"Kamu sudah bangun, Al?" tanya Maya begitu melihat Alana sudah sibuk di dapur.Alana seketika menoleh mendengar suara Maya. "Iya, Kak," sahutnya sembari sibuk memindahkan masakan yang dibuatnya ke dalam mangkok besar.Maya tersenyum, lalu melangkah ke arah Alana dan bertanya, "Kamu masak apa, Al?""Masak semur ayam, Kak. Aku bingung mau masak apa, tadi membuka lemari pendingin ada ayam, jadi aku masak semur aja," sahut Alana.Netra Maya membulat, dia terkejut saat mendengar jawaban adik iparnya itu. Semur ayam adalah makanan kesukaan Shaka karena adik lelakinya itu tidak suka makanan pedas. Perutnya akan sakit jika memakan makanan yang pedas. Sejak kecil Shaka memang tidak kuat dengan makanan yang pedas-pedas."Apa Shaka yang memintamu memasak itu?" tanya Maya lagi.Alana menggeleng. "Apa dia tidak suka semur, Kak?"Maya tersenyum kembali, ternyata adik iparnya itu memasak kesukaan Shaka tanpa sengaja. Itu membuktikan bahwa keduanya sangat cocok di mata Maya. Dia merasa tenang, gadis
"Ada apa dengan Shaka ya, Mas? Tumben sekali dia bersikap seperti itu," ucap Maya kepada sang suami. Dia merasa tidak enak pada Alana karena sikap Shaka. Maya sempat melihat kekecewaan di wajah Alana setelah Shaka pergi tanpa menghabiskan makanannya.Maya sedang bersama dengan sang suami di dalam mobil sekarang. Mereka baru saja mengantarkan Devan ke sekolah dan kini mereka sedang menuju tempat kerja Irwan. Lelaki itu bekerja di rumah sakit besar di kota Bekasi. Dia bekerja sebagai dokter kandungan di sana.Irwan mengedikkan bahu, dia juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba Shaka bersikap seperti tadi. Menurut sepengetahuannya, adik iparnya itu tidak pernah bersikap buruk dan selalu hangat pada keluarganya. Tapi dia heran ketika melihat Shaka pergi tanpa berkata apapun dan juga tidak menghabiskan sarapannya. Apalagi tadi pertama kalinya dia sarapan bersama dengan istri barunya. Harusnya Shaka menghargai masakan istrinya."Kasihan Alana, padahal gadis itu sudah susah payah memasak untuk S
"Pakai itu dan bersiaplah!" Shaka melempar gaun ke arah Alana."A-apa ini?" tanya Alana mengernyitkan keningnya ketika melihat gaun berwarna peach di tangannya."Apa matamu buta?" tanya Shaka tajam.Alana mendecakkan lidah mendengar ucapan Shaka. Dia tahu kalau itu adalah sebuah gaun. Tapi Alana tidak tahu untuk apa dia harus memakai gaun yang diberikan oleh Shaka. Baginya tidak mungkin lelaki itu memberinya gaun untuk sekedar hadiah. Hubungan mereka tidaklah memungkinkan untuk Shaka memberikan sesuatu secara cuma-cuma pada Alana."Aku tahu ini gaun, tapi aku tidak tahu untuk apa kamu memberikan gaun itu padaku," sahut Alana sembari meletakkan gaun tersebut di atas sofa.Shaka menggeram marah, selalu saja Alana menjawab setiap perintahnya. Shaka tidak menyangka jika gadis itu selalu punya cara untuk melawannya. Shaka pikir Alana gadis yang lemah dan manja, yang dengan mudah Shaka tindas. Tapi ternyata Alana selalu berhasil membuat amarah Shaka naik.Sudah satu bulan berlalu setelah pe
"Baiklah, mari sama-sama pergi ke tempat acara. Sebentar lagi acara akan segera dimulai," ajak Reno."Baik, Yah," sahut Shaka, lalu kembali menggandeng Alana setelah Reno melangkah terlebih dulu.Alana hanya mengikuti Shaka dan ayahnya tanpa suara. Hatinya sedang tidak baik-baik saja setelah bertemu dengan sang ayah. Raut wajah Alana menjadi murung."Tersenyumlah," ucap Shaka setengah berbisik.Alana mendongak, menatap wajah suaminya, tapi yang ditatap masih terus berjalan dengan wajah datar. "Sayangnya aku tidak pandai berpura-pura sepertimu," cibir Alana.Shaka langsung menoleh, pandangan mata mereka pun bertemu, lalu sedetik kemudian Shaka memalingkan wajahnya. Dia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Alana dengan kuat, membuat Alana sedikit meringis. Shaka kembali menyakitinya.Alana menghela napas kasar, di belakang ayahnya sendiri dia harus menerima perlakuan kasar dari suaminya. Miris sekali nasib hidup yang harus dia jalani. Dia harus bisa menahan diri atas perlakuan Sh
