Beranda / Historical / PERMAISURI YIN / 35. Ladang Perburuan

Share

35. Ladang Perburuan

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 21:43:57

Baji Jing, Su Yin, dan dua orang pelayan pribadi mereka melihat hasil rajutan sapu tangan buatan Su Yin. Ada kira-kira setengah hari dengan rasa bosan luar biasa dokter forensik itu merajutnya. Namun, hasil yang didapat.

“Ini binatang apa, Adik Yin?” tanya Bai Jing sambil menahan tawa.

“Tawon kena sengat lebah, Kak,” jawab Su Yin asal-asalan.

“Astaga, lucu sekali tapi bisa jadi Adik Li menyukainya.” Bai Jing masih berusaha memuji hasil rajutan tangan Su Yin.

“Haduh, hidupku tak hanya untuk membuat bahagia lelaki saja. Banyak yang bisa aku kerjakan.” Su Yin mengeluh.

Benar kata orang, di masa lalu perempuan hidup hanya untuk membahagiakan lelaki saja walau hidup dan mentalnya hancur-hancuran tanpa keadilan.

“A Yin, jangan begitu. Adik Li sudah jadi suamimu, kewajiban kita sebagai istri untuk berbakti dan mendukung suami. Tanggung jawab mereka di luar sana sangat besar. Menjadi pangeran bukan berarti mereka hidup enak terus dan bisa bermalas-malasan.”

“Jadi perempuan bisa bermala
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • PERMAISURI YIN   Genggaman Tangan

    A Yin bergerak terus di dalam rumah susun. Ia mengatur bajunya satu per satu. Ia melipat dengan rapi dan menaruhnya di lemari kecil yang kini menjadi miliknya.Udara masih terasa hangat meski musim dingin hampir tiba, dan ia berusaha mengalihkan pikirannya ketika rasa sakit di dada semakin terasa. Di sudut ruangan, Li Wei tertidur di sofa. Tubuhnya tampak tenang, tetapi napasnya dalam dan berat. Namun, di balik kelopak matanya yang terpejam, ia tidak benar-benar beristirahat. Kegelapan menyelimuti pikirannya sebelum akhirnya suara itu datang dan terdengar lirih serta berbisik di telinganya seperti kenangan dari masa yang telah lama terkubur. "Terima semuanya. Jangan ditolak." Li Wei mengerutkan keningnya dalam tidur dan sesaat tubuhnya menegang. Li Wei selalu berusaha menghindari ingatan masa lalunya dan membiarkan tetap tersembunyi di dalam pikirannya. Namun, kini kenangan itu datang seperti ombak yang menerjang tanpa bisa dihindari.Ia melihat dirinya berdiri di koridor istana

  • PERMAISURI YIN   Paman Misterius

    Su Yin menatap botol birnya yang kosong dengan rasa marah bercampur kekecewaan."Hei, itu punyaku!” ucapnya sambil menggebrak meja. Su Yin menatap Li Wei dengan mata menyala. Li Wei, yang baru saja meneguk sisa bir terakhir, meletakkan botol kosong itu dengan tenang."Kau masih terlalu muda untuk minum terlalu banyak,” jawabnya tanpa rasa bersalah. Su Yin mendengkus kesal, lalu ia menyilangkan tangannya di dada."Kita tak saling kenal. Jangan sok jadi wali hidupku. Aku bisa menentukan sendiri apa yang boleh dan tidak boleh kulakukan!"Li Wei hanya tersenyum tipis. Dengan gerakan santai, ia melambaikan tangan memanggil Nyonya Liu. "Pesankan makanan paling enak untuk gadis keras kepala ini. Tenang saja, Paman yang traktir, ayo duduk."Su Yin mengerutkan keningnya, tapi ketika aroma makanan mulai tercium, perutnya keroncongan. Ia mencoba bersikap cuek saja, tetapi begitu sepiring mi panas dengan irisan daging lembut dan kuah yang menggoda tersaji di hadapannya, Su Yin menyerah."Baikla

