Beranda / Historical / PERMAISURI YIN / Misteri di Pinggir Kota

Share

PERMAISURI YIN
PERMAISURI YIN
Penulis: Rosa Rasyidin

Misteri di Pinggir Kota

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-07 15:56:06

Su Yin menatap langit kelabu di atas kota Shanghai yang sibuk. Sebagai seorang dokter forensik yang juga merangkap sebagai polisi, hari-harinya selalu penuh dengan teka-teki yang harus dipecahkan.

Sampai di usia yang hampir menginjak kepala empat ia belum juga memikirkan tentang pernikahan. Namun, semua pekerjaan ia tangani denngan baik dan kasus yang satu ini terasa berbeda.

Pagi itu, Su Yin menerima panggilan darurat. Seorang gadis muda ditemukan tewas di pinggir kota, tubuhnya tergeletak di antara semak-semak yang jarang dilalui orang. Su Yin segera bergegas ke lokasi kejadian, ditemani oleh rekan kerjanya, Officer Jimmi.

Setibanya di tempat kejadian, Su Yin langsung mengenakan sarung tangan lateks dan mulai memeriksa tubuh korban. Gadis itu tampak berusia sekitar dua puluh tahun, dengan rambut hitam panjang yang kusut dan wajah yang pucat. Tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik yang jelas, namun ada sesuatu yang aneh pada posisi tubuhnya.

“Jimmi, tolong ambilkan lampu senter,” pinta Su Yin sambil terus memeriksa tubuh korban.

Officer Jimmi segera menyerahkan senter dan Su Yin mulai memeriksa lebih teliti. Di pergelangan tangan gadis itu, terdapat bekas suntikan yang hampir tidak terlihat.

“Ini bukan overdosis biasa,” gumam Su Yin. “Ada sesuatu yang lebih di sini.” Jimmi mengangguk, “Kita harus membawa tubuhnya ke lab untuk pemeriksaan lebih lanjut.”

***

Di laboratorium forensik, Su Yin bekerja tanpa lelah. Dia memeriksa setiap detail, mencari petunjuk yang bisa mengungkap misteri kematian gadis itu.

Setelah beberapa jam, dia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Di dalam darah korban, terdapat jejak zat kimia yang tidak biasa, sesuatu yang hanya bisa didapatkan melalui akses khusus. Di bagian tubuh yang lain pula di tempat yang amat sensitif ditemukan jejak pelecehan kelas berat.

“Ini bukan perbuatan satu orang” kata Su Yin kepada Jimmi. “Sepertinya kasus ini masih saling berkaitan dengan kasus bandar narkoba dua minggu yang lalu.” Jimmi menyimak ucapan seniornya. “Cari tahu siapa gadis ini dan mengapa dia menjadi target, sekarang!” perintah Su Yin amat jelas.

Wanita dengan tatapan mata tajam itu menatap tubuh gadis yang tergeletak dengan seksama. Ia tahu bahwa ini masih awal mula dari sebuah kasus yang rumit dan berbahaya. Namun, Su Yin siap menghadapi segala rintangan untuk menemukan kebenaran. Kasus besar seperti ini pasti melibatkan mafia dan organisasi anti pemerintah yang amat besar jaringannya.

***

Su Yin dan Jimmi mulai menyelidiki identitas gadis itu. Mereka menemukan bahwa namanya adalah Xu Chan, seorang mahasiswa jurusan keperawatan di universitas terkemuka Shanghai. Teman-temannya menggambarkan Xu Chan sebagai sosok yang pendiam dan tertutup

“Ini semakin aneh,” ucap Jimmi sambil memeriksa catatan Chan. “Tidak ada tanda-tanda bahwa dia terlibat dalam sesuatu yang berbahaya.”

Su Yin mengangguk. “Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan pribadinya. Mungkin ada sesuatu yang Chan sembunyikan.”

Mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah susun di mana Chan tinggal. Di sana, mereka menemukan sebuah diary yang tersembunyi di bawah tempat tidurnya.

Diary itu penuh dengan catatan kesehatan yang sangat aneh. Sebuah catatan di mana ada kehidupan di masa lalu dan masa depan memiliki satu kesamaan.

