Beranda / Historical / PERMAISURI YIN / 54. Seteko Arak

Share

54. Seteko Arak

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 22:54:50

Chang He—selir kiriman Ming Hua untuk Li Wei, sedang mengaduk shaoxing—arak beras dengan cita rasa manis dan kuat. Ia akan mengirimkan minuman itu untuk pangeran yang baru saja kembali dari perjalanan jauh.

“Tentu saja aku harus menambahkan sebuah obat yang akan membuatmu tergila-gila padaku, Pangeran, hi hi hi.” Chang He tertawa sambil menutup mulutnya.

Bubuk obat itu sudah biasa digunakan di rumah bordilnya untuk menjerat para tuan agar takluk di kaki para pelacur. Chang He melakukannya karena didesak Gui Mama agar segera merayu Li Wei.

Dengan langkah pasti dan agak dilenggak-lenggokkan sedikit khas wanita malam, gadis itu membawa seteko arak dan akan memberikannya pada Pangeran Kedua.

Suasana di depan kamar Li Wei cukup tenang. Fu Rong tidak ada dan tinggal beberapa pengawal serta pelayan. Chang He kemudian mengetuk pintu dengan perlahan. Dibuka, tentu saja ada Su Yin di sana.

“Cari Li Wei, dia tidak ada mungkin pulang tengah malam,” ucap Su Yin sambil bertolak pinggang.

“Ham
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • PERMAISURI YIN   55. Dibalik Malam Pertama

    Kebersamaan keduanya terus berlanjut seakan tak mau terpisah. Begitu lekat dalam ingatan masing-masing ketika melewati detik demi detik dalam dekapan kekasih. Baju tak lagi jadi penghalang ketika penutup tubuh telah terbuka semuanya. Su Yin sebenarnya antar sadar dan tak sadar. Bibir ingin menolak tapi hatinya tak bisa berbohong bahwa rasa yang asing itu begitu ia sukai. Naluri sebagai wanita yang ingin disayang keluar dari lubuk hatinya. Terbiasa mandiri bertahun-tahun lamanya, ternyata pertahanan itu luntur dalam satu malam saja. Hingga permainan itu harus berakhir karena telah mencapai garis selesai. Li Wei bagai mengulang malam pertama yang singkat setelah pernikahan. Sedangkan hal demikian merupakan pertama kali bagi Su Yin. Entah apa yang akan terjadi besok pagi, yang jelas tubuh yang lelah butuh istirahat. *** Angin dingin di pagi hari usai hujan membuat Su Yin membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat ialah bajunya yang berserakan di lantai bersama baju sang pan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • PERMAISURI YIN   56. Bulan Purnama Berdarah

    Bagian 56 “Umur 14 tahun sudah kawin, umur 17 tahun sudah dinikahkan, ckckckckc, apa saja kerja perempuan di zaman dahulu sampai menikah di usia dini.” Su Yin memakai hanfu warna hijau putih yang disediakan. Sejak Xu Chan meninggal karena dirinya, ia menolak dilayani secara pribadi oleh para pelayan. Lagi pula sebagai polisi ia sudah biasa hidup mandiri. “Kalau kau sudah selesai, bantu aku pakai baju,” ujar Li Wei dari ruangan sebelah. Ada sekat tipis antara tempat ganti baju keduanya. “Perasaan dia ini sudah besar, sudah pula menikah, masih juga pakai baju harus dibantu. Ah, kehidupan kerajaan ternyata membuatku sangat tertekan.” Su Yin mengikat rambutnya dengan sangat sederhana. Selanjutnya ia memperindah sendiri dengan beberapa tusuk konde emas saja dan perhiasan secukupnya. Kata Li Wei walau dirinya menolak dilayani, penampilan sebagai permaisuri seorang pangeran harus tetap dijaga. Selesai sudah ia berdandan, kini giliran membantu Pangeran Kedua mengenakan jubah agung berwarn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • PERMAISURI YIN   57. Curahan Hati

