Sesampainya di parkiran rumah sakit, Sera dan Arsya langsung turun. Kali ini Arsya lah yang menggendong Rafa sebab mereka akan berjalan dengan cepat, sebisa mungkin Sera menyamakan langkah Arsya. Mereka sengaja memakaikan topi di kepala Rafa agar orang lain tak bisa melihat wajahnya.
Mereka terus berjalan tanpa mempedulikan orang-orang yang berlalu lalang. Sampai akhirnya mereka sudah sampai di tempat di mana Alif di rawat, mereka segera masuk ke dalam dan pemandangan pertama yang mereka lihat ialah Reta yang tengah tidur di sofa dengan posisi duduk.
"Bangunkan bunda," titah Arsya dengan menggunakan batin dan langsung di laksanakan oleh Sera.
Arsya mendekat melihat keadaan Alif, ia bernafas lega saat menyadari Alif hanya tertidur saja. Ia mendekat ke arah Reta yang sudah mulai terbangun, beliau masih mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul.
"Maaf, tadi bunda keti
Arsya berada di dalam rumah Rian, di ruang tamu terdapat peti mati yang berisikan jenazah istri dari Rian. Sera sudah berada di sini, Sera membantu Rafa menyentuh tubuh mamanya itu. Rafa hanya sembari menatap orang yang ada di dalam peti itu, jemari mungilnya mengelus pipi jenazah mamanya.Sementara Sera melihat wajah damai istri Rian itu, dia tersenyum tipis dengan mata terpejam. Dia sangat cantik dan mirip sekali dengan Rafa, di depan rumah ini banyak karangan bunga ucapan bela sungkawa. Namun sayang seribu sayang pemakaman ini akan di laksanakan secara tertutup."Mama kok tidur aja? Padahal tadi Afa lihat mama telbang," ucap Rafa dengan sorot mata sendu."Mama enggak sakit lagi, makanya mama tidur," ucap Sera dengan suara pelan."Benarkah?" tanya Rafa memastikan dan mendapatkan anggukkan dari Sera."Nanti kalau kakak bilang sesuatu Rafa harus ikut
Dengan hati-hati Sera menidurkan Rafa di kasurnya, ia menyelimuti dia dan menaruh dua buah guling di samping kanan dan kiri Rafa. Setelahnya ia keluar menyusul Arsya yang saat ini tengah menonton TV di ruang tamu. Ia duduk di sebelah Arsya dan menyaksikan siaran TV itu.Mengingat ia dan Arsya belum makan, lantas Sera pun berinisiatif untuk memasak makanan yang bisa ia dan Arsya makan. Ia bergegas pergi ke dapur, sesampainya di sana ia langsung membuka pintu kulkas. Banyak sekali sayuran dan buah-buahan di dalam kulkas sana, ia bingung ingin memasak apa."Oh iya, di sini' kan ada Rafa, jadi aku harus masak makanan yang bisa di makan oleh Rafa," gumam Sera setelah berdiam diri di tempat cukup lama."Masak sup daging aja ya, ada sayurnya pasti sehat," ucap Sera dan akhirnya ia memutuskan untuk memasak daging.Tiba-tiba saja Arsya datang, dia membantu Sera memotong-motong sayuran. Padah
Pagi harinya seperti apa yang Arsya janjikan kepada Rafa, mereka semua akan pergi ke rumah sakit. Saat ini mereka tengah bersiap-siap, lebih tepatnya hanya Rafa dan Arsya yang bersiap-siap sedangkan Sera sudah siap dari tadi. Ia bolak-balik membantu Arsya dan Rafa mengkancingkan baju mereka.Entah apa jadinya jika ia belum mandi terlebih dahulu, pasti tak akan berangkat-berangkat. Sampai akhirnya Rafa sudah siap dan dia sudah wangi, sedangkan Arsya masih sibuk melipat lengan kemejanya. Dengan segera Sera membantu Arsya melipat lengan kemeja itu di bawah siku."Udah selesai semua' kan?" tanya Sera memastikan dan mendapatkan anggukan dari Arsya."Rafa mau jalan sendiri atau kakak gendong?" tawar Sera."Jalan sendiri aja," jawab Rafa sembari turun dari kasur."Yaudah, yuk," ajak Sera.Mereka keluar dengan Rafa berada di ganden
Arsya, Sera, dan juga Rafa sudah sampai di rumah sakit. Sebelum mereka ke ruangan Rian, mereka terlebih dahulu berada di ruangan Alif guna melihat keadaannya. Saat ini Arsya duduk di samping brankar Alif, sedangkan Sera bersama dengan Arsya duduk di sofa dengan Reta.Alif sudah bisa menggerakkan sedikit tubuhnya, namun dia masih saja berbaring. Alif pun sudah tak lagi memakai alat pernafasan, sekarang tinggal menunggu luka-luka di tubuhnya kering saja. Ini benar-benar keajaiban Tuhan, Alif bisa bangkit dan masih hidup hingga sekarang. Semua orang bersyukur dengan fakta ini."Bagaimana keadaan kamu setelah di tembak?" tanya Alif.Arsya membuka kancing kemejanya hingga memperlihatkan dada bidangnya yang di perban. "Tinggal menunggu penyembuhan aja," jawab Arsya sembari menutup kembali kancing bajunya."Ayah sendiri udah baikkan?" tanya Arsya balik."Iya, wak