“Dia sedang meneliti hal yang besar,” kata Su Yin sambil membalik halaman Diary. “Tapi apa?”

Jimmi menemukan sebuah foto yang diselipkan di antara halaman Diary. Foto itu menunjukkan Chan bersama seorang pria yang tidak dikenal.

“Siapa dia?” tanya Jimmi.

Su Yin memeriksa foto itu dengan seksama. “Kita harus menemukan pria ini. Dia mungkin tahu sesuatu tentang apa yang terjadi pada Chan.”

Penyelidikan mereka membawa mereka ke sebuah gudang rahasia di pinggiran kota. Di sana, mereka menemukan bukti bahwa Chan sedang bekerja pada sebuah proyek rahasia yang melibatkan obat-obatan terlarang yang berkolaborasi dengan sebuah ritual kuno.

Sebuah ritual yang telah lekang oleh zaman. Namun, sebelum mereka bisa menyelidiki lebih lanjut, mereka disergap oleh sekelompok pria bersenjata.

“Ini jebakan!” teriak Jimmi sambil menarik Su Yin ke belakang drum biru. Di dalam drum terdapat darah segar dan sudah beku. Terdengar beberapa kali suara tembakan.

Su Yin meraih pistol dan membalas tembakan. Mereka belum berhasil melarikan diri, tetapi mereka tahu bahwa bisa saja malam ini keduanya tewas. Su Yin mengirim pesan meminta bantuan.

“Kita harus berhati-hati,” kata Su Yin sambil mengatur napas. “Mereka tidak ingin kita menemukan kebenaran.”

“Tapi kita tidak bisa berhenti sekarang. Kita harus menemukan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Chan.”

Dengan tekad yang semakin kuat, Su Yin dan Jimmi mempertahankan diri. Mereka tahu bahwa mereka menghadapi musuh yang berbahaya, tetapi mereka tidak akan berhenti sampai mereka menemukan kebenaran walau taruhannya nyawa.

Su Yin dan Jimmi semakin terdesak. Bahkan peluru dalam pistol mereka telah habis. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, pada saat yang sama, drum biru berisi darah segar itu tumpah hingga aroma anyirnya memenuhi ruangan.

“Bunuh mereka, sekarang!” perintah penjaga gudang.

Su Yin dan Jimmi angkat tangan tanda menyerah. Namun, kepala gudang tak mau ada kegagalan sama sekali. Atas perintahnya peluru ditembakkan. Hanya saja jelas sekali ada dinding gaib yang menjadi penghalang peluru mengenai keduanya.

“Apa ini?” tanya Su Yin ketika menyentuh penghalang tak kasat mata.

“Tidak ada banyak waktu, Nona, ayo kita lari dari sini.” Jimmi mengajak seniornya berlari.

Kaki Su Yin kotor karena noda darah yang tumpah di lantai. Beberapa ekor anjing mengejar mereka. Secara tak sengaja Su Yin dan Jimmi dipisahkan oleh tabir gaib itu. Jimmi mengatakan dari gerak bibir pada Su Yin agar terus berlari.

“Jimmi, Jimmi, pergi, pergiii!” teriak Su Yin ketika ada lima orang bertubuh besar ada di belakangnya.

Angin kencang mulai berembus sampai mendorong tubuh Su Yin sekian ratus meter jaraknya dan terpisah dari Jimmi. Ia berusaha berlari lagi tapi tubuh Su Yin mendadak kaku.

Pada saat yang sama, di atas pohon terdapat lonceng-lonceng tua digantung dan mulai bergoyang. Lonceng itu membuat kesadaran Su Yin hilang.

Dokter forensik tersebut roboh dan jatuh ke tanah. Perlahan ia menutup mata—mungkin untuk selama-lamanya atau sebentar saja. Darah yang ada di kaki mengakibatkan rumput terus tumbuh tinggi dan menutupi sekujur tubuh Su Yin.

Tubuh polisi wanita itu tak terlihat lagi oleh pandangan mata manusia biasa. Bahkan tak terendus oleh anjing pelacak. Lonceng terus berdentang tak keruan semakin lama semakin kencang diiringi oleh angin yang menusuk tulang.

Kesadaran Su Yin semakin hilang. Ia kini berada dalam dimensi baru, sebuah zaman di mana bukan tempatnya tinggal.

Bersambung …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Piyu_Qu
Seru nih ceritanyaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PERMAISURI YIN    Kebahagiaan yang Sempurna

    "Apakah kau gugup?" tanya Li Wei perlahan.“Sangat gugup karena harus berjalan sejajar dengan seorang pangeran berpakaian merah menyala,” bisik Su Yin sambil menahan debar. Ia nyaris tak percaya bisa melewati prosesi pernikahan di dunia sekarang.“Kalau begitu, aku harus meyakinkanmu bahwa pangeran ini tidak akan membuatmu tersandung di altar.” Li Wei tertawa dengan penuh kehangatan.Langkah mereka menyatu dan perlahan menapaki jalan yang ditaburi kelopak bunga peony sesuai permintaan Su Yin. Di kiri kanan, para tamu menunduk hormat. Semua terlihat bahagia.Tamu lebih banyak rekan kerja Su Yin. Jimmi datang dengan kekasihnya bahkan Jaksa Aaron menggandeng tangan Cecilia sepanjang prosesi berlangsung.“Ini terasa seperti mimpi,” gumam Su Yin.“Kalau ini mimpi,” jawab Li Wei sambil menoleh padanya, “aku harap kita tak pernah bangun.”Su Yin diam sejenak, lalu balas menatap dari balik tirai merah itu. “Jangan menatapku seperti itu, Li Wei. Aku bisa jatuh cinta padamu untuk kedua kalinya,

  • PERMAISURI YIN   Kehangatan

    Angin berembus perlahan di taman bunga, membawa harum bunga peony yang bermekaran di antara jalur batu berusia ratusan tahun. Su Yin berdiri di tengah taman, ia mengenakan jubah kebesaran seorang ratu. Perhiasan emas yang menghiasi rambut, membingkai sosoknya dengan aura seorang ratu yang disegani.Meskipun ia dikelilingi keindahan, hati Ratu Yin terasa hampa. Di kejauhan, suara musik istana menggema dari aula utama, tetapi hanya kesunyian yang menemani langkahnya di taman. Ke mana suami dan anaknya?Suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Su Yin menoleh. Di sana, dengan senyum manis dan mata yang memancarkan kelembutan serta cinta padanya, Raja Li Wei berdiri membawa seikat peony. Warna merah kelopak bunga tampak menyayu dengan pakaian kebesaran seorang raja."Aku pikir kau akan menyukai ini," ujar Raja Li Wei sambil menyodorkan bunga itu kepada Ratu Yin. "Bunga peony melambangkan keindahan seorang wanita serta kemuliaan dan cinta yang abadi."Su Yin menatap suaminya sejenak. Ra

  • PERMAISURI YIN   Pedang Kayu

    Su Yin membeku di pintu masuk unit apartemen. Di depan matanya, Nona Fang menekan Li Wei ke dinding, jemarinya mencengkeram leher lelaki itu dengan kekuatan yang luar biasa. Namun yang lebih mengerikan adalah cahaya berkilauan yang perlahan muncul dari dada Li Wei. Ya, mutiara keabadian terdesak keluar dari tubuh lelaki itu.Su Yin tidak pernah melihatnya secara langsung, tapi Li Wei pernah cerita mendapatkan mutiara keabadian tersebut dan akibatnya ia diincar oleh Nona Fang. Mutiara itu melayang, berpendar dengan energi murni, dan dalam sekejap diserap oleh Nona Fang. Li Wei terhuyung, bibirnya bergetar. Cahaya di matanya meredup, dadanya terangkat, seperti ada sesuatu yang menguras kehidupannya dari dalam. Nona Fang tak hanya menelan mutiara keabadian saja melainkan menginginkan energi murni miliknya juga. Su Yin tak berpikir dua kali. Dengan gerakan cepat, ia meraih pedang kayu Jimmi dan menerjang Nona Fang. Wanita dengan topeng emas itu tersungkur akibat dorongan dari Su Yin d

