Akhirnya aku bisa menjebak wanita itu dengan ucapan pahit, setelah mempermalukanku tempo hari di depan calon ibu mertua dan beberapa wanita di toilet pusat perbelanjaan, kini aku mampu menemukannya dengan kalimat yang menyakitkan.Kenyataannya memang demikian, dia yang sudah tergila-gila sendiri kepada mantan suaminya, sementara Mas Rendy sendiri sudah tidak menginginkan dia lagi.Alangkah bodohnya dia, sampai datang dan mengusikku yang notabene tidak bersalah?Posisiku adalah wanita yang dilamar sesudah dia menduda, Aku bukan pelakor seperti yang dituduhkan selama ini karena aku tidak hadir diantara mereka berdua ketika masih berada dalam ikatan sah perkawinan."Ah, manusia ada-ada saja."*Pukul sepuluh siang, Resepsionis datang dari loby memberi tahu jika aku kedatangan tamu."Siapa?""Sepertinya Orang yang sering mendatangi Ibu," jawabnya."Laki-laki atau perempuan?""Calon suami Ibu."Aku cukup membulatkan mata mendengarnya, dari mana dia mengetahui bahwa pria itu akan menikahik
Setelah jam kerja berakhir ku temui pria yang masih setia menungguku di kursi lobi dengan senyum lebarnya dan langsung berkata,"Sekarang aku menemuimu lalu katakan apa yang kau inginkan?""Aku hanya ingin bilang bahwa ingin mengajakmu pergi makan bersama, kita butuh waktu untuk saling bersama dan bertukar pikiran.""Menurutmu itu darurat dilakukan sekarang?""Iya, sebaiknya tidak ditunda agar waktu yang ada bisa dimanfaatkan dengan baik," balasnya sambil tersenyum dengan penuh percaya diri sedangkan aku tanpa malas menatap bagaimana sikap optimisnya."Ah, kalau hanya itu jujur aku katakan bahwa aku lelah sekali. Ingin pulang mandi air hangat dan beristirahat, Maaf ya aku tidak bisa ikut denganmu," tolakku sambil menangkupkan tangan dan melangkah pergi."Tunggu anda kita harus bicara."pria itu mencegatku dan menahan lenganku tepat di hadapan semua pegawai yang hendak pulang ke rumah masing-masing