Share

PERNIKAHAN DUSTA
PERNIKAHAN DUSTA
Penulis: Reinee

PESAN WA MISTERIUS

[Selamat menikmati malam pertama, Ge. Semoga istrimu sehebat aku kemarin malam.]

 

Tulis seseorang di aplikasi perpesanan, ponsel milik seorang lelaki yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suamiku itu. 

 

Aku baru menjalani prosesi menegangkan pernikahan sakralku dengan Geo beberapa jam yang lalu. Bahkan tadi sempat kulihat dia menitikkan air mata saat mencium tangan orang tua kami. Kupikir dia pasti sangat bahagia dengan pernikahan ini walaupun kami tidak pernah mengalami masa pacaran.

 

Seperti kebahagiaanku yang tak terkira saat akhirnya papa, beberapa minggu yang lalu, mengatakan akan menikahkanku dengan salah satu staf terbaik di perusahaannya. Namanya Geonino, dia adalah staf dengan karir paling cemerlang yang sangat dipercaya papa hingga di usianya yang terbilang masih muda sudah dipercaya memegang jabatan Manager di perusahaan papa.

 

Aku memang tidak mengenalnya dengan dekat, tapi sepertinya aku telah jatuh cinta padanya pada pandangan pertama kami. Saat itu papa sedang merayakan ulang tahun pernikahannya di rumah kami yang besar dan mengundang segenap karyawannya. Saat itulah aku bertemu dengan Geo dan mulai jatuh cinta. 

 

Entah bagaimana dengan perasaannya, tapi seiring waktu berjalan dan karirnya yang menanjak, papa sering mengundangnya ke rumah dan kami makin akrab walaupun tidak menjadi pasangan kekasih. 

 

Lalu tibalah saatnya papa mengumumkan bahwa beliau ingin segera pensiun mengurusi perusahaan karena kondisi kesehatannya yang juga semakin menurun. Dia merasa harus segera menyerahkan tampuk pimpinan pada seseorang. Sayangnya, aku yang adalah anak perempuan semata wayang papa tidak memiliki kemampuan yang bisa diandalkan. Papa butuh penerus yang akan melangsungkan perusahaan yang dia bangun dengan susah payah itu. Dan pilihan itu jatuh pada Geonino, staf kesayangannya. Beruntungnya, karena aku juga sangat menyukainya.

 

 

Detak jantungku memburu usai membaca pesan itu. Awalnya kupikir itu hanya pesan salah sambung. Tapi tidak, disitu jelas sekali tertulis nama Ge. Aku sangat yakin pesan itu  memang untuk Geo. Jadi, sebenarnya apa yang terjadi? Geo tidur dengan seseorang sebelum akad nikah kami dilaksanakan? Sandiwara macam apa ini? 

 

"Ge, buka pintunya, Ge!" Aku bergegas menuju pintu kamar mandi dalam kamar kami dan menggedor pintu itu  keras-keras. Geo memang baru saja pamit ingin membersihkan diri sebelum kami menghabiskan malam bersama, hingga kemudian aku melihat ponselnya yang diletakkan di atas ranjang menyala. Dan ternyata pesan dari seseorang itu membuatku gila.

 

"Ada apa, Sayang? Kan pintunya nggak dikunci, tinggal masuk saja," katanya saat membuka pintu dan menyembulkan tubuhnya dengan balutan handuk putih di pinggang. 

 

Ah iya, kenapa aku bodoh sekali? Kenapa juga aku harus gedor-gedor? Mungkin tadi aku sedang sangat panik.

 

"Katakan padaku ini apa, Ge?" Aku mengulurkan ponsel padanya. Aku yakin wajahku kali ini lebih mirip monster dibanding seorang gadis yang sedang malu-malu akan menikmati malam pertamanya. 

 

"Apa sih?" Geo menerima ponselnya ragu. Lalu sejenak kemudian dibacanya pesan di layar. Satu, dua, tiga detik kuperhatikan wajahnya biasa-biasa saja. Bahkan sekarang justru menyunggingkan senyum.

 

"Kamu kaget ya, Sayang?" tanyanya padaku dengan senyum manis, membuatku sungguh jadi bingung

 

"Itu apa? Itu siapa? Kenapa ada orang mengirimimu pesan kayak gitu? Ini malam pertama kita, Ge. Tega kamu!" kataku nerocos dengan frustasi. Tapi bukannya sedih, Geo malah terbahak. Gila ya ni orang, pikirku.

 

"Ini .... ini becanda doang, Sayang. Ini temen aku. Sengaja dia mau ngerjain kita." Lagi-lagi dia tertawa lepas.

 

Bercanda? Masa' sih? Bercanda masa' keterlaluan kayak gitu?

 

"Masa' iya? Jangan bohong, Ge?"

 

"Kamu nggak percaya? Mau aku telponin? Bentar ya," Geo segera men-dial nomer yang tadi mengiriminya pesan. Namun aku justru jadi panik. 

 

 

"Eh Jangan! Jangan! Udah! udah! Nggak usah!" kataku. "Ya udah ... lupakan saja!"

 

Akhirnya aku menyerah. Mungkin memang benar itu cuma candaan seorang temannya. Kalau nggak, bagaimana mungkin Geo berani menelponnya di depanku? Tapi, kenapa hatiku tetap nggak tenang ya. Untung aku tadi sudah sempat menyimpan nomer si pengirim. Akan kucari tahu saja sendiri siapa dia. 

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status