Lia berada di ruangan Robet, ia tengah menyuapi suaminya itu. Beberapa menit yang lalu ada dokter baru saja datang guna memeriksa keadaan Robet. Dan syukurlah Robet sudah membaik dan harus banyak istirahat untuk memulihkan tenaganya. Suasana di sini hanya ada keheningan, Lia sudah mandi dan tubuhnya sudah bersih sekarang.Ia pun baru saja mendapatkan kabar bahwa semua korban sudah ditemukan dan ia bernafas lega, urusan yang ada di sana sudah selesai. Mereka orang yang ingin menghancurkan anakknya pun sudah meninggal akibat rencana yang dia buat sendiri. Malahan orang yang ingin mereka lenyapkan masih hidup."Di mana Sera? Apakah dia tak mau menjenguk diriku?" tanya Robet."Kau tak boleh berbicara seperti itu, Sera masih sibuk bersama dengan Arsya. Mereka juga menyelesaikan banyak sekali masalah yang ada, kemarin dia sempat ke sini," ucap Lia."Waktu aku belum sadar?" tanya Rob
Arsya sudah berada di dalam ruang rawat Robet, ia sedikit kaku menyapa orang yang sekarang berstatus sebagai mertuanya itu. Entahlah, rasanya ia belum percaya jika Robet sekarang menjabat menjadi mertuanya. Ia sedikit sebal dengan Robet, karena dulu dia mengaku bahawa ia anaknya.Jika diingat itu benar-benar menyebelkan, sementara Robet yang duduk bersandar tau gerak gerik Arsya. Rupanya menantunya itu masih sebal dengan dirinya, ia pun hanya tertawa kecil melihat tingkah Arsya. Bahkan sedari masuk Arsya sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun."Apa kabar om?" tanya Arsya pada akhirnya, ia sekarang berdiri di sebelah Robet."Jangan panggil om Arsya! Panggil papa!" bisik Sera dengan mata melotot.Arsya berdecak sebal. "Apa kabar papa?!" tanya Arsya dengan menekankan kata papa. Bisa dirasakan jika Arsya amat sangat terpaka."Amat sangat balik mena
1 Bulan Kemudian Tak terasa sudah satu bulan berlalu, urusan sudah benar-benar selesai. Sera pun sudah mengetahui fakta bahwa Rama dan Citra meninggal, satu hal yang pasti jika Rian belum bangun dari komanya. Alshasil selama satu bulan ini Rafa tinggal bersama dengan Arsya dan Sera. Selama satu bulan itu Arsya menyelesaikan kasus terakait pengeboman bangunan itu yang merugikan banyak sekali pihak. Alif dan Robet sudah benar-benar sembuh dan mereka sudah pulang, saat ini keluarga Arsya dan keluarga Sera makan bersama di sebuah restoran mewah. Rafa pun turut ikut, dia sangat suka dengan suasana ramai seperti ini. "Rafa enggak rewel tinggal sama kalian?" tanya Reta sembari memotong daging panggangnya. "Enggak kok, cuma kalo disuruh tidur di siang ada aja dramanya," jawab Sera sembari tertawa kecil. "Pasti dramanya Arsya sama Rafa rebutan peluk Sera,
Setelah pulang dari restaurant, Arsya dan Sera memutuskan untuk ke kediaman Louwen. Sudah lama sekali mereka tak menginjakkan kaki di sana, kini mereka sudah ada di halaman dengan mansion Louwen. Tak seperti dugaan mereka, tempat ini bersih dan ada beberapa maid yang membersihkan bagian depan rumah ini. Siapa yang mengurus rumah ini? Bukankah waktu itu rumah ini sengaja di kosongkan? Karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Arsya dan Sera masuk ke dalam. Saat menginjakkan pintu di depan pintu, mereka langsung di sambut oleh bola yang menggelinding. Arsya dan Sera melihat ke bawah dan mereka saling tatap, mereka melihat ke depan dan ada anak kecil di sana. "Apakah dia tuyul?" tanya Arsya tanpa berkedip. "Kita satu pemikiran, rumah ini angker. Mungkin maid yang kita lihat memang benar-benar hantu," balas Sera dengan bibir gemetar. Mereka berkedip berkali-kali namun anak kecil yang hanya memakai celana