustaka kerajaan, Menteri Huang mendekatinya dengan wajah serius.

“Permaisuri, Anda harus lebih berhati-hati. Banyak yang tidak senang dengan kedudukanmu di istana,” ucap Menteri Huang dengan nada mengancam. Li A Yin mencoba tetap tenang.

“Aku hanya ingin menjalankan tugas sebagai permaisuri dan menunggu Pangeran Kedua kembali.”

Menteri Huang mendekat. Sungguh ia benci melihat wanita lemah itu.

“Jika kau tidak segera menunjukkan kekuatan, kau akan kehilangan segalanya. Selir Ming dan aku memiliki banyak pengaruh di istana. Jangan berpikir bahwa kelemahanmu akan dibiarkan begitu saja. Dan ingat juga, setiap kesalahan yang kau lakukan pelayanmu akan dihukum juga.” Menteri Huang tersenyum tipis.

Li A Yin merasa ketakutan, tapi ia tahu bahwa ia harus tetap kuat.

“Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindungi diri serta para pelayan di dalam Istana Naga Perak.”

Menteri Huang pergi. Li A Yin merasa semakin tertekan. Namun, ia bertekad untuk tidak menyerah.

Dengan bantuan pelayannya, ia mulai merencanakan langkah-langkah untuk memperkuat posisi dan melindungi dirinya dari ancaman yang terus datang.

Sayangnya, A Yin salah memilih lawan. Selir Agung Ming adalah orang yang keji dan tak berperasaan.

Bersambung …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PERMAISURI YIN   3. Pertemuan Rahasia

    Di tengah malam yang sunyi, Istana Naga Perak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Di dalam salah satu aula tersembunyi, Permaisuri Li A Yin menunggu dengan gelisah. Suara langkah kaki yang lembut terdengar mendekat, dan Menteri Keamanan Istana Zhang, muncul dari balik pintu.“Permaisuri, aku datang seperti yang diperintahkan,” ujar Menteri Zhang dengan suara rendah.Li A Yin mengangguk, matanya penuh dengan kekhawatiran. Wanita berwajah keibuan itu melakukan semuanya dengan hati-hati. “Kita harus mengendap-endap, Menteri Zhang. Tidak ada yang boleh tahu tentang pertemuan ini.”“Baik, aku mengerti, Pemaisuri A Yin. Dan aku membawa apa yang kau minta.” Menteri Zhang menyerahkan silsilah keluarga dari Selir Agung Ming. Sebuah silsiliah yang amat sangat dekat dengan kaisar sejak dulu. “Kalau seperti ini, rasanya sulit untuk melawan Selir Agung Ming.” A Yin cepat sekali berputus asa. “Benar, bahkan terakhir permaisuri utama mencoba melawannya berakhir diasingkan di istana dingin. Sampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   4. Kebangkitan

    Su Yin terbangun dengan kepala yang berat dan pandangan yang kabur. Apalagi usai menghajar seorang penjaga istana. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana ia berada. Di sekelilingnya, suara riuh rendah orang-orang berbicara dalam bahasa yang terdengar asing namun entah bagaimana akrab. Ia merasakan kain halus menyentuh kulitnya, berbeda dari pakaian modern yang biasa ia kenakan.Ketika pandangannya mulai jelas, Su Yin terkejut melihat dirinya berada di tengah-tengah istana dengan orang-orang yang berpakaian begitu anggun. Orang-orang mengenakan pakaian tradisional Tiongkok, dengan warna-warna cerah dan desain yang rumit. Ia melihat seorang pria dengan jubah kekaisaran menatapnya dengan aneh lalu berjalan dengan wibawa, diikuti oleh para pengawal dan pelayan. Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan pakaian yang mewah dan hiasan kepala yang indah, yang Su Yin kenali sebagai Selir Agung Ming.“Kenapa, kenapa aku benci pada wanita itu,” gumam Su Yin perlahan. Kini dok

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   5. Pangeran Kedua

    “Pangeran, sudahlah, sudah cukup kau terluka parah,” ucap Fu Rong, pengawal pribadi pangeran kedua. Ia telah bersama sejak dulu dan bersedia mengorbankan nyawa demi tuannya. “Tidak, belum, sedikit lagi kita berhasil!” Pangeran kedua mengangkat pedangnya. Entah sudah berapa hari yang ia lalui dalam jebakan musuh. Entah sudah berapa banyak darah pengawalnya yang tumpah. Namun, sang pangeran tak menyerah. “Fu Rong, berapa amunisi yang kita punya?” tanya pangeran kedua. Lelaki yang baru menikah tapi dipisahkan oleh istrinya dengan cara tidak adil. “Tak banyak, Pangeran, hanya ada lima pengawal pribadi dan hanya tersisa 70 pengawal umum saja.” “Musuh diperkirakan ada berapa?” “Sekitar 400 orang, Pangeran.” “Kalau begitu kita harus berperang dengan cerdas. Kita harus menang, agar kita bisa pulang.” Namun, baru saja mengucapkan kalimat demikian sang pangeran tiba-tiba roboh. Luka di punggung akibat tertancap panah belum sempat diobati. ***Di bawah langit kelabu yang selalu mengintai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   6. Dimensi yang Membingungkan

