Alana Restu Rajendra harus merelakan impiannya karena paksaan dari sang ayah. Dia terpaksa harus menikah dengan Arshaka Wijaya, orang kepercayaan sang ayah. Tanpa tahu alasan di balik pernikahan yang akan dia jalani, ternyata Shaka menyimpan dendam membara kepada keluarga Alana. Akankah Alana bisa menemukan kebahagiaan setelah mengetahui maksud dari pernikahannya dengan Shaka?
Lihat lebih banyak"Kamu belum bersiap, Al?"
Alana seketika menoleh mendengar suara Andra, sang kakak. Alana menatap Andra dengan pandangan kosong. Kemudian Alana mengalihkan pandangannya menatap hamparan bunga yang ditanam oleh sang Ibu. Dia sedang duduk di gazebo taman ketika Andra mendatanginya. Bola mata Alana memancarkan ketidaksenangan dengan topik yang dibicarakan oleh sang kakak. Raut wajahnya pun bertambah murung.Alana Restu Rajendra, gadis yang berusia dua puluh enam tahun. Dia putri dari pasangan keluarga ternama di kotanya. Kehidupannya yang tenang, tiba-tiba terusik karena sang ayah memutuskan untuk menikahkan Alana dengan orang kepercayaannya di kantor yang bernama Arshaka Wijaya. Lelaki yatim piatu yang telah lama mengabdi di kantornya. Shaka adalah orang yang sangat Reno percayai dibanding dengan karyawan lainnya.Namun, Alana masih belum ingin menikah, dia masih ingin meneruskan pendidikannya di luar negeri setelah lulus. Dia ingin menjadi dokter spesialis anak yang hebat. Tapi harapan Alana seolah pupus karena rencana yang ayahnya buat."Kamu kenapa diam saja, Al?" Andra tidak sabar melihat sang adik hanya diam saja dengan tatapan kosong."Apa aku bisa menolaknya, Kak? Apa aku bisa menolak keputusan ayah? Aku masih ingin meneruskan pendidikanku, Kak." Alana membuka suaranya lirih.Andra mengulurkan tangannya mengelus puncak kepala sang adik, hatinya tahu jika adiknya itu sedang enggan sekali untuk menikah. Tapi, Andra tidak bisa membujuk sang ayah untuk membatalkan niatnya menikahkan Alana dengan Shaka. Dirinya masih belum mampu untuk membuat ayahnya mengubah keputusannya itu."Maafkan aku, Al. Jika saja aku mampu membuat ayah mengubah keputusannya itu, tentu aku akan melakukannya. Jika saja aku tidak egois, kamu tidak akan kehilangan mimpi-mimpimu. Maafkan aku, Al," ucap Andra merasa bersalah.Andra sangat merasa bersalah kepada Alana, dia merasa gagal menjadi kakak untuk Alana. Jika Andra mau mengikuti kemauan ayahnya untuk meneruskan menjalankan perusahaan milik sang ayah, mungkin Alana tidak akan dipaksa untuk menikah.Namun, Andra tidak bisa melepaskan impiannya untuk menjadi pelukis terkenal. Dia tidak bisa menghilangkan jiwa seni yang telah melekat dalam dirinya. Sejak dulu Andra tidak pernah berminat menggantikan posisi sang ayah."Jangan meminta maaf, Kak. Aku tidak pernah menyalahkanmu, kamu juga berhak memilih yang terbaik untuk masa depanmu," ucap Alana tidak ingin membuat sang kakak merasa bersalah.Alana sangat menyayangi Andra, dialah satu-satunya yang paling mendukung cita-citanya selama ini. Apalagi sejak sang ibu telah meninggal dunia, hanya Andra lah yang sangat perhatian kepadanya. Sedangkan sang ayah hanya sibuk bekerja tanpa mengenal lelah."Ah, aku semakin merasa bersalah padamu, Al." Andra langsung memeluk sang adik, dia teramat sedih dengan keadaan Alana.Alana hanya diam, tidak membalas pelukan sang kakak, hatinya masih belum bisa menerima jika dia harus kehilangan impiannya. Apalagi beberapa jam lagi, dia harus bertunangan dengan Shaka, lelaki yang hanya sekali dia temui. Lalu, bagaimana Alana harus mempercayakan sisa hidupnya kepada lelaki yang masih belum Alana kenal itu?