    Rapat penting digelar di aula utama kerajaan. Para menteri datang dengan jubah resmi warna merah, ikat pinggang khusus dan taku lupa guangjin di kepala. Begitu pula para pangeran, mulai dari Putra Mahkota yang menggunakan jubah emas, lalu pangeran kedua, ketiga, keempat, kelima yang semuanya merupakan putra kaisar dari selir yang berbeda-beda. Rapat kali itu membahas tentang eksistensi para pemberontak di perbatasan wilayah selatan yang berhasil dibasmi oleh Li Wei waktu itu. Namun, tak semuanya habis diberantas. Sisa-sisa pemberontak tentu tetap ada. “Menteri Pertahanan harus memastikan wilayah selatan lebih kuat dari biasanya. Tambah alutsista kita dan latih para tentara dengan rutin, kau harus ke sana untuk memeriksanya langsung!” titah Yang Mulia. “Baik, Yang Mulia!” Menteri Ming yang menggunakan douli—topi dengan hiasan bulu burung menerima perintah itu. “Ayahanda, kita tetap harus waspada dengan Suku Serigala, mereka sangat mirip dengan serigala asli,” ujar Li Wei s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • PERMAISURI YIN   58. Suku Serigala

    Suku Serigala—seperti yang dikhawatirkan oleh Li Wei sebenarnya sudah sejak lama ada di Chang An. Tepatnya ketika sang pangeran mulai meninggalkan medan pertempuran, mereka pun telah bergerak. Suku Serigala dibagi menjadi tiga matra, yaitu darat, laut dan udara. Pertahanan militer mereka sangat kuat. Lelakinya pilih tanding dan perempuannya siap mati demi melahirkan generasi pilih tanding demi kemajuan dan perluasan wilayah. Suku Serigala merupakan ancaman nyata bagi Chang An. Dan kini pertama kalinya mereka kalah perang ketika Pangeran Kedua menjadi jenderal utama. Lelaki itu adalah ancaman nyata dan tentu harus dibunuh termasuk istri, keturunan jika ada juga orang-orang di sekeliling Li Wei. Kemudian, rencana pun disusun dengan sangat keji. Matra dari angkatan darat turun tangan dan dibagi menjadi dua regu. Adalah dua orang saudara kandung bernama Tugur dan Dugur. Rencana mereka telah disetujui oleh Hulagur—raja mereka. Tugur menuju kota Chang An dan Dugur mulai berjalan ke Pegu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • PERMAISURI YIN   59. Pengalihan

    Su Yin berada di dapur. Ia bosan dengan rasa masakan yang cenderung hambar. Lalu ia racik sendiri bumbu-bumbu yang ada walau terlihat sesuka hati. Tak lama kemudian Li Wei datang menghampiri dan melihat ke dalam panci rebusan, ragam jenis sayur, tahu, telur setengah matang dengan wangi yang sangat kuat, sudah hampir matang. Sepasang suami istri itu memutuskan makan di dapur bersama para pelayan yang meniru menu dari Permaisuri Yin. Sejenak suasana di dalam istana naga perak menjadi hangat dan tak beku seperti dulu lagi. Su Yin yang keras kepala dan teguh pendirian tapi peduli pada sesama membawa perubahan suasana yang cukup baik. Para pelayan mulai bisa baca tulis dan mereka bisa makan dan istirahat dengan tenang. “Kalau sudah selesai makan, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.” Mangkok Li Wei telah kosong dari makanan. Ia sangat menikmati makanan yang dibuat istrinya. “Pentingkah? Aku sudah selesai.” Mangkuk Su Yin juga sudah bersih, masih ada sisa makanan cukup banyak di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • PERMAISURI YIN   60. Seringai Serigala

    “Sugur, apa kita jadi memberi kejutan pada Li Wei malam ini?” tanya salah seorang lelaki dari suku serigala. “Tentu saja, aku tidak pernah bertarung dengannya di medan perang, aku jadi ingin tahu seberapa hebat dia. Suruh salah satu orang kita yang berani mati di garis depan untuk bertarung dengan Li Wei.” Sugur berbicara sambil mengambil air. Ia dan beberapa bawahan lelakinya berhasil menyamar menjadi pelayan di istana Putra Mahkota. Mereka sering bertemu sambil membicarakan rencana penyerangan tanpa ketahuan sebab pergerakannya gesit seperti serigala. “Baik, Sugur, tunggu saja kabar beritanya malam ini.” Lelaki itu pergi dan Sugur kembali menjalani pekerjaannya sehari-hari. Terkadang Sugur mendapat jatah mengisi air di bak mandi Pangeran Li Zu Min. Sering kali ia ingin menikam putra mahkota, tetapi ia tidak diperintahkan untuk itu. Tugasnya hanya mengawasi jalannya istana bagian dalam dan melaporkannya pada Tugur. Dari istana naga emas juga Sugur jadi tahu bahwa putra mahkota b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • PERMAISURI YIN   61. Pertemuan Rahasia