    Su Yin yang kini terperangkap dalam tubuh Permaisuri Li A Yin merasa bimbang dengan apa yang ada di depan matanya. Semua serba tradisional dan ketinggalan zaman. Bahkan cermin di depannya saja tidak mampu memantulkan bayangan wajah dengan sempurna seperti di masa depan. Tidak ada lampu, yang ada hanya lilin di setiap sudut kamar. “Permaisuri,” panggil pelayan setia A Yin. “Iya, kenapa, ada yang bisa aku bantu?” Terbiasa hidup sebagai polisi membuat Su Yin harus tanggap dengan panggilan. “Permaisuri, jangan terlalu sopan, hamba ini hanya seorang budak.” “Budak?” Su Yin mengedipkan mata cepat. “Kenapa aku bisa ada di masa kerajaan? Lalu kasus pembunuhan yang aku periksa bagaimana? Officer Jimmi juga bagaimana?”“Permaisuri, apakah ada yang mengusik hatimu?” “Ada banyak dan aku ingin bertanya, tapi sebelumya aku ingin tahu siapa namamu?” “Ah, hamba tidak punya nama, Permaisuri. Biasanya Selir Agung akan memanggil hamba kera busuk saja.” “Kenapa begitu?” tanya Su Yin keheranan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PERMAISURI YIN   7. Menerima Keadaan

    “Kurang ajar, lelaki hidung belang. Habis ambil perawan dia kabur, bededah busuk, aku cincang baru tahu!” Permaisuri berdiri lagi dengan wajah penuh amarah. Jauh sekali perbedaan antara A Yin dan Su Yin walau wajah dan tubuh sama persis. “Permaisuri, tenangkan dirimu. Jangan memaki pangeran kedua. Beliau itu pangeran yang berpengaruh setelah putra makhkota. Ditambah lagi pangeran adalah suamimu, jadi hormatlah dengan beliau.” Xu Chan mengingatkan sambil menelan ludah. Entah kali keberapa sudah ia melihat tuannya marah-marah sejak bangkit dari kubur. “Peduli apa aku, walau dia kaisar sekalipun. Gubernur saja pernah aku penjarakan.” Su Yin duduk dan menarik napas panjang. Sore yang terasa berangin dan menerbangkan anak rambut di wajahnya. “Permaisuri, hamba belum selesai bicara. Setelah melewati malam pertama, Pangeran Kedua mendapat panggilan perang mendadak dari perbatasan karena itu beliau pergi meninggalkan kita semua di sini.” “Panggilan perang?” gumam Su Yin perlahan. Ia masi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   8. Konspirasi Dalam Istana

    Selir Agung Ming duduk di dalam kamarnya. Kepala wanita bengis itu terasa pusing hingga pelayan datang membuka semua perhiasan mewah dan mulai memijit kepalanya. “Bagaimana mungkin,” ucap Ming Hua sambil menarik napas. “Katakan padaku bagaimana caranya orang mati bisa hidup lagi.” Mata wanita itu masih memejam. “Hamba tidak tahu, Selir Agung.” “Sudah jelas sekali dia bersimbah darah dan tubuhnya dingin serta kaku. Aku sendiri yang memegangnya. Saat peti mati akan ditutup lalu A Yin tiba-tiba saja bangun. Ini sungguh di luar rencana.” “Selir Agung, apakah butuh tabib?” tanya pelayannya yang bernama Cu Li. “Tidak, siapkan air hangat, aku ingin menyegarkan tubuhku. Tambahkan bunga mawar di dalamnya. Aku harus menemukan keanehan yang terjadi siang ini.” Atas perintah Ming Hua, pelayan setianya undur diri. Wanita itu membuka bola matanya, lalu tiba-tiba saja ia kaget. Wujud Li A Yin baru saja ada di depan mata dengan wajah pucat dan bibir bersimbah darah. “Apa ini, kenapa jadi seram