***Malam sudah mulai datang, suasana rumah keluarga Rajendra sudah mulai ramai. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan. Mereka sangat antusias untuk datang ke acara pertunangan putri satu-satunya dari keluarga Rajendra itu.Semua yang hadir nampak bahagia, tapi tidak untuk sang pemilik acara. Alana tidak bahagia sama sekali, dari tadi dia hanya memasang raut sendu. Sedang Arshaka belum menampakkan batang hidungnya.Lelaki es itu masih belum juga tiba, Alana sangat berharap agar Shaka tidak pernah datang malam ini. Itulah satu-satunya cara agar dia bisa terhindar dari perjodohan yang diatur oleh sang ayah.Namun, harapan Alana tidak terwujud. Arshaka sudah berdiri di ambang pintu dengan setelan jas berwarna hitam, sangat kontras dengan kulit putihnya. Tatapan mata Arshaka tajam memandang setiap tamu yang datang, dengan langkah tegap dia mulai berjalan memasuki rumah keluarga Rajendra.Alana memandang Arshaka dengan datar, dia tidak tertarik dengan pria tampan seperti Shaka. Yang ada di otak Alana hanya ingin membatalkan acara pertunangan ini, tapi Alana tidak punya cara apapun untuk menggagalkan acara tersebut."Selamat malam, Pak Reno," sapa Shaka kepada bos di perusahaannya, sekaligus calon mertuanya jika dia berhasil menikahi Alana."Selamat malam, jangan kaku seperti itu. Sebentar lagi kita akan menjadi keluarga. Panggil saja aku ayah mertua," sahut Reno sembari menepuk pundak Arshaka.Arshaka hanya mengangguk sopan dan tersenyum tipis menanggapi ucapan dari calon mertuanya itu. Pandangan matanya beralih menatap Alana yang juga menatap ke arahnya. Bola mata yang berwarna coklat itu, memandang Alana tanpa berkedip.Sementara Alana yang melihat semuanya, hanya bisa tersenyum kecut dan langsung memalingkan wajahnya, menatap ke arah lain. Dia merasa muak dengan interaksi antara ayahnya dan juga Shaka yang terlihat sangat dekat. Bahkan dengannya dan juga Andra, Reno tidak pernah sekalipun mencoba untuk sekedar mengobrol."Sabar, Al," ucap Andra mengusap punggung sang adik lembut.Alana menoleh ke arah Andra, sejak tadi Alana belum melihat sosok Andra. Dia pikir kakaknya itu tidak akan datang di acara pertunangannya karena merasa bersalah."Kamu datang, Kak?" tanya Alana dengan suara pelan.Andra tersenyum tipis, "Bagaimana aku bisa tidak datang di acara pertunangan adikku sendiri, Al? Walaupun harus bersusah payah aku akan tetap menemanimu dalam acara pertunanganmu.""Andai pertunangan ini keinginanku, Kak," ucap Alana sembari menerawang jauh menatap keberadaan Arshaka.Hati Andra mencelos mendengar ucapan Alana, sekali lagi dia merasa bersalah telah membuat Alana menanggung semua beban karena keegoisannya. Dia merasa menjadi kakak yang tidak berguna selama ini. Dia telah mengorbankan adik satu-satunya yang dia miliki karena ingin mengejar impiannya."Sekali lagi maafkan kakakmu ini, Al. Kamu harus banyak berkorban untukku. Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua pengorbananmu, Al? Sungguh aku ingin melihatmu bahagia, Al. Kakak mana yang tidak ingin melihat adiknya bahagia di hari pertunangannya? Katakan padaku apa yang harus aku lakukan, Al?" Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Andra.Alana menoleh, menatap sang kakak dengan sendu. Dia juga tidak tahu harus menanggapi apa pertanyaan yang Andra lontarkan. Alana hanya tahu jika dia tidak boleh egois dengan menghancurkan mimpi sang kakak. Cukup mimpinya saja yang kandas, Alana yakin bisa menjalani takdir yang telah ditentukan untuknya."Tidak usah melakukan apa-apa, Kak. Cukup tetap menjadi kakak yang aku kenal selama ini, yang selalu menyayangiku dan selalu ada untukku," ucap Alana sembari mengulurkan tangan, mengusap air mata Andra yang mulai mengalir membasahi pipinya.Andra meraih tangan Alana yang mengusap air matanya, digenggamnya tangan sang adik dengan erat. Dia merasa sangat beruntung memiliki adik sebaik Alana, Andra akan mempertaruhkan segalanya untuk kebahagiaan sang adik, selain mimpinya menjadi seorang pelukis."Bagaimana perkembangan rencana kita, Man?" tanya Shaka."Kamu tenang saja, sebentar lagi kita bisa benar-benar mendepak tua bangka itu," sahut Lukman pada sahabatnya itu.Shaka tersenyum, "Bagus, tidak sia-sia aku bersabar untuk menghancurkan lelaki itu. Sebentar lagi dia akan merasakan bagaimana pedihnya pembalasanku. Aku ingin Reno benar-benar hancur.""Kita akan segera melihatnya, Ka. Kamu pasti akan puas dengan hasil kerjaku. Kamu harus memberikan imbalan yang besar untukku," ujar Lukman membanggakan dirinya. Dia memang mendapat tugas dari Shaka untuk mengalihkan dokumen kepemilikan perusahaan Reno.Lukman bekerja sebagai sekretaris Shaka di perusahaan Reno demi memudahkan tugasnya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya Lukman adalah orang kepercayaan Shaka sekaligus sahabatnya."Tentu ... kamu pasti akan mendapatkan bagianmu," tutur Shaka sembari menepuk pundak sang sahabat. Lalu Shaka mengambil cangkir di atas meja. Dia pun menyesap cairan pekat tersebut secara perlahan.Senyum t
"Aku antar pulang, Al," ucap Afnan.Alana menggeleng, "Tidak perlu, Kak. Aku bisa naik taxi," sahut Alana. Dia tidak mau merepotkan Afnan lagi. Alana sudah sangat berterima kasih karena Afnan mau membantunya."Ayolah, Al. Naiklah, aku akan mengantarmu sampai rumah."Alana terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran Afnan lagi. Sebenarnya dia bisa menghemat uang jika pulang bersama dengan Afnan. Tapi, Alana tidak enak hati terus merepotkan lelaki itu. Afnan sudah terlalu banyak membantunya selama ini."Apa lagi yang kamu pikirkan, Al? Naiklah. Mau sampai kapan kita berdiri di samping mobil terus menerus?" ucap Afnan lagi. Dia gemas sendiri melihat Alana masih terlihat bimbang dengan tawarannya."Baiklah, Kak," sahut Alana akhirnya menerima tawaran Afnan.Alana pun beranjak dari posisinya hendak masuk ke dalam mobil, tapi sebelum dia masuk sebuah tangan mencengkram lengannya hingga Alana menghentikan gerakannya memasuki mobil. Alana menoleh, melihat siapa yang menahan dirinya. Sedetik kem
"Ada apa dengan dahimu?" tanya Afnan yang bersandar di mobilnya yang masih terparkir di depan cafe. Dia sengaja menunggu Alana keluar dari cafe untuk menanyakan luka pada dahi gadis itu.Afnan hanya ingin tahu sebab luka Alana, dan ingin tahu alasan adik sahabatnya itu tidak jujur pada sang kakak. Afnan pikir ada masalah yang sedang dihadapi Alana.Alana pun terkejut ketika mendengar suara Afnan, dia langsung menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah lelaki itu. Ditatapnya Afnan dengan pandangan penuh tanya."Kamu tidak berpikir kalau aku percaya dengan alasanmu tadi 'kan, Al?" tanya Afnan lagi sembari menatap Alana. "Aku juga sudah membantumu menutupinya dari Andra," lanjutnya.Pandangan mereka pun bertemu, beberapa detik mereka masih tetap saling berpandangan, hingga Alana mengalihkan pandangannya."A-apa maksudmu?" Alana tergagap, dia merasa seperti telah tertangkap basah sedang berbohong.Afnan menghela napas panjang, lalu menegakkan badannya dan mulai mendekat ke arah Alana.