    Dua hari sudah Su Yin dan Cang He bertukar peran. Risih polisi wanita itu menggunakan hanfu transparan milik seorang penyanyi dari rumah bordil. Cantik memang, tapi terlihat murahan sekali. Li Wei baru saja kembali setelah memeriksa persediaan untuk ekspedisi ke utara. Ia terlihat lelah dan merengut. Keduanya makan dalam diam tanpa berbicara seolah-olah memiliki beban yang begitu berat. “Aku ada janji dengan kakakku, kau tidur saja duluan,” ucap Li Wei ketika mengganti bajunya. “Bukannya istana ada jam malam dan tak boleh keluar?” tanya Su Yin sambil memainkan kaki. “Aku lelaki sudah biasa bergerak tanpa batasan. Jangan tinggalkan kamar ini tanpa perintah dariku.” “Hmmm.” Su Yin menjawab singkat saja. Hidupnya terasa membosankan di dalam istana. Ia susah berbaur dengan para putri karena kegiatan mereka melukis, merajut, dan membaca puisi. Satu pun tidak ada yang Su Yin sukai. Malam hari terus beranjak. Permaisuri Yin tak bisa tidur karena rasa panas yang menjalar dari kaki dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • PERMAISURI YIN   62. Korban Pertama

    Su Yin menghindar dengan memanjat dinding istana ketika manusia dengan wujud setengah serigala itu nyaris mencakarnya. Wajah yang menyerang tidak ketahuan sama sekali, semua tertutup bulu yang lebat. Pertarungan itu tidak seimbang, lelaki dengan cakar dan taring yang tajam tersebut bahkan telah merobek hanfu tipis sang permaisuri hingga penampilan Su Yin terlihat setengah tak berbaju. “Kenapa zaman dulu banyak sekali mahkluk-mahkluk aneh.” Su Yin duduk sambil mengatur napas. Ingin ia berlari tapi mahluk di depannya mengeluarkan sepuluh jari dengan kuku tajam. Pertarungan tidak dapat dihindari. Polisi wanita itu melawan dengan tangan kosong dan mengandalkan tendangan serta pukulan saja. Su Yin berhasil menghantam uluhati lelaki itu hingga mundur beberapa langkah. Namun, bukannya mengaku kalah, mahluk tersebut mundur untuk mengumpulkan kekuatan. Manusia dengan bulu-bulu lebat itu berlari menggunakan dua tangan serta kaki persis seperti binatang. Su Yin menganga sesaat tetapi ia lek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15

Bab terbaru

  • PERMAISURI YIN   Kalah Jadi Abu

    Ibu kota berdiri megah di bawah cahaya matahari pagi. Menara-menara istana menjulang tinggi, sementara jalan-jalan dipenuhi suara lonceng perunggu yang menggema di antara paviliun megah.Di tengah kemegahan itu, Li Wei, Raja dari Selatan, melangkah dengan tenang, diiringi oleh barisan prajuritnya yang membawa peti-peti berisi upeti bagi Kekaisaran Tang.Gerbang istana terbuka lebar ketika pasukan dari Selatan tiba di halaman utama. Mata para pejabat tinggi kekaisaran memandang penuh selidik, seolah ingin memastikan bahwa setiap langkah Li Wei memang sebuah tanda tunduk dan bukan awal dari pemberontakan. Namun, Li Wei tetap berjalan dengan sikap penuh hormat dan percaya diri.Saat ia melangkah ke aula besar, Kaisar Li Zu Min, telah duduk di atas singgasana berhias naga emas. Tatapan Kaisar teduh dan penuh kerinduan. Sudah lama sekali kakak dan adik itu tidak bertemu.“Hormat kepada Yang Mulia. Hamba membawa persembahan dari Selatan,” ucap Li Wei dengan suara tegas seorang jenderal pera

  • PERMAISURI YIN   Kabar Angin

    Su Yin masih mendekap Li Wei sangat erat. Malam setelah mereka kembali menyatu dan malam-malam berikutnya terasa sangat membara kerinduan yang harus dilampiaskan. Sejoli itu bagai tak memiliki waktu lain, seolah-olah perjumpaan mereka sangat singat dan tak mau kehilangan momen apa pun.Sebagai raja, Li Wei berusaha menjalankan aturan di selatan dan sebagai ratu Su Yin menjaga kewibawaan di depan bawahannya. Lain cerita di depan suaminya, ia seperti anak kecil yang terus memegang tangan pangeran kedua begitu erat.Sebab Su Yin teringat dengan kata Shen Du bahwa umurnya di masa lalu tidak panjang. Cerita sejarah yang ia peroleh pun hanya sedikit catatan tentang Permaisuri Yin, wanita yang mati muda ketika melahirkan anak keduanya.“Apakah semua persiapan sudah selesai?” tanya ratu pada rajanya.“Hampir. Kau sedang buat apa?” Li Wei balik bertanya ketika telah kembali dari luar.“Ehm mantel bulu. Kau akan menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, angin di luar sana tidak b

  • PERMAISURI YIN   100. Sejoli Labil

    Selesai penobatan, Li Wei langsung membagi tugas-tugas penting untuk para bawahannya. Ia dan Su Yin akan tinggal di istana utama, menggantikan kaisar selatan yang telah tewas. Istana itu memang tidak lebih megah daripada di Chang An, tetapi memiliki ukiran serigala yang sangat kokoh.Jenderal Naga Perak memulai langkahnya dengan menerapkan sejumlah aturan di selatan. Di antaranya cara berpakaian mengikuti protokol Dinasti Tang. Warna merah hanya untuk raja dan ratu saja. Warna biru untuk para prajurit pemberani dan terhormat.Rakyat biasa tak lagi menggunakan pakaian dari kulit serigala. Mereka boleh menggunakan sutra atau bahan lainnya selama tidak menyamakan diri dengan pakaian raja dan ratu. Kulit serigala akan dijadikan hiasan bukan bahan utama.Sang raja memasuki kamar ketika urusan pekerjaannya telah selesai. Terlihat ratu sudah membuka baju warna merahnya dan menggunakan dalaman warna putih saja. Luntur harapan Li Wei, tadinya ia ingin mengulang momen malam pertama dan membuka

  • PERMAISURI YIN   99. Penobatan

    Su Yin sedang memeriksa sekujur tubuh suaminya yang mengalami luka dan memar. Perilaku keduanya tidak mirip dokter dan pasien, melainkan seperti sejoli yang rindu berat dan tak punya kesempatan untuk melampiaskan hasratnya.Dokter forensik itu menyetuh lengan bagian atas Li Wei yang ia jahit dua minggu lalu menggunakan benang sutra. Lukanya mulai mengering dan hanya butuh dibersihkan setiap hari.Dua mata itu saling menatap tanpa berkedip. Pangeran Kedua yang masih sakit tulang tak bisa menahan diri, ia menarik wajah Su Yin hingga keduanya tak ada jarak lagi.Permaisuri Yin melepas semua peralatan medis dan balas mencium Li Wei lebih dalam. Ya, memang keduanya saling merindukan. Namun, ketika polisi wanita itu menekan salah satu anggota tubuh suaminya, Li Wei pun melepas ciumannya dan mengaduh.“Sakit, kan?” tanya Su Yin dengan tatapan tak puas. Padahal ia sudah terbawa suasana.“Iya, aduh sakit sekali, kapan sembuhnya?” Li Wei memegang pinggangnya. Luka memanjang yang paling dalam.“

  • PERMAISURI YIN   98. Gila

    Permaisuri Bai Jing tak membuka mata meski Ru Yi telah melakukan segala cara untuk menyadarkannya. Wanita baik hati itu tak kuat ketika harus mengeluarkan bayi separuh serigala yang berwujud manusia biasa. Shen Du datang mendekat dengan keadaan tangan terluka. Lelaki itu mengambil sebuah benda bulat seperti mutiara. Ia meminta Ruyi agar menghancurkannya di air hangat dan memercikkan ke seluruh tubuh permaisuri. “Apa itu?” tanya Kaisar sambil menimang anaknya. “Mustika penahan arwah, Yang Mulia, belum saatnya Permaisuri Jing tutup usia, tapi karena huru-hara kandungan dan tubuhnya pun terganggu.” Kaisar hanya menghela napas saja. Benar-benar situasi yang tidak terkendali meski keamanan istana sudah dibuat sampai empat lapis. “Singkirkan semua mayat dan bersihkan kembali istana. Putriku harus mendapatkan penyambutan yang layak.” Perintah Kaisar pada pengawal pribadinya. “Yang Mulia, apa semua baik-baik saja.” Pangeran ketiga masuk ke rumah sakit istana. “Iya, semua baik, terima k

  • PERMAISURI YIN    97  Dewi Serigala 

    Seutas kain merah turun di departemen sihir dan perbintangan. Kain itu kemudian berubah menjadi sosok Aligur yang wajahnya ditumbuhi bulu-bulu warna merah. Dukun tersebut merupakan kaki tangan dewi serigala langit yang turun malam ini atas jamuannya. Aligur masuk ke kuil dengan niat mencari Shen Du. Namun, kepala departemen itu tidak ada di tempat. Dukun berambut merah tersebut ingin pergi, tetapi ia mendengar suara lonceng berdentangan dari ruang bawah tanah. Ya, ia menyadari kedatangan seorang saman yang sengaja mengganggunya. Wanita itu berubah jadi kain lagi dan turun menabrak semua jimat. Awalnya Aligur terpental, tetapi ia menjentikkan jari dan membakar semua jimat kertas hingga hangus dan tersisa jadi abu. Namun, Abu itu ternyata mengenai wajahnya dan ia terluka dalam. “Bedebah.” Dengan kemarahan di dalam dada Aligur menendang pintu yang dilapisi jimat lagi. Tiga kali tendangan pintu itu terbuka juga. Terlihat Park Hwa Rim menghentikan tarian demi menyambut tamu agungnya.

  • PERMAISURI YIN   96. Bulan Purnama Berdarah 

    Dengan pakaian seperti gundik, Aligur berjalan dengan gemulai di tengah kota Chang An. Tentu saja hal itu membuat mata lelaki tertuju dan mengikutinya. Ia tertawa dan menutupi wajahnya dengan kipas. Aligur terus berjalan hingga tak jauh lagi dari gerbang istana. Tiba-tiba saja dukun berambut merah itu menari dengan gerakan yang sangat indah. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas lalu berputar-putar. Tak ayal langit yang tadinya terang benderang langsung ditutupi awan gelap. “Hei, kau berhenti melakukan gerakan itu!” Kebetulan Pangeran Ketiga lewat di sana. Ia memerintah anak buahnya mengusir Aligur. Namun, belum sempat didekati anak buah pangeran ketiga terpental begitu jauh hingga kepalanya pecah. “Tangkap dia!” Pangeran Ketiga semakin terkejut ketika darah dari kepala prajuritnya dijilat seekor serigala. Penduduk pun berlarian ke sana kemari. Ditambah wajah Aligur perlahan-lahan menampakkan perubahan. Bulu warna merah tumbuh lebat di lehernya. “Dewi Serigala Langit, berkatilah

  • PERMAISURI YIN   95.  Saman dari Silla 

    Shen Du bersujud di depan Kaisar. Ia dipanggil secara khusus di tengah malam atas peringatan tentang peristiwa bulan berdarah. “Karena kau yang paling pertama memperingatiku. Kau yang harus bertanggung jawab mencegah peristiwa ini terjadi. Sebagai kaisar aku sudah memperketat keamanan. Lalu, apa yang telah kau lakukan?” “Yang Mulia,” ucap Shen Du. “Angkat kepalamu, aku sedang bicara denganmu.” Shen Du kemudian menegakkan tubuhnya. Ia menarik napas sebentar. Ketika ingin berbicara pemimpin departemen sihir dan perbintangan itu merasakan beberapa roh jahat terbang di dekat kaisar. “Yang Mulia, secara spiritual hamba akan mencegah terjadinya peristiwa bulan berdarah hingga Permaisuri Utama akan melahirkan dengan selamat, hanya saja.” “Hanya saja? Apa maksudmu?” “Hamba membutuhkan bantuan. Hamba memiliki kenalan seorang dukun saman terkenal dari Silla yang agung. Park Hwa Rim, dia bisa membantu hamba menekan kekuatan jahat yang mulai memasuki istana.” “Kekuatan jahat sudah masuk?”

  • PERMAISURI YIN   94. Karam

    Su Yin dan An Ama terkejut ketika sampai di kapal perang, beberapa prajurit Tang melawan serigala dengan ragam warna. Ya, pasukan Yi Gur sebagian bisa mengubah wujud, begitu pula dengan pemimpinnya. “Nyonya, hati-hati,” ucap An Mama ketika dua serigala memandang ke arah mereka. “Tebas langsung ke kepala saja, hiaaat!” Sang permaisuri melompat dan melayangkan pedang ke arah serigala hingga lepas. An Mama mendorong dan membuang binatang itu ke laut. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh prajurit Tang yang lain. “Kenapa dia ada di sini?” Perhatian Li Wei teralihkan. Pada saat yang sama Yigur menodongkan belati ke lehernya. “Enak saja, hanya aku yang boleh menyakiti suamiku, hiaaat!” Su Yin berlari dan menghalangi belati Yigur dengan pedangnya. “Kita jumpa lagi, kau datang juga.” Yigur tersenyum. “Kenapa kau tidak menuruti kata-kataku!” Li Wei masih sempat bertanya. “Kita bahas hal itu nanti, selesaikan yang di depan dulu.” Su Yin dan Li Wei bekerja sama melawan Yi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status