"Mamih?" gumam Basti pelan. Malah hampir tak bersuara.
Raline menyeka air matanya. Dia menggeser tubuhnya menjauh dari Basti.
Helen masih diam dan menatap Basti dan Raline secara bergantian. Perasaan rindunya pada Basti cukup meredam perasaan bencinya pada wanita murahan yang kini berdiri di samping Basti.
"Kamu masih marah pada Mamih, Nak?" tanya Helen lagi. Dia melangkah sekali lagi. Dia hendak memeluk Basti. Meski setelahnya Helen tidak merasakan pelukannya mendapat sambutan.
"Pulang Basti, pulang..." Helen mulai terisak di balik dada buah hatinya yang sangat dia cintai. Meski, dia tahu, kini Basti sangat membencinya.
"Basti akan pulang kalau Mamih bersedia menerima Raline sebagai m
Raline tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Sedari tadi, Basti hanya diam dengan arah pandang lelaki itu yang sama sekali tak berubah. Tatapan Basti terus tertuju ke langit dengan posisi tubuh bersandar nyam Raline tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Sedari tadi, Basti hanya diam dengan arah pandang lelaki itu yang sama sekali tak berubah. Tatapan Basti terus tertuju ke langit dengan posisi tubuh bersandar nyaman di atas kap mobil dan menjadikan satu tangannya sebagai alas kepala. Raline duduk di sisi Basti. Sesekali matanya melirik ke arah sang suami. Mau sampai kapan dia seperti itu? Pikir Raline mulai dilanda bosan. Bagaimana tidak bosan? Sejak kedatangan mere
"Oh ya, aku lupa, hasil tes DNA kita keluar hari inikan? Kita harus ambil, Bas," pekik Raline tiba-tiba. Dia benar-benar baru mengingat itu sekarang. "Udah aku ambil kok," jawab Basti sambil tersenyum tipis. "Terus hasilnya apa?" tanya Raline penasaran. "Aku akan kasih tau asal kamu nggak ingkar janji," ancam Basti dengan nada serius. "Janji apa?" tanya Raline bingung. "Tuhkan pura-pura lupa? Ah, males ah ngomongnya," Astaga! Pekik Raline tiba-tiba. Dia teringat dengan janjinya pada Basti saat mereka baru selesai melakukan serentetan prosesi untuk tes DNA di rumah sakit dua minggu yang lalu.
Basti baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah hotel berbintang lima di mana dia baru saja janjian dengan Aksel dan Marcel yang sudah menunggu mereka lebih dulu di lobby hotel. Basti sengaja meminta Aksel membawakan tas Raline yang tertinggal di salon serta barang belanjaan yang berisi pakaian ganti untuk Raline yang juga tertinggal di salon. "Hai, Bas," sapa Marcel yang sedang menikmati kopi hangat bersama Aksel di salah satu kafe di dalam hotel. Tatapan Marcel tertuju pada tangan Basti yang sedang menggandeng tangan Raline dengan begitu mesra. Sampai detik ini rasa penasaran Marcel belum terjawab. Mengenai siapa Raline sebenarnya? Ada hubungan apa antara Raline dan Basti? Di salon, Raline adalah satu-satunya anak Creambath
"Selama ini hidup aku udah cukup tersiksa bersama Mamih, Lin... Aku bisa terbebas dari obat-obatan kimia itu sejak aku bertemu kamu. Jangan buat perasaan bersalahku ini menjadikan aku harus kembali bergantung pada obat-obatan itu lagi. Aku mau sembuh Lin..." Air mata Raline menetes seiring dengan tertunduknya wajah Basti. Lelaki itu tampak meremas kuat kepalanya yang mendadak sakit. Dia tidak boleh kalah lagi. Dia harus bangkit dari keterpurukan masa lalunya. Dia harus kuat! Ujar Basti membatin. Dia tidak ingin traumanya di masa lalu terus saja menghantui dirinya sepanjang hidup. Basti bukan laki-laki yang gampang mengeluarkan air mata. Tapi dari tatapan nanarnya, Raline sangat paham betapa pedih hati seorang Basti saat ini.
Bayu nyaris tidak bisa memejamkan mata sedikit pun. Dia terus gelisah seolah tak mampu menemukan posisi tidur yang nyaman. Matanya kembali terbuka untuk yang ke sekian kali setelah dia berharap bisa terlelap dalam tidurnya. Nyatanya, tetap saja tidak bisa. Penjelasan panjang Aldri di Club hari ini, mengacaukan pikirannya. Terlebih saat Aldri mengatakan bahwa Bayu memang bukan anak dari Jonas Michael Dirgantara, melainkan anak dari adik angkat Jonas yang tak lain dan tak bukan adalah laki-laki yang selama ini dia panggil dengan sebutan Om. Faktanya, Bayu memang anak dari hasil hubungan terlarang Helen dengan adik angkat suaminya send
Keesokan harinya, usai sarapan di salah satu restorant yang ada di hotel, Basti, Raline dan Aksel memilih sebuah tempat tertutup untuk membicarakan tentang insiden pemerkosaan terhadap Raline. Mereka bertiga sempat pro dan kontra untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Basti yang cuek memilih untuk mempercayakan semuanya kepada pihak kepolisian, tapi Aksel dan Raline justru tidak menyetujui hal itu. Sebab hal itu hanya akan menimbulkan masalah baru, begitu kata mereka. Aksel yang tidak setuju jika hal ini harus sampai ke ranah hukum, karena dia tidak mau nama baik Basti nantinya bisa jadi rusak jika sampai ada wartawan yang tahu perihal hubungan pernikahan Raline dengan Basti. Sementara Raline sendiri, tidak mau nama baiknya tercemar dan
Basti memarkirkan toyota rush silvernya di bibir pantai di daerah Banten. Tampaknya wajah Basti sudah mulai sedikit rileks. Mungkin karena faktor cuaca yang begitu sejuk dan indah hari ini. Kondisi langit yang tertutup awan mendung membuat matahari tak bisa menyinari bumi dengan terik dan panasnya siang ini. Dan membiarkan bumi itu kelabu untuk beberapa waktu. Sepoi-sepoi angin di sepanjang pantai terlihat mengayun-ayun rambut panjang Raline ke sembarang arah. Dengan sigap Basti menarik tubuh Raline mendekatinya di atas kap mobil saat Raline hendak melangkah menuju tepi pantai. Basti mengikat sembarang rambut Raline dengan ikat rambut yang melingkar di lengan kiri Raline. Lalu mendekap tubuh mungil itu dari belakang. Pinggul Basti masih bersandar nyaman di atas kap mobilnya Kepalanya dia benamkan dalam-dalam di pangkal leher Raline yang di penuhi oleh anak-anak rambut yang menjuntai tak beraturan. Basti menyingkirkannya dengan satu tangan supaya bisa mengecup
Raline sungguh di buat dongkol oleh tingkah Basti yang jahilnya kebangetan. Padahal Raline sudah sangat serius menanggapi semua kata-kata Basti saat laki-laki itu mengatakan dirinya sudah seringkali tidur dengan banyak wanita. Yang kenyataannya, semua wanita-wanita itu hanyalah bayangan semu tak berwujud nyata. Alias, fantasi gilanya Bastian sendiri, saat dia sange sendirian dan dalam tidurnya, dia mimpi basah bersama wanita-wanita yang memang tak sama sekali di kenalnya. Jadi, yang dikatakan Bastian tadi itu hanya sebuah kebohongan belaka. "BASTIII!!! RESEEEE!!!" teriak Raline saat Bastian kabur dari hadapannya sewaktu Raline henda