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   9. Rencana Licik

    Utusan berpakaian hitam itu memegang perutnya yang kena tendang Su Yin. Ia merupakan salah satu pengawal Menteri Huang dan cukup terkejut dengan ketangkasan sang permaisuri yang dikenal sebagai wanita lemah tak berdaya. “Aku harus pergi dari sini. Aku hanya mengujinya saja bukan cari mati.” Pengawal itu mulai ketakutan. “Siapa yang mengutusmu untuk membunuhku. Apakah kau tak tahu kalau aku ini istri pangeran kedua?” Su Yin memanfaatkan kedudukannya. Ia bergerak ke kiri ketika melihat langkah utusan itu ingin melarikan diri dari kamarnya. “Tidak menjawab? Jangan khawatir, aku selalu punya cara untuk membuat penjahat mengaktu.” Su Yin mengambil salah satu guci dan melempar ke arah utusan itu. Lelaki tersebut menghindar dan hampir kepalanya kena. Suara pecahan guci membuat seluruh penghuni istana naga perak bangun dari tidurnya. Mereka berlarian ke kamar sang tuan takut terjadi sesuatu sebab istana itu tidak ada pengawal lelaki yang mumpuni. Namun, ketika para pelayan sampai di depa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • PERMAISURI YIN   10. Su Yin VS Kejaksaan

    Su Yin bangun di pagi hari menuju siang. Tubuhnya yang lelah sebab perjalanan waktu membuatnya harus beristirahat lebih banyak. Bangun-bangun sudah ada tiga pelayan setianya yang membawakan air cuci muka, kain bersih dan sisir. Padahal ia bisa melakukan itu sendirian. “Astaga, aku merasa seperti Cinderella saja.” Su Yin menguap sangat besar. Biasanya ketika bangun pagi ia akan sikat gigi, cuci muka, minum kopi dan makan roti. Sekarang? Jangankan roti, gula saja susah untuk didapat. “Permaisuri, seorang istri pangeran tidak boleh menguap terlalu besar. Tidak enak untuk dipandang.” Xu Chan mengingatkan tuannya yang amnesia.“Selain menguap, kentut pun tidak boleh? Terus sendawa dan terbawa ahahahahahaha, boleh tidak?” Su Yin merasa aturan istana semakin tidak masuk akal. “Tidak boleh terlalu kuat, Permaisuri, ada aturan yang harus kita jalankan.” “Terserah, aku tak mau ikut aturan yang keterlaluan seperti itu.” Su Yin mencuci muka dan mengeringkan wajah pakai kain bersih yang diba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • PERMAISURI YIN   100. Sejoli Labil

    Selesai penobatan, Li Wei langsung membagi tugas-tugas penting untuk para bawahannya. Ia dan Su Yin akan tinggal di istana utama, menggantikan kaisar selatan yang telah tewas. Istana itu memang tidak lebih megah daripada di Chang An, tetapi memiliki ukiran serigala yang sangat kokoh.Jenderal Naga Perak memulai langkahnya dengan menerapkan sejumlah aturan di selatan. Di antaranya cara berpakaian mengikuti protokol Dinasti Tang. Warna merah hanya untuk raja dan ratu saja. Warna biru untuk para prajurit pemberani dan terhormat.Rakyat biasa tak lagi menggunakan pakaian dari kulit serigala. Mereka boleh menggunakan sutra atau bahan lainnya selama tidak menyamakan diri dengan pakaian raja dan ratu. Kulit serigala akan dijadikan hiasan bukan bahan utama.Sang raja memasuki kamar ketika urusan pekerjaannya telah selesai. Terlihat ratu sudah membuka baju warna merahnya dan menggunakan dalaman warna putih saja. Luntur harapan Li Wei, tadinya ia ingin mengulang momen malam pertama dan membuka

  • PERMAISURI YIN   99. Penobatan

    Su Yin sedang memeriksa sekujur tubuh suaminya yang mengalami luka dan memar. Perilaku keduanya tidak mirip dokter dan pasien, melainkan seperti sejoli yang rindu berat dan tak punya kesempatan untuk melampiaskan hasratnya.Dokter forensik itu menyetuh lengan bagian atas Li Wei yang ia jahit dua minggu lalu menggunakan benang sutra. Lukanya mulai mengering dan hanya butuh dibersihkan setiap hari.Dua mata itu saling menatap tanpa berkedip. Pangeran Kedua yang masih sakit tulang tak bisa menahan diri, ia menarik wajah Su Yin hingga keduanya tak ada jarak lagi.Permaisuri Yin melepas semua peralatan medis dan balas mencium Li Wei lebih dalam. Ya, memang keduanya saling merindukan. Namun, ketika polisi wanita itu menekan salah satu anggota tubuh suaminya, Li Wei pun melepas ciumannya dan mengaduh.“Sakit, kan?” tanya Su Yin dengan tatapan tak puas. Padahal ia sudah terbawa suasana.“Iya, aduh sakit sekali, kapan sembuhnya?” Li Wei memegang pinggangnya. Luka memanjang yang paling dalam.“