  • PERMAISURI YIN   Sebotol Bir

    Perlahan Li Wei membuka matanya. Ia masih terengah-engah setelah terlempar dari mimpi yang begitu nyata. Cahaya lampu di bawah jendela kamar menyinari wajahnya yang basah oleh keringat.Dadanya naik turun dan pikirannya kacau. Bayangan Permaisuri A Yin masih begitu jelas dalam benaknya. Seolah-olah ia baru saja menggenggam tangannya di bawah langit Dinasti Tang yang berkilauan.Ia menegakkan tubuh, jari-jarinya mencengkeram kain sprei seperti mencari pegangan dalam kebingungannya. Mungkinkah semua itu bukan sekadar mimpi?Suara lembut Permaisuri A Yin, sentuhan jemarinya yang hangat dan tatapan penuh kasih di malam pengantin mereka. Semua terasa begitu nyata dan bukan sekadar ilusi.Bagaimana Li Wei mengecup bibir Permaisuri Yin, lalu menarik pinggangnya agar pelukan mereka lebih erat, dan dua tangan itu saling menggenggam dalam kesunyian. Tidak hanya itu saja satu demi satu pakaian merah Permaisuri A Yin pun ia buka hingga keduanya menyatu dalam kebisuan dan hanya ada tatapan mata sa

  • PERMAISURI YIN   Luka yang Abadi

    Li Wei turun dari jeep, deru mesin perlahan mereda di tengah udara malam yang dingin. Jari-jarinya menggenggam tangan A Yin dengan erat, seolah ingin memastikan bahwa ia tetap ada di sisinya. Tak peduli apa yang akan terjadi.“Jangan takut, ingat pesanku diam saja, ya,” ucapnya dan A Yin mengangguk.Di depan mereka, sebuah gudang tua menjulang di tepian dermaga. Pintu besinya terbuka sedikit dan memperlihatkan cahaya redup di dalamnya. Li Wei menarik napas, lalu melangkah dan membawa A Yin masuk ke dalam sarang yang penuh dengan kekejian.Di dalam, puluhan pengawal berdiri seperti patung. Pakaian hitam mereka menyatu dengan bayangan. Tatapan mereka dingin dan tajam. Namun perhatian A Yin segera tertuju pada sosok di tengah ruangan.Seorang perempuan dengan rambut merah menyala yang jatuh di pundaknya. Wajahnya tersembunyi di balik topeng emas yang berkilauan. Ia duduk di kursi besar seperti ratu, jemarinya yang bersarung hitam mengetuk sandaran tangan dengan irama lambat."Li Wei. Lam

  • PERMAISURI YIN   Mutiara Keabadian

    Li Wei menggenggam kemudi dengan erat, sementara deru mesin jeep mengisi keheningan di antara mereka. A Yin duduk di sampingnya. Mata wanita itu terpaku pada lintasan panjang yang terbentang di depan.Jalanan penuh dengan mobil dan lalu lintas kendaraan lain. Beberapa anak SMA menyeberang sekolah dan di sana tempat Su Yin mengenyam pendidikan menengah ke atas.Li Wei menghela napas dalam. Ia menoleh sekilas ke arah A Yin yang masih terdiam."Kita di sini untuk menikmati hari, bukan untuk meratapi masa lalu," ucapnya, berusaha mencairkan suasana.A Yin hanya tersenyum kecil, lalu menatap kantong hitam yang berisi koin emas dari kuburannya."Pangeran, sebenarnya kita pergi ke mana?"“Mall. Kita beli baju untukmu dan segala kebutuhannya. Aku tak tahu kau akan tinggal berapa lama, jadi sudah kewajibanku menyediakan yang terbaik untukmu.”“Kenapa begitu? Bukankah kau masih tak mengakui aku istrimu?”“Karena aku mengambil banyak harta dari kuburanmu. Membeli baju tidak akan membuatku jatuh

  • PERMAISURI YIN   Madu dari Permaisuri

    Li Wei diam sejenak, ia tak tahu harus melanjutkan atau menyudahi kegilaan yang dilakukan oleh A Yin yang kini mencium pipi dan mengenai bibirnya perlahan.“Su Yin merebutmu dariku.” Kata-kata itu terngiang di pikiran Li Wei.“Aku tidak kenal Su Yin.” Li Wei mendorong A Yin dari pelukannya.“Suatu hari nanti kau pasti akan mengenalnya jika bertemu lagi. Percayalah padaku.” A Yin memegang pipi Li Wei.Tangan A Yin terasa dingin sekali dan bayangan masa lalu kembali melintas di benak lelaki itu. Ia pun memilih duduk di tepian ranjang.“Dengar, apapun masa laluku, itu hanya masa lalu. Aku percaya kita bereinkarnasi, tapi ya sudahlah sekarang saatnya kita memulai kehidupan yang baru.” Li Wei hanya berusaha menutupi bayangan masa lalu yang bermain di pikirannya. Terlintas kenangan saat ia menikahi Permaisuri A Yin dan melewati malam pertama yang penuh rasa menggebu. “Masa lalu itu akan membebani hidupmu, Pangeran, jika kau tak menerimanya.” Tiba-tiba saja A Yin duduk di pangkuan Li Wei d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status