"Apa yang menjadi pikiranmu, selama sesi latihan tadi sepertinya kamu begitu gelisah." Ibu Sayaka memberikan Kirana secangkir teh hijau. "Ah, tidak aku hanya merasa tegang, sebentar lagi ada ujian akhir, dan minggu depan aku akan ikut perlombaan di Bangkok." Kirana mencoba memutar lengannya agar merasa lebih tenang. "Aku dengar anda tinggal di Jepang cukup lama, Bagaimana dengan Jepang?" "Disana aku merasakan ketenangan, karena memang disana kampung halamanku. Hiroshi juga senang berada di sana. Jepang adalah negara yang sangat menarik. Hal modern bisa sangat berdampingan dengan tradisi yang kuat. Baru-baru ini ada sebuah kontroversi, seorang bangsawan yang akhirnya menikah dengan pacar lamanya." "Benarkah itu, pasti mereka menjadi bahan perbincangan nasional. Hahaha." Karina tertawa mendengar cerita Ibu Sayaka. "Tentu saja, bangsawan itu adalah seorang pewaris tunggal di keluarga bangsawan sekaligus pengusaha. Dia jatuh cinta dengan seorang gadis, temannya semasa kuliah. Mereka m
Sesampainya di Singapura, Kelana langsung bertemu dengan salah satu kliennya. Karena perjalanan yang tidak terlalu melelahkan, maka Kelana memutuskan untuk segera menyelesaikan urusannya dengan beberapa klien sekaligus. Setelah hampir setengah hari dia berkutat dengan urusan pekerjaan, Kelana memutuskan untuk istirahat saja di hotel, karena besok dia masih ada pertemuan dengan klien yang lain. Sebelum kembali ke kamar hotel, Kelana ingin bersantai di restoran hotel. Ketika sedang menikmati kopinya, dia di kejutkan dengan suara perempuan. "Apakah kopi disini enak?" Suara perempuan itu mengejutkan Kelana. "Astaga, apa yang kamu lakukan di sini?" Kelana sedikit beranjak dari duduknya karena terkejut. "Aku mengejutkanmu?" Perempuan itu lalu duduk di samping Kelana. "Bukankah kamu seharusnya ada di Thailand? Apakah tempatnya berubah?" Kelana melihat sekeliling karena seharusnya Kanaya berada di Thailand untuk koompetisi. "Kamu tidak senang aku berada di sini?" Kanaya mencoba memeluk K
Sementara itu selama Kelana berada di luar negri, Marlina setiap hari harus belajar mengelola perusahaan. Dia merasa sangat beruntung karena ada Hiroshi yang selalu membantunya. Meskipun sering menemui kesulitan, namun Marlina tidak mudah menyerah. Dia terus mencoba dan tidak sungkan untuk bertanya kepada Hiroshi maupun kepada pegawai yang lain. "Apa kamu masih ingin lembur?" Hiroshi berdiri di depan meja kerja Marlina. "Ohhhh, sudah jam berapa ini?" Marlina kaget mendengar suara Hiroshi. "Sudah lebih dari jam 7, yang lain juga sudah pulang. Kamu mau jadi penunggu kantor ini?" "Bukankah aku terlalu cantik untuk sesosok hantu penunggu gedung?" Marlina mengusap-usap mukanya. "Hahahahaha, kalau kamu hantunya, aku rela setiap hari kamu ganggu." "Aku sangat lapar, tapi aku harus segera pulang." Marlina membereskan mejanya dan memasukkan barang bawaannya ke dalam tas. "Lahhhh, kenapa kita tidak makan dulu saja. Deket sini ada ayam goreng yang sambelnya terkenal enak, Aku yakin kamu
"Tika, Raptor hari sabtu manggung di kampus kan, kita pakai baju apa bagusnya?" Tiwi merangkul sahabatnya Tika. "Gimana kalau pulang kuliah nanti kita mampir ke mall, sepertinya ada diskon, lumayan kan." jawab Tika semangat. "Kalian kan kuliah buat jadi desainer, baju masih aja beli gak jelas." celetuk Ranti yang duduk di belakang kedua sahabatnya itu. "Lagian apa itu Raptor, kumpulan bangsa dinaosaurus, jaman purba?" "Kamu yang dari purbakala, seluruh kampus juga tahu, siapa itu Raptor. " jawab Tika ketus. Tiba-tiba dari samping Marlina datang langsung mengambil handphone Tika, dia menggoda dua sahabatnya yang menjadi fans berat grup Band Raptor. Marlina berlarian mengelilingi kelas sambil menghindar dari kejaran Tika dan Tiwi. "Hehhh...., Marlina kembalikan HP ku, awas kau!!!" Tika berteriak sambil mengejar Marlina. "Kalian kenapa seperti anak kecil, lagian mau seperti apa kalian berpakaian itu dinosaurus juga gak akan melihat kalian." Ranti bergegas menarik tangan Marlina, se