"Kak Vika?""Iya, Al. Ini aku," sahut Vika melembutkan suaranya. Dia ingin meninggalkan kesan baik pada Alana."Kakak ada di sini? Apa Kakak bekerja di sini?" tanya Alana, dia penasaran dengan keberadaan Vika di perusahaan sang ayah."Oh iya, Al. Aku bekerja di sini. Aku sudah bekerja di sini selama satu tahun, kalau kamu kenapa ada di sini?"Alana terkejut mengetahui bahwa teman dari kakaknya itu bekerja di perusahaan sang ayah. Vika pasti mengenal suaminya di sini. Alana jadi bingung harus menjawab apa pertanyaan dari Vika tersebut, dia tidak mungkin mengatakan kalau dia adalah putri dari pemilik perusahaan tempat teman kakaknya itu bekerja. Vika pasti akan merasa tidak nyaman padanya dan juga pada kakaknya."Aku sedang menemani suamiku kemari, Kak. Dia sedang ada pekerjaan di sini," jawab Alana."Astaga ... kamu sudah menikah, Al? Aku pikir kamu belum menikah," tanya Vika. Dia terkejut mengetahui fakta bahwa adik Andra itu sudah menikah."Sudah, Kak. Aku baru menikah satu bulan yan
"Apa yang kamu lakukan? Kalau kamu lapar aku akan memesankan makanan untukmu, jangan mengambil makanan kakakku seenaknya!" sungut Alana merasa kesal dengan ulah Shaka."Kakak?" tanya Shaka sembari mengernyitkan keningnya."Iya, dia kakakku. Memangnya apa yang kamu pikirkan?" gerutu Alana.Alana benar-benar merasa kesal pada Shaka, gara-gara dia datang, dia jadi tidak bisa leluasa melepaskan kerinduannya dengan sang kakak. Padahal dia ingin menghabiskan waktu berdua dengan kakaknya itu.Shaka melirik ke arah kakak iparnya, dia telah salah sangka pada Alana dan kakak iparnya itu. Dia pikir Alana telah berani bermain api di belakangnya dengan lelaki lain. Shaka merasa malu telah bertindak gegabah. Tidak biasanya Shaka bertindak gegabah. Melihat Alana memeluk lelaki lain membuat hatinya meradang. Sejenak Shaka lupa pernah bertemu dengan kakak iparnya itu. Andra pernah mendatanginya untuk memintanya membatalkan pernikahannya dengan Alana waktu itu."Ma-maaf, Kak. Aku tidak tahu jika itu ka
"Pulanglah, Kak. Aku akan tetap di sini menemani suamiku," ucap Alana kepada sang kakak."Tapi, Al ....""Aku tidak apa-apa, Kak. Lain kali kita akan bertemu lagi. Aku akan segera menghubungimu begitu suamiku pulih nanti," tutur Alana memotong ucapan Andra. Dia tidak ingin sang kakak ikut repot, pasti kakaknya itu punya kesibukan yang lainnya. Alana tidak mau menahan Andra untuk menemaninya di sini.Andra tidak punya pilihan lain, selain memenuhi permintaan Alana, dia tidak mau membuat sang adik semakin kesusahan karena kehadirannya di sini. Biar adiknya itu bisa fokus mengurus sang suami."Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu, Al. Jaga dirimu baik-baik, hubungi aku jika kamu perlu sesuatu. Aku akan segera datang menemuimu," ucap Andra."Iya, Kak. Terima kasih banyak," ucap Alana.Andra pun pergi meninggalkan Alana. Sebenarnya dia merasa berat hati meninggalkan adiknya itu dalam kondisi yang tidak baik, tapi dia juga tidak bisa tinggal jika hanya menjadi beban untuk Alana.Alana pun m
Setelah tiga hari di rumah sakit, Shaka pun akhirnya telah pulang ke rumah. Tapi dia masih dalam masa pemulihan, hingga belum bisa kembali bekerja. Dia sudah menghubungi Reno meminta ijin pada mertuanya untuk tidak masuk ke kantor."Minum obatmu, Ka," ucap Maya sembari memberikan obat pada sang adik.Shaka langsung meminum obat yang diberikan Maya, dia ingin segera pulih dan kembali bekerja. Sejak dirinya diangkat menggantikan Reno, dia belum ke kantor sama sekali. Tapi semua yang terjadi juga salahnya sendiri karena terlalu terbawa emosi hingga tidak memikirkan kesehatannya. Kini dia menyesali perbuatannya kemarin."Baiklah, sekarang beristirahatlah," tukas Maya sembari mengambil piring bekas makan Shaka."Aku sudah cukup beristirahat, Kak. Rasanya aku ingin segera kembali bekerja, Kak.""Jangan coba-coba, kamu melanggar ucapanku, Ka. Pulihkanlah dulu kesehatanmu, baru kamu boleh bekerja kembali," tegur Maya pada adiknya yang keras kepala itu."Tapi aku sudah sehat, Kak," kilah Shak