Share

Bab 7 Rencana Busuk Siska

Author: Ardhya Rahma
last update Huling Na-update: 2023-12-15 07:26:42

Di malam yang sama di kediaman keluarga besar Hadinata

“Apa katamu? Alvaro ingin menikah dengan pembantu itu?!”

Teriakan itu terdengar dari arah ruang santai, tempat beberapa anggota keluarga besar Alvaro berkumpul setelah selesai makan malam. 

"Benar! Tidakkah itu aneh!?" sahut Siska sinis selagi menatap beberapa orang lain di hadapannya. "Seperti tidak ada perempuan lain yang lebih baik saja daripada pembantu itu!" lanjut Siska.

"Iya, kalau memang Bang Alvaro mau, aku bisa kenalkan dengan temanku," ucap salah satu sepupu perempuan Alvaro. “Masih lebih banyak yang cantik dan pintar dengan latar belakang yang jelas!”

“Mungkin dia sudah termakan rayuan perempuan kampung itu," ucap Siska sinis. "Atau jangan-jangan gadis kampung itu sudah memantrai Alvaro? Jadi Alvaro tidak bisa melupakan gadis itu karena diguna-guna?"

Semua orang di ruangan itu terkesiap ngeri mendengar omongan Siska yang belum tentu kebenarannya.  

"Masa sih sampai seperti itu, Ma? Apa itu mungkin?" ujar Adam, adik tiri Alvaro. Pria itu agak khawatir ibunya mulai menggiring opini yang tidak perlu.

"Kenapa tidak mungkin? Hari gini tuh dukun masih laris. Cinta ditolak, dukun bertindak," jawab Siska ke anak kandungnya dengan Sofyan Hadinata, ayah Alvaro. 

Adam terdiam mendengar kata-kata mamanya. Meski meragukan dugaan sang mama, dia tidak berani membantah. 

Siska mulai melirik tetua dari keluarga Hadinata, Bu Galuh. Ibu mertuanya sekaligus nenek Alvaro yang sedari tadi diam saja. 

"Gimana menurut Ibu? Apa Ibu setuju Alvaro menikah dengan perempuan yang tidak sederajat dengan kita?"

Raut datar Bu Galuh membuat Siska sedikit takut untuk mendesak, jadi dirinya hanya bisa sabar menanti respon sang ibu mertua. 

Setelah menanti beberapa menit, akhirnya Bu Galuh mulai berbicara dengan wajah dingin. "Besok, saya akan ke rumah Alvaro. Saya akan urus sendiri masalah ini."

Melihat raut wajah Bu Galuh yang tegas dan nada bicaranya yang ketus, Siska bersorak dalam hati, menertawakan Alvaro yang sebelumnya sudah menghina dirinya. 

‘Aku mungkin tidak berhak menghentikan keputusanmu, Alvaro. Tapi … apa kamu berani melawan nenekmu?’

**

Keesokan harinya, Ambar terlihat sedang sibuk menyiapkan makan pagi dan bekal untuk Afreen. Beberapa pelayan yang membantu Ambar sesekali melirik dan memandanginya dengan tatapan aneh. 

Ambar bukannya tidak tahu ulah para pelayan itu. Apalagi dia sempat memergoki mereka saling memberi isyarat. Namun, dia tidak bisa berbuat apa pun.

‘Mereka pasti sudah mendengar tentang kejadian semalam.’ batinnya.

Tangan Ambar meraih piring dan mulai menatanya di meja. Kemudian, dia menghela napas berat.

‘Apa sebenarnya yang membuat Tuan Alvaro bertindak seperti itu? Aku masih tidak mengerti. Pengumuman itu sama sekali tidak membawakan keuntungan, melainkan menambah risiko keluarga besar akan mendengarnya lebih cepat.’

Kemudian, tangan Ambar berhenti.

Apa mungkin … Alvaro memang sengaja ingin melihat apakah ada mata-mata dalam kediamannya?

‘Sepertinya … sebelum pengumuman, sudah ada orang yang membocorkan masalah ini ke salah seorang anggota keluarga besar,’ tebak Ambar pada akhirnya.