Alana merintih kesakitan, lalu dia berusaha bangun dari posisinya. Shaka yang melihat Alana terluka pun terkejut, dia tidak menyangka jika tindakannya membuat gadis tersebut terluka. Shaka buru-buru membungkuk, bermaksud untuk membantu Alana bangun. Tapi Alana langsung menepis tangan Shaka, dia tidak mau dibantu oleh lelaki yang telah menyakitinya."Jangan sentuh ...! Aku bisa berdiri sendiri," sentak Alana.Shaka mundur, dia hanya bisa melihat Alana berdiri, lalu langsung pergi meninggalkannya yang merasa bersalah karena membuat gadis itu terluka. Shaka tidak bermaksud membuat Alana terluka seperti itu. Dia hanya terbakar emosi yang entah datangnya dari mana.Netra Shaka memandang kosong punggung Alana yang semakin menjauh. Hatinya terasa ditusuk duri melihat gadis bertubuh ramping itu menjauh sembari memegang dahinya yang terluka. Seketika Shaka meraba dadanya, ada rasa nyeri di sana, dia merasa ada yang salah dengan dirinya sekarang.Sementara Alana langsung menuju kamar mandi dan
Hawa dingin semakin menusuk tulang, Alana mengeratkan sweater yang dipakainya. Hujan masih turun dengan derasnya. Sejak beberapa hari yang lalu, hujan selalu turun di waktu malam. Membuat Alana kedinginan saat tidur di sofa.Hari ini, Alana sedikit merasa terhibur karena Shaka telah mengijinkannya kembali untuk melanjutkan pendidikannya, dengan syarat Alana sendiri yang mencari biaya untuk pendidikannya itu. Untunglah, Alana memiliki sedikit tabungan untuk sekedar membayar biaya pendidikannya untuk satu semester. Kini dia tinggal mencari pekerjaan agar bisa menabung untuk membayar semester berikutnya.Sebenarnya bisa saja dia meminta bantuan kepada Reno, tapi pantang buat Alana meminta uang pada ayahnya itu. Cukup kini dia berusaha sendiri, tanpa bantuan ayahnya itu. Alana juga tidak bisa meminta bantuan Andra, kakaknya itu sedang merintis kariernya. Tidak mungkin Alana menambah beban sang kakak.Alana kembali mengeratkan sweaternya ketika dingin kembali menyerangnya. Alana sedang dud
Alana menghela napas panjang, dia merasa sangat kesepian di rumah sendirian setelah Maya dan suaminya pergi. Tidak ada yang bisa Alana ajak bicara. Apalagi nanti jika Shaka sudah pulang dari bekerja, Alana hanya akan berdua saja dengan suaminya itu. Dia merasa tidak nyaman hanya berdua dengan Shaka."Apa yang harus aku lakukan ketika Shaka pulang nanti? Kami pasti akan canggung nantinya," gumam Alana. Dia sedang berada di sofa kamar, tempatnya biasa tertidur selama ini.Alana berbaring sembari menatap langit-langit kamar dengan padangan kosong, lalu dia mulai mengantuk karena hari sudah mulai malam. Tak berselang lama Alana memasuki alam mimpi. Alana telah tertidur.Di sisi lain Shaka tengah dalam perjalanan pulang, dia tidak mengira jika pekerjaannya membutuhkan waktu banyak. Dia harus sampai lembur hingga malam. Hujan turun ketika Shaka tengah dalam perjalanan pulang, membuatnya harus berhati-hati dalam mengemudi karena jarak pandang terlalu pendek.Shaka membutuhkan satu jam untuk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen