Kini saat-saat yang ditunggu Sera dan Arsya telah tiba, kedua keluarga itu berada didalam satu ruangan yang sama. Mereka berada diruang tamu mansion keluarga Louwen, ruangannya cukup besar. Masing-masing kepala keluarga saling melemparkan tatapan tajam membuat sang anak jengah dengan sikap itu. Yang bersikap ramah hanya Reta dan Citra saja.
Mereka duduk berhadapan disofa panjang, ditengah-tengah mereka terpadapat meja panjang yang diatasnya sudah ada camilan dan teh, tentu saja yang menyiapkan Citra. Bisa dibilang ini kali pertama kedua keluarga itu berada disatu tempat yang sama.
"Sampai kapan kalian akan diam begini?" Ucap Reta yang malas dengan situasi ini apalagi suaminya yang berada disebelahnya turut diam. Arsya tersenyum mendengarkan penuturan sang bunda.
"Tak usah berlama-lama, kapan cucumu menikahi cucuku?" Tanya Fikri kepada Wisnu.
"1 bulan lagi." Bukan Wisnu yang me
Suara Arsya menggema diseluruh penjuru mansion, lelaki itu memanggil bundanya sembari berlari. Saat mendengar sahutan dari Reta, Arsya berlari menuju sumber suara. Ternyata bundanya berada di taman bunga yang tempatnya dibelakang mansion.Terlihatlah Reta yang sedang menyirami berbagai macam jenis bungga. Lelaki itu memeluk bundanya dari belakang, menaruh kepalanya dipundak Reta. Reta tak terkejut karena Arsya sudah biasa seperti ini, mungkin anaknya dalam mode manja."Ada perlu apa panggil, bunda?" Tanya Reta, perempuan berusia hampir setengah abad itu memindah posisi Arsya supaya berada didepannya."Mau ngomong penting sama bunda." Ucap Arsya. Reta mengangguk, ia mencuci tangan sebentar dan menarik lengan Arsya supaya mengikuti dirinya.Kini mereka duduk dibangku yang menghadap langsung dengan bunga-bunga milik Reta. Arsya tiduran dipaha Reta, dengan tangan bermain HP. Reta sendir
Arsya berjalan dengan langkah tergesa-gesa, ia sampai mansion sudah malam sekitar pukul 7. Lelaki itu menatap kesegala arah, ia bernafas lega tak ada keluarganya keculai para bodyguard yang berlalu lalang. Namun saat dirinya ingin menaiki tangga tiba-tiba lampu yang semula redup menjadi terang, suara berat nan tegas milik Alif membuat ia tak lagi melanjutkan langkahnya."Kesini Arsya." Ujar Alif penuh penekanan. Arsya menghela nafas pendek lalu berbalik arah menuju tempat dimana Alif berada.BughArsya terjatuh kelantai karena Alif memukul tubuhnya secara tiba-tiba. Lelaki itu terbatuk sembari mencengkram perutnya yang terasa sakit, ia melihat kearah Alif. Ayahnya menatap dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan. Arsya mencoba berdiri dengan tangan meraba meja yang berada disampingnya."SETELAH MEMBUAT BUNDAMU MENANGIS KAU BARU PULANG SEKARANG?!" Teriak Alif dengan nada penuh p
Keesokannya Arsya akan pergi ketempat yang Abimana kasih kemarin. Saat ini ia tengah menjemput Sera dikantor perempuan itu, untuk pekerjaannya semuanya sudah ia kerjakan sejak pukul 1 pagi tadi. Untung saja tubuhnya tak terlalu sakit akibat insiden kemarin.5 menit menunggu diparkiran, Sera datang dan langsung masuk kedalam mobil sportnya.Arsya mengenyritkan alisnya bingung, mengapa Sera tertawa selepas masuk. Apa yang salah, menurutnya tak ada yang kelihatan lucu."Berhentilah tertawa, Sera." Ujarnya sebal, kini mobil itu berjalan membelah jalanan kota.Sedangkan Sera berhenti tertawa ia meraih botol air mineral dan meneguknya, "Wajahmu lucu sekali hahahaha." ujarnya. Ternyata Sera tertawa karena melihat wajahnya, mengapa humor calon istrinya sangat rendah sekali?!."Memang ada apa dengan wajahmu?" Tanya Sera kepo saat melihat beberapa bagian wajah Arsya yang berwarna biru-bi
Sesampainya dimobil mereka melepaskan masker dan juga topi. Sera sendiri memilih melepaskan hoodie besar milik Arsya karena merasa kepanasan. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.“Om tadi beneran temen om Alif?” Tanya Sera.Arsya memgedihkan bahunya, “Dia tau makam generasi ke 2 Giory, om Abi juga pasti tau awal mula tentang permusuhan ini.” Ujarnya.Sera mengangguk setuju, “Om Abi pembawaannya tenang, dan dia nyuruh kita buat cari tau semuanya diruang rahasia.” Ujarnya.Namun mereka sama-sama tak tau dimana letak ruang rahaisa di mansion masing-masing. Hei! Mansion sangat besar, mana mungkin mereka berkeliling untuk mencari. Sera sendiri merasa tak ada kecurigaan terhadap ruangan-ruangan di mansionnya, anggota keluarganya tak ada yang melarang dirinya datang keruang manapun yang ada di mansion.“
Hari ini Arsya berencana untuk mencari tentang ruang rahasia yang Abimana maksud, namun niatnya ia urungkan sebentar dikarenakan ada neneknya yang datang dan mengajak seluruh anggota keluarganya untuk berkumpul.Kini Arsya berada diruang keluarga, dia duduk bersama bunda dan ayahnya. Sedangkan kakek dan neneknya duduk disofa berbeda. Suasana kali ini cukup hangat, sedari tadi Arsya sibuk memikirkan dimana letak ruang rahasia itu. Dirinya menyusun rencana supaya keluarganya tak ada yang tau."Adek mau nikah yah?" Tanya nenek Arsya yang bernama Dewi.Arsya mengangguk, dirinya sebal dengan panggilan itu. Neneknya yang satu ini selalu menganggapnya anak kecil, padahal dia sudah menjadi CEO dan akan segera menikah dengan Sera tentunya."Kalau Arsya nikah, tanggung jawab Arsya ke Sera semakin besar. Arsya harus lindungi istri Arsya." Ujar Dewi, ia tau tentang rencana pernikahan anta
Sera memandangi bodyguard itu dari atas sampai bawah, gerak gerik mereka mencurigakan."Ada keperluan apa nona kesini?" Tanya bodyguard itu kepada Sera.Lita sudah ketar-ketir di tempat dikarenakan Sera yang tak kunjung menjawab. Sialan! Sera membuat jantungnya seperti lari maraton."Ini ruangan apa?" Tanya Sera, ia menatap mata bodyguard dengan lekat."Hanya gudang nona." Jawab mereka, Sera mengangguk pikirannya berkata bahwa ruangan itu bukan gudang. Kalaupun hanya gudang mengapa harus dijaga oleh bodyguard?."Bisa tolong kalian ambilkan aku kardus besar yang berada diluar?" Tanya Sera mencoba bersikap tenang.Salah satu bodyguard itu mengangguk dan berkata, "Akan saya ambilkan." Ujarnya ingin melangkah pergi namun belum satu langkah suara Sera mengagetkannya."Kalian berdua, kardusnya berat." Ujar Se
Saat ini Lita dan Sera sudah berada didalam kamar Arsya. Sebelum kesini mereka sempat tersesat dikarenakan lantai 4 sangat luas, namun untung saja ada bodyguard yang lewat dan memberitahu dimana letak kamar Arsya berada.Mereka duduk di satu sofa yang sama, semua sibuk dengan HP masing-masing. Sedangkan Lita, perempuan itu tak tau mau ngapain sebenarnya ia sudah beberapa kali bertemu dengan Arsya namun tetap saja masih canggung.Lita menyenggol lengan Sera, "Ser, kita lagi lomba jadi patung ya." Bisiknya."Diem, Arsya lagi fokus." Balas Sera ikut berbisik."Fokus ngapain?" Bisik Lita bingung."Ngepet, babinya mau ketangkep." Bisik Sera tertawa geli.Tentu saja Arsya mendengarkan omongan mereka, Lita dan Sera berbisik dengan volume lumayan keras. Dirinya berdehem sebentar, lalu kedua perempuan itu diam. Arsya kenal dengan Li
Beberapa hari berlalu, hubungaj Arsya dan Sera semakin dekat. TakTepat hari ini Arsya dan Sera akan mengumumkan rencana pernikahan mereka. Kini kedua orang itu berada didalam satu mobil yang sama, mereka duduk dibangku tengah. Didepan, samping, dan belakang terdapat mobil bodyguard yang berjejer. Semua bodyguard-bodyguard itu milik keluarga Louwen dan Giory. Mereka ditugaskan untuk menjaga tuan dan nona mereka.Masing-masing dari keluarga mereka tak ada yang menemani. Awalnya mereka tak ingin pernikahan ini tersebar, namun berita tentang kedekatan mereka berdua semakin menjadi yang mana semua berita itu salah. Berita itu menyebutkan jika mereka mempunyai 'hubungan' tanpa persetujuan keluarga. Yang lebih parah ada berita yang mengatakan jika Sera hamil diluar nikah dengan Arsya.Foto-fotonya dengan Sera turut tersebar, publik mengatakan jika kedekatan mereka hanya untuk menjatuhkan satu sama lain membuat Arsya geram sendir