  • PERMAISURI YIN   98. Gila

    Permaisuri Bai Jing tak membuka mata meski Ru Yi telah melakukan segala cara untuk menyadarkannya. Wanita baik hati itu tak kuat ketika harus mengeluarkan bayi separuh serigala yang berwujud manusia biasa. Shen Du datang mendekat dengan keadaan tangan terluka. Lelaki itu mengambil sebuah benda bulat seperti mutiara. Ia meminta Ruyi agar menghancurkannya di air hangat dan memercikkan ke seluruh tubuh permaisuri. “Apa itu?” tanya Kaisar sambil menimang anaknya. “Mustika penahan arwah, Yang Mulia, belum saatnya Permaisuri Jing tutup usia, tapi karena huru-hara kandungan dan tubuhnya pun terganggu.” Kaisar hanya menghela napas saja. Benar-benar situasi yang tidak terkendali meski keamanan istana sudah dibuat sampai empat lapis. “Singkirkan semua mayat dan bersihkan kembali istana. Putriku harus mendapatkan penyambutan yang layak.” Perintah Kaisar pada pengawal pribadinya. “Yang Mulia, apa semua baik-baik saja.” Pangeran ketiga masuk ke rumah sakit istana. “Iya, semua baik, terima k

  • PERMAISURI YIN    97  Dewi Serigala 

    Seutas kain merah turun di departemen sihir dan perbintangan. Kain itu kemudian berubah menjadi sosok Aligur yang wajahnya ditumbuhi bulu-bulu warna merah. Dukun tersebut merupakan kaki tangan dewi serigala langit yang turun malam ini atas jamuannya. Aligur masuk ke kuil dengan niat mencari Shen Du. Namun, kepala departemen itu tidak ada di tempat. Dukun berambut merah tersebut ingin pergi, tetapi ia mendengar suara lonceng berdentangan dari ruang bawah tanah. Ya, ia menyadari kedatangan seorang saman yang sengaja mengganggunya. Wanita itu berubah jadi kain lagi dan turun menabrak semua jimat. Awalnya Aligur terpental, tetapi ia menjentikkan jari dan membakar semua jimat kertas hingga hangus dan tersisa jadi abu. Namun, Abu itu ternyata mengenai wajahnya dan ia terluka dalam. “Bedebah.” Dengan kemarahan di dalam dada Aligur menendang pintu yang dilapisi jimat lagi. Tiga kali tendangan pintu itu terbuka juga. Terlihat Park Hwa Rim menghentikan tarian demi menyambut tamu agungnya.

  • PERMAISURI YIN   96. Bulan Purnama Berdarah 

    Dengan pakaian seperti gundik, Aligur berjalan dengan gemulai di tengah kota Chang An. Tentu saja hal itu membuat mata lelaki tertuju dan mengikutinya. Ia tertawa dan menutupi wajahnya dengan kipas. Aligur terus berjalan hingga tak jauh lagi dari gerbang istana. Tiba-tiba saja dukun berambut merah itu menari dengan gerakan yang sangat indah. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas lalu berputar-putar. Tak ayal langit yang tadinya terang benderang langsung ditutupi awan gelap. “Hei, kau berhenti melakukan gerakan itu!” Kebetulan Pangeran Ketiga lewat di sana. Ia memerintah anak buahnya mengusir Aligur. Namun, belum sempat didekati anak buah pangeran ketiga terpental begitu jauh hingga kepalanya pecah. “Tangkap dia!” Pangeran Ketiga semakin terkejut ketika darah dari kepala prajuritnya dijilat seekor serigala. Penduduk pun berlarian ke sana kemari. Ditambah wajah Aligur perlahan-lahan menampakkan perubahan. Bulu warna merah tumbuh lebat di lehernya. “Dewi Serigala Langit, berkatilah