Selagi melamun, mendadak Ambar mendengar sebuah suara bertanya, “Apa yang kamu pikirkan?” 

Suara dalam itu membuat Ambar kaget dan hampir menjatuhkan piring di tangan. Beruntung sosok tersebut dengan sigap menangkap piring agar tidak jatuh dan pecah.

“Apa yang kamu lakukan? Kenapa malah bekerja sambil melamun!?”

Bentakan familier itu membuat Ambar langsung mengangkat pandangan dan menyadari siapa orang yang ada di sampingnya sekarang itu.

Ya, siapa lagi kalau bukan Alvaro?

“M-maaf, Tuan,” jawab Ambar lirih.

Dalam hati, dia membatin, ‘Kalau bukan karena tindakan pria ini kemarin, apa dia pikir aku akan begini? Selain itu, dia yang mengagetkanku!’ 

Menepis rasa frustrasinya, Ambar menatap Alvaro yang sudah berpakaian rapi dengan tatapan heran. Sungguh tidak biasa mendapati lelaki tersebut di dapur begitu pagi.

“Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

Alvaro terdiam untuk sesaat sebelum membalas, “Mau sampai kapan kamu akan memanggilku Tuan? Semua orang sudah tahu rencana pernikahan kita, jadi akan lebih masuk akal kalau panggilan itu juga diubah.”

Ambar mengerjapkan mata, lalu spontan dia menunduk dengan wajah merona. ‘M-mengubah panggilan?’

Kening Alvaro berkerut. “Kenapa malah menunduk?”

Ambar berusaha mengangkat pandangan. “S-saya tidak tahu bagaimana harus memanggil Anda selain Tuan ….”

“Alvaro,” ujar pria tersebut. “Panggil saja namaku langsung.”

“S-sepertinya itu tidak pantas?” balas Ambar ragu.

Raut muka Alvaro menggelap. “Apa membantahku sekarang sudah menjadi kebiasaanmu?”

Mendengar suara dingin Alvaro, tubuh Ambar mengkerut. Kemudian, dengan terpaksa dan gugup gadis itu menjawab, “Baiklah, Al–Alvaro.” 

Mendengar panggilan itu, sebuah senyuman merekah di wajah tampan pria tersebut. “Itu lebih baik.”

Sadar dirinya terpesona dan mulai melamun lagi, Ambar pun menggelengkan kepala dan bertanya, “Kenapa Tuan–” dia melihat pandangan Alvaro menggelap. “Kenapa kamu datang ke dapur? Apa ada yang kamu butuhkan?” 

Pertanyaan itu membuat Alvaro mengedikkan kedua bahunya dan berkata, “Tidak.”

Kemudian, pria itu berbalik pergi meninggalkan Ambar yang hanya bisa terperangah. 

‘Pria itu kenapa sih!?’

Siang harinya, setelah menyelesaikan semua tugas, Ambar berniat untuk istirahat dan menonton drama favoritnya. Akan tetapi, baru saja dia meletakkan gelasnya di meja, wanita itu mendengar keributan dari arah ruang tamu.  

Ada suara wanita yang berteriak-teriak memanggil namanya.

Mendengar itu, Ambar langsung keluar menuju ruang tamu. Di saat itulah Ambar melihat seorang wanita muda sedang dihalangi oleh security. 

Wanita itu berteriak marah pada sang security, “Apa kamu tidak tahu aku siapa!? Minggir!”

Ambar menghela napas. Tubuh tinggi langsing yang dibalut gaun ketat itu menunjukkan profesi sang wanita sebagai seorang model ternama, dan hanya ada satu model yang berani menerobos masuk kediaman Alvaro.

Aletta, keponakan Siska yang berniat dijodohkan dengan Alvaro.

“Pak Pardi, biarkan masuk saja,” pinta Ambar. 

“Tapi, Mbak ….”

“Gak apa-apa, Pak. Saya bisa atasi.” Ambar meyakinkan security untuk membiarkan Aletta masuk rumah. Security bernama Pardi itu pun menurut. Dengan wajah ragu dia membiarkan Aletta masuk.