  • PERMAISURI YIN   Pancaran Energi

    Su Yin melemaskan bahunya yang terasa kaku setelah duduk berjam-jam di meja kantor. Jam sudah hampir tengah malam, dan ponselnya yang tergeletak di samping dokumen masih menunjukkan layar kosong. Li Wei belum menjawab panggilannya. Dengan tarikan napas dalam, Su Yin bangkit dan berjalan ke sudut ruangan tempat Officer Jimmi tengah merapikan loker pribadinya. Lelaki itu tampak sibuk mengemas barang-barang lamanya. Sesekali Jimmi menghela napas seolah-olah tenggelam dalam kenangan lama. “Apa kau pindah divisi?” Su Yin bersandar di pinggir pintu. Jimmi menoleh dan menjawab pertanyaan itu. “Bukan, Nona Yin, aku hanya beres-beres, akhirnya dapat waktu untuk itu.” Tatapannya kembali pada sebuah benda panjang yang ia keluarkan dari dalam loker. Sebuah pedang kayu dengan ukiran kuno di gagangnya. Su Yin langsung mengenali benda itu. "Itu milik Shen Du, leluhurmu?” ucap Su Yin keceplosan.Jimmi mengangkat pedang itu, lalu memperhatikan detailnya sejenak sebelum mengangguk. “Ya. Katanya

  • PERMAISURI YIN   Pencuri

    Angin malam berembus kencang, menerpa rambut Nona Fang yang berwarna merah. Dunia menjadi saksi bisu dari ambisi yang telah lama ia nantikan. Cahaya lampu kota bermain di matanya dan memantulkan kegembiraan yang bercampur dengan rasa sakit.“Aku bersumpah, sakit ini akan berakhir dengan mutiaramu.” Dengan jemari gemetar, ia menyentuh luka di wajahnya. Rasa perihnya tak sebanding dengan perjuangan yang telah ia lalui.Di bawahnya, apartemen Li Wei tampak sunyi. Para penghuninya tak menyadari bahaya yang mengintai. Nona Fang menarik napas dalam-dalam, bibirnya tersenyum tipis. Ia telah merusak rencana Li Wei dan selanjutnya ia akan menghancurkan hidup lelaki itu.***Lift apartemen bergetar pelan sebelum pintunya terbuka. Su Yin melangkah masuk dan menghela napas panjang. Ia lelah setelah seharian bekerja.Di sudut lift, Li Wei sudah berdiri lebih dulu, tangannya ia masukkan ke saku jaket. Tatapan lelaki itu sangat tenang tetapi menyembunyikan sesuatu.“Kau dari mana?” tanya Su Yin, kar

  • PERMAISURI YIN   Merajut Masa Depan

    Su Yin menyandarkan punggung pada dinding dapur yang hangat. Seragam polisinya tergantung rapi di kursi rotan. Hari itu ia baru saja kembali dari patroli malam di distrik tenggara, matanya masih menyimpan kelelahan, tapi bibirnya tersenyum saat mendengar suara kuas Li Wei di ruang sebelah. Sejak tinggal bersama, kehadiran Li Wei seperti menghangatkan kehidupannya yang dingin. Bahkan lelaki itu punya cita rasa masakan yang lebih baik darinya. Selain tentunya kebutuhan batin Su Yin akan cinta dipenuhi oleh Li Wei. Mereka hanya mengulang kemesraan di masa lalu saja.Di dalam studio mungil itu, Li Wei menggerakkan kuasnya perlahan di atas kanvas. Warna-warna lembut mengalir dari jemarinya. Ia mengabadikan cahaya pagi yang menembus tirai jendela. Ia tahu hidup mereka tak akan mudah. Su Yin bekerja dalam risiko, dan ia sendiri masih berjuang untuk menjual lukisan demi menabung masa depan. Tapi justru dalam ketidakpastian itu, mereka menemukan kehangatan.Sayangnya dari balik gang sempit y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status