Beberapa bulan berlalu.Usia Atha sudah hampir dua tahun saat ini, bayi kecil yang lahir prematur itu kini sudah semakin berisi, langkah-langkah kecilnya semakin mantap, bahkan ia sudah bisa berlari meski sesekali terjatuh. Tangan dan kakinya semakin kuat berpegangan dan menapaki anak tangga.Kosakata yang ia miliki pun kian bertambah. Ia sudah bisa memanggil Ayah dan Bundanya dengan jelas, sesekali panggilan Kakek, Nenek, Onty dan Uncle terdengar meskipun tidak terlalu jelas, dia bahkan bisa memanggil Cakra dengan panggil ‘Yakung’Asha sungguh bersyukur bisa membersamai putranya sampai saat ini, meski kadang ia merasa lelah dengan segala tingkah pola Atha. Tapi segala lelah itu akan hilang saat melihat putranya tersenyum, bahkan saat dalam keadaan tidur seperti sekarang ini.
Ternyata menyiapkan makan malam untuk merekatkan hubungan mereka kembali, bukanlah sebuah kesalahan. Buktinya, malam ini Sizy dan Arjuna akhirnya punya waktu bersama, saling mencurahkan rasa dan berbagi perhatian.Arjuna menyadari satu hal, dia memang salah. Istrinya tidak pernah lupa apalagi mengabaikannya, selama ini dia hanya terlalu berlebihan pada jarak yang dia ciptakan sendiri. Sementara Sizy mulai berpikir bahwa pengaturan waktu yang ia lakukan selama ini masih kurang hingga Arjuna merasa terabaikan.Malam itu, makan malam di balkon berakhir dengan rasa lega dan senyum yang tak lepas dari wajah keduanya. “Udah lama kita nggak makan bareng sambil ngobrol begini,” ucap Sizy sambil menumpuk piring kotor di atas meja.Arjuna tersenyum. “Maaf ya Sayang, aku terlalu sibuk di luar sampai lupa kalau kamu juga butuh perhatian,” ujarnya. “Sudah gitu, aku malah merasa yang paling dilupakan, padahal selama ini kamu—”Kalimat Arjuna terpotong karena Sizy tiba-tiba memeluknya. “Mari kita p
Bicara dengan Akash seolah memberi tamparan tersendiri untuk Arjuna. Selama ini, dia memang tidak pernah memperhatikan semua itu. Dia hanya melihat Nayara merebut semua perhatian Sizy darinya, hingga Sizy mengabaikannya sebagai sosok suami. Yang tidak dia sadari, dia sendiri juga mengabaikan Sizy sebagai seorang ibu.Begitu masuk ke florist, aroma segar bunga mawar dan lily langsung menyapa. Amerta yang sedang merapikan rangkaian bunga tersenyum hangat melihat putranya. “Tumben ke sini sayang, kamu mau cari bunga?”Arjuna menghampiri ibunya dan ikut menatap hamparan bunga yang sedang disusun Amerta. “Kayaknya sudah lama aku gak ngasi Sizy bunga Ma,” ucapnya sambil mengambil setangkai mawar.Amerta menatap putranya dengan lembut. “Kalian gak sedang ada masalah kan?”
Berbeda dengan Akash yang semakin lama semakin merasa dicintai Asha, Arjuna justru merasa kehilangan cinta dari istrinya. Sejak kelahiran buah hati mereka, Sizy jauh lebih banyak memperhatikan Naya dibandingkan dirinya.Sejak pagi sekali wanita itu sudah bangun mengurus bayinya, menyusuinya hingga bayi kecil itu tenang. Kadang, karena hal itu sarapan Arjuna bukan lagi Sizy yang melayani tapi ART. Begitupun ketika malam datang, Sizy yang sudah kewalahan mengurus Nayara terkadang terlelap sebelum suaminya masuk ke kamar.Awalnya, semua terasa normal. Bukankah memang harusnya begitu, seorang ibu pasti sibuk mengurus anaknya, tapi lambat laun Arjuna merasa kehilangan kasih sayang istrinya. Satu sisi dia bahagia karena Sizy bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang ibu, namun disisi lain dia merasa kehilangan sosok Sizy sebagai istri. Sizy yang dulu selalu menyapanya dengan senyum hangat, menanyakan kabar pekerjaannya, atau sekadar duduk menemaninya berbincang kini seakan tenggelam dalam
Akash menarik napas panjang, lalu menatap Asha dalam. “Ternyata selama hampir dua tahun menikah, aku gak pernah ngasi apapun ke kamu.”Asha mengerjap. “Mas ngomong apa sih? Kamu sudah ngasi aku banyak hal tahu,” ujarnya.Namun Akash menggeleng, wajahnya dipenuhi rasa bersalah. “Maafin aku ya,” lirihnya. “Sebagai gantinya, aku akan beli apapun untukmu hari ini, oke.”Asha terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca, hatinya tersentuh dengan ucapan Akash, tapi tidak lama dia menggeleng pelan. “Mas, aku gak perlu hadiah apapun, aku sudah bahagia bisa memiliki kamu yang penuh tanggung jawab dan kasih, kehadiran Atha juga adalah hadiah yang tak ternilai untukku,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. “Jadi, gak usah kasi hadiah apapun, cukup tetap seperti ini, bisa ka
Semua tamu melihat ke arah sumber suara, dimana Yoga bertabrakan dengan seorang tamu lain dan mengakibatkan piring yang dibawa tamu itu jatuh dan pecah. Saat tamu wanita itu berjongkok untuk mengumpulkan serpihan pecahan kaca, Yoga justru berjalan menjauh meninggalkannya tanpa berkata apapun.Seorang petugas kebersihan mendekat dan meminta tamu wanita itu berdiri, sementara ia membersihkan kekacauan di lantai dan memastikan kalau tidak ada pecahan kaca yang tertinggal hingga mencelakai orang lain.Akash dan Asha yang melihat dari kejauhan mengerutkan kening dan saling tatap. “Sepertinya dia kaget lihat perempuan yang dia taksir ternyata sudah menikah dan punya anak,” celetuk Akash.Asha kembali mengernyitkan keningnya. “Emang siapa?” tanyanya tidak paham.“Kamu sayang, kelihatannya dia naksir kamu tuh, terus mungkin kaget karena lihat kamu ternyata sudah menikah.” Asha mengerjap pelan, dia tidak terlihat terkejut sama sekali. Dan hal itu membuat Akash justru malah berpikir kalau Asha