  • PERMAISURI YIN   95.  Saman dari Silla 

    Shen Du bersujud di depan Kaisar. Ia dipanggil secara khusus di tengah malam atas peringatan tentang peristiwa bulan berdarah. “Karena kau yang paling pertama memperingatiku. Kau yang harus bertanggung jawab mencegah peristiwa ini terjadi. Sebagai kaisar aku sudah memperketat keamanan. Lalu, apa yang telah kau lakukan?” “Yang Mulia,” ucap Shen Du. “Angkat kepalamu, aku sedang bicara denganmu.” Shen Du kemudian menegakkan tubuhnya. Ia menarik napas sebentar. Ketika ingin berbicara pemimpin departemen sihir dan perbintangan itu merasakan beberapa roh jahat terbang di dekat kaisar. “Yang Mulia, secara spiritual hamba akan mencegah terjadinya peristiwa bulan berdarah hingga Permaisuri Utama akan melahirkan dengan selamat, hanya saja.” “Hanya saja? Apa maksudmu?” “Hamba membutuhkan bantuan. Hamba memiliki kenalan seorang dukun saman terkenal dari Silla yang agung. Park Hwa Rim, dia bisa membantu hamba menekan kekuatan jahat yang mulai memasuki istana.” “Kekuatan jahat sudah masuk?”

  • PERMAISURI YIN   94. Karam

    Su Yin dan An Ama terkejut ketika sampai di kapal perang, beberapa prajurit Tang melawan serigala dengan ragam warna. Ya, pasukan Yi Gur sebagian bisa mengubah wujud, begitu pula dengan pemimpinnya. “Nyonya, hati-hati,” ucap An Mama ketika dua serigala memandang ke arah mereka. “Tebas langsung ke kepala saja, hiaaat!” Sang permaisuri melompat dan melayangkan pedang ke arah serigala hingga lepas. An Mama mendorong dan membuang binatang itu ke laut. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh prajurit Tang yang lain. “Kenapa dia ada di sini?” Perhatian Li Wei teralihkan. Pada saat yang sama Yigur menodongkan belati ke lehernya. “Enak saja, hanya aku yang boleh menyakiti suamiku, hiaaat!” Su Yin berlari dan menghalangi belati Yigur dengan pedangnya. “Kita jumpa lagi, kau datang juga.” Yigur tersenyum. “Kenapa kau tidak menuruti kata-kataku!” Li Wei masih sempat bertanya. “Kita bahas hal itu nanti, selesaikan yang di depan dulu.” Su Yin dan Li Wei bekerja sama melawan Yi

  • PERMAISURI YIN   93. Ikan Hiu

    Li Wei berdiri di atas benteng pertahanan. Pangeran Kedua sedang memantau para prajurit yang berlatih. Ia meraih teropong di pingang, lalu melihat ke arah yang jauh sampai ke tepi pantai. Armada angkatan laut yang dipimpin oleh menhan langsung sedang mengisi amunisi. Sebuah anak panah menancap di sebelah Li Wei. Di anak panah itu terikat sebuah surat. Ia membuka dan membacanya dengan perlahan lalu meremas dan membuangnya. “Suku serigala sedang mempersiapkan serangan untuk kita. Kapal mereka mulai berjalan. Sampaikan pesanku pada menhan agar mempercepat persiapan. Sampaikan diam-diam jangan sampai ada yang tahu, mengerti!” perintah Li Wei. “Baik, Pangeran.” Furong melompat dari benteng dan berlari ke kandang kuda lalu segera ke pelabuhan. Tersisa Pangeran Kedua dengan beberapa pasukan elitenya. Lelaki itu mengembuskan napas dalam. Ia boleh mati tapi Permaisuri Yin harus selamat apa pun caranya. Li Wei pergi menemui An Mama secara pribadi. Sang guru yang sedang mengasah pedang berd

  • PERMAISURI YIN   92 Angkatan Laut

    Ibu Suri duduk di kamarnya. Ia menatap ke depan dengan kekosongan. Sejak ditinggal Gui Mama tak ada lagi pelayan lain yang cakap dalam bekerja. Termasuk mengurus opium yang telah menjadi candunya. Ming Hua seperti orang gila yang terlihat baik-baik saja. “Pelayaaan!” teriak Ibu Suri. Semua berbaris dengan teratur memenuhi panggilannya. “Tolol. Aku hukum mati kalian semua baru tahu rasa!” “Jangan, Ibu Suri, ampuni kami yang datang terlambat.” Para pelayan bersujud di depan wanita angkuh itu. “Bantu aku berkemas. Aku ingin mengunjungi kaisar. Ada yang harus aku bicarakan.” Tiga orang pelayan wanita datang mendekatinya. “Tunggu, kalian semua keluar, dan kau tetap di sini.” Ming Hua meminta satu orang saja yang menemaninya. “Berikan aku opium.” “Ibu Suri, tapi opiumnya sudah habis sejak tadi malam.” Pelayan itu menjawab dengan takut. “Kurang ajar!” Ming Hua melayangkan tamparan. “Kenapa tidak dibeli lagi.” “Hamba tidak tahu, Ibu Suri, hamba tidak tahu harus mencarinya di mana.”

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status