Ambar kemudian bertanya, “Ada apa mencari saya, No–” 

Belum lengkap Ambar bertanya. Aletta yang sudah merangsek maju mendekati Ambar.

PLAK!

Suara tamparan yang keras membuat semua orang di ruangan itu kaget.

“Jangan sebut namaku dengan mulut busukmu itu!”

Ardhya Rahma

Halo Sahabat-sahabat tercinta ... Silakan dibaca karya terbaru saya. Semoga suka, ya. Dan mohon dukungannya selalu untuk Ambar. 🥰🥰🥰

| 2
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 61  Meminta Maaf

    Bab 61 Meminta Maaf ‘Mata yang biasanya bercahaya itu hari ini meredup’ batin Alvaro. ‘Aku harus bisa mengembalikan keceriaan Ambar lagi. Tapi bagaimana caranya?’ Alvaro masih terus menatap Ambar, meski saat ini gadis itu sudah beranjak meninggalkan ruang makan. Setelah punggung Ambar tak nampak lagi dari tempat Alvaro berjongkok, lelaki itu mulai mengurai pelukannya. Lalu dia mengajak Afreen duduk kembali di kursi. “Afreen sayang yuk dihabiskan sarapannya. Susunya juga ya biar cepat besar seperti papa,” bujuk Alvaro. “Tapi papa temanin Afreen sarapan, ya,” rajuk Afreen. “Iya Papa temani.” Alvaro pun memberi isyarat kepada salah satu asisten rumah tangganya untuk menyiapkan sarapan buat dirinya. Ketika Alvaro tengah menikmati sarapan sambil mendengar celotehan Afreen, Ambar masuk kembali ke ruang makan. Melihat mama tiri kesayangannya itu Afreen spontan berkata, “Ayo, Mama sarapan juga bareng Papa.” Ambar menatap Afreen sambil melirik Alvaro. Dia tampak enggan duduk seme

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 60   Memperbaiki Kesalahan

    Bab 60 Memperbaiki Kesalahan Alvaro menuruni tangga dari lantai dua rumahnya sambil memegangi pelipisnya. Kepalanya terasa berdenyut nyeri akibat kurang tidur semalam. Semua karena isi kepalanya yang terlalu riuh. ‘Kenapa? Kenapa semalam dia bisa lepas kendali? Kenapa juga dia merasa tidak rela disebut bajin**n oleh Ambar? Memangnya apa bedanya Ambar dengan orang lain?’ Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi benak Alvaro hingga dia menjadi sulit tidur karena kesulitan mencari jawabannya. Baru saja sampai di tangga terbawah, telinga Alvaro yang tajam mendengar gelak tawa dari arah ruang makan. Lelaki itu mempercepat langkahnya menuju ruangan tersebut. “Afreen nggak mau minum susu. Afreen maunya minum teh atau kopi seperti Mama.” “Nggak boleh, Sayang. Afreen masih kecil nggak boleh minum kopi. Kalau minum teh boleh, tapi nanti siang pulang sekolah. Sekarang sarapannya minum susu dulu, ya. Biar Afreen sehat dan tambah pinter,” jawab sebuah suara wanita yang dikenali oleh A

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 59  Kekesalan Alvaro

    Bab 59 Kekesalan Alvaro “Kamu benar-benar tega! Aku tidak menyangka ternyata kamu seorang bajin**n! Kemana perginya Tuan Alvaro yang terhormat itu? Aku menyesal sudah setuju menikah dengan bajin**n seperti kamu!” Jeritan Ambar membuat Alvaro tersentak. Tepat pada saat bersamaan bibirnya berhasil menyentuh pipi Ambar yang mulai basah oleh air mata. Alvaro pun membeku. Perlahan-lahan Alvaro menutup mata. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Dia melakukannya berulang kali dalam usahanya meredam emosi. Setelah deru napasnya yang memburu berubah menjadi lebih tenang, Alvaro mengangkat tubuhnya yang tadi menind*h Ambar. Lantas dia menjauh dari Ambar dan memilih duduk di pinggir kasur. Karena Alvaro sudah tidak lagi mengungkungnya, Ambar segera beringsut menjauh. Sebenarnya bisa saja Ambar beranjak keluar dari kamar, tetapi dia masih syok. Jadi ketika mencobanya kaki Ambar terlalu lemah sehingga dia tidak sanggup berdiri. Akhirnya gadis itu memilih duduk di uju