"Ini tidak mungkin! Mana kembalikan cincin itu, akan aku kembalikan kepada mereka." Marlina tampak memanyunkan mulutnya. "Kamu tidak dapat melakukan itu tuan putriku." Ibu Marlina langsung memarahi putrinya. "Kalian tidak bisa melakukan ini padaku, kalian ingin menjualku?!" Marlina berdiri dari duduknya dan langsung mengambil cincin yang berada di atas meja. "Kita hidup di abad berapa sekarang, masih harus memaksaku menikah, seperti orang kuno saja!!" "Ibu akan membelikanmu mesin jahit terbaru." Ibu coba merayu putri nya. "Apa maksud Ibu, sekarang bukan waktunya membicarakan tentang mesin jahit. Ibu dan Ayah bayangkan seorang pewaris perusahaan ternama di negara ini akan menikah dengan orang sepertiku? Ini sungguh menggelikan!" Marlina mencoba mencari-cari alasan "Apakah kau tidak mendengar tadi, Pak Rudi sekretaris pribadi mereka mengatakan bahwa putra pewaris tunggal telah menerima dan menghendaki perkawina ini." Ayah Marlina mencoba meyakinkan. "Aku tak tahu apa yang merasuki
Setelah sepuluh tahun hidup di Jepang, hari ini Hiroshi sampai di Bandara di kota S. Bukan tanpa sebab Hiroshi kembali ke kota kelahirannya. Selain untuk menghadiri pernikahan saudaranya, dia harus mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Meskipun bukan sebuah pengasingan, namun Hiroshi dan Ibunya merasa terusir dari rumahnya sendiri. Dia dan ibunya harus keluar dari rumahnya sendiri dan pulang ke kampung halaman ibunya di Jepang, setelah ayahnya tiba-tiba meninggal. Saat inilah waktu yang tepat untuknya merebut kembali apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya. Setelah selesai membongkar barang-barangnya, Hiroshi bergegas menuju ke kampus untuk mengurus perpindahan kuliahnya. Sesampainya di Kampus, Hiroshi bingung mencari tempat untuk mengurus kepindahannya. Tanpa sengaja dia bertemu dengan gadis berpakaian cukup nyentrik, dengan rambut di ikat dengan sumpit yang ditusukkan."Maaf, aku mungkin tersesat, dimana tempat untuk mengurus kepindahan mahasiswa?" Hiroshi menco
Hari ini, hari pertama Kelana dan Marlina datang bersamaan ke kampus. Setelah satu minggu acara pertunangan, ini pertama kali mereka menampakkan diri di depan umum. Sesampainya d kampus, Kelana langsung keluar dari mobil dan pergi begitu saja meninggalkan Marlina. Sedangkan Marlina masih merasa canggung harus diantar jemput dengan mobil, apalagi bersama dengan Kelana. Dengan agak sedikit canggung, dia keluar dari mobil dan masuk kedalam kampus. Setiap langkahnya seperti diperhatikan oleh mahasiswa yang ditemu Marlina. Namun seperti biasanya, Marlina tetaplah Marlina yang periang dan sedikit cuek. Kali ini Marlina sudah tidak memakai celana olahraga dan rampung yang dikepang dengan sumpit. Penampilan Marlina terlihat begitu anggun, dengan sedikit riasan diwajahnya. Diapun bergegas menuju kelasnya. Dia langsung menghampiri ketiga sahabatnya. Wajah Tika dan Tiwi yang awalnya nampak kesal, tiba-tiba berubah langsung memeluk Marlina. "Bagaimana kau begitu jahat seperti ini, kamu buan cind
Hari yang sudah dipersiapkan dan dinanti-natipun tiba. Hari ini pernikahan Kelana dan Marlina berlangsung. Pagi hari acara akad nikah dilangsungkan dirumah Kelana, karena memang tamu yang datang saat akad nikah hanya keluarga inti dan teman dekat saja. Kelana dan Marlina menggunakan pakaian adat jawa berwarna putih. Kelana terlihat begitu tampan, dan tentu saja Marlina terlihat begitu "manglingi" karena Marlina sangat jarang terlihat memakairiasan wajah setiap harinya. Suasana begitu khidmat dan berjalan dengan lancar. Kelana bisa mengucapkan ijab qobul dengan sekali tarikan nafas, dan SAHHHHH.... Semua tamu yang hadir terlihat begitu bahagia. Ayah Marlina terlihat sangat terharu karena harus melepaskan anak gadisnya yang sanagt dia cintai, untuk hidup bersama laki-laki yang telah dijodohkan oleh Kakek Marlina. Rangkaian acara adat dilanjutkan, karena untuk acara resepsi malam hari sama sekali tidak ada acara adat, hanya bersalaman dengan semua tamu undangan. Marlina belajar dengan sa