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 58  Memaksakan Kehendak

    Bab 58 Memaksakan Kehendak“Kamu benar-benar tidak bisa kuampuni lagi. Kamu harus diberi pelajaran sekarang juga!” Alvaro merengkuh tubuh Ambar agar tetap berdiri lalu tangannya mulai menarik Ambar. Dengan sedikit kasar Alvaro mencekal lengan Ambar dan menyeretnya menuju ujung ruang kerjanya. Di sudut ruangan itu terdapat pintu penghubung menuju kamar tempat Alvaro beristirahat kalau dia sedang malas naik ke kamarnya di lantai dua. Ambar kaget mendapat perlakuan seperti itu dari Alvaro. Selama dia bekerja sebagai baby sitter Afreen, Ambar belum pernah melihat Alvaro berbuat kasar. Mantan majikannya itu memang sering marah, tapi tidak pernah sampai menggunakan tangannya untuk menghukum seseorang. Itu sebabnya saat ini Ambar sangat ketakutan. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari cekalan tangan Alvaro. Namun tidak berhasil. Bagaimana mungkin kekuatannya sebagai seorang wanita bisa menandingi ketangguhan seorang lelaki? Apalagi lelaki yang sudah gelap mata sepert

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 57  Emosi Alvaro Memuncak

    “Aku tidak terima alasan seperti itu!” “Terus mau kamu bagaimana?” tantang Ambar. Sambil berdiri tegak di depan Alvaro, mata Ambar menatap tajam lelaki yang baru beberapa bulan menikahinya itu. “Aku akan meminta hakku agar kamu selalu ingat kewajibanmu,” ucap Alvaro dengan tegas. Ambar menatap Alvaro dengan bingung. “Hak? Hak yang mana yang ingin kamu minta?”Alvaro balik menatap Ambar lekat. “Tentu saja hakku sebagai seorang suami. Dan tentunya sebagai seorang istri sudah kewajibanmu untuk memenuhi hakku sebagai suami.”Kening Ambar berkerut membentuk beberapa garis. Bibirnya sedikit melongo. Dia terbengong-bengong mendengar ucapan Alvaro. “Aku tidak mengerti maksudmu. Hak yang mana lagi? Bukankah aku sudah memberikan semuanya kepadamu? Bukankah sudah kuturuti juga semua perintahmu? Apa semua itu masih belum cukup?” “Tentu saja belum cukup! Justru hal yang paling dasar belum kamu penuhi!” sentak Alvaro. “Hal yang paling dasar?” gumam Ambar sambil mengulangi kata-kata Alvaro. Eksp

  • PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN   Bab 56   Alvaro Meminta Hak

    Bab 56 Alvaro Meminta Hak Sebenarnya Ambar sudah menyiapkan hati sebelum membuka pintu ruang kerja Alvaro. Dia tahu suami di atas kertasnya itu pasti akan marah melihat kepulangannya yang terlambat. Namun tak urung dia tersentak juga ketika Alvaro menegurnya saat dia memasuki ruang kerja Alvaro. Dengan suara menggelegar lelaki itu berkata, “Akhirnya kamu pulang juga! Kupikir kamu mau menginap di luar!”Tubuh Ambar gemetar mendengarnya. Bukan karena dia kaget mendengar suara Alvaro yang sangat keras namun dia tak mampu menahan gejolak emosi nya mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh lelaki itu.Dengan mata menatap nanar Alvaro, Ambar berdiri tegak dan menjawab dengan suara yang tak kalah keras, “Apa maksud kamu? Kau pikir aku perempuan apa?” “Coba kamu pikir sendiri kamu perempuan seperti apa. Karena terus terang saja aku tidak tahu harus berpikir bagaimana melihat wanita yang kunikahi tidak memberi kabar sama sekali kalau akan terlambat pulang!” Alvaro menatap Ambar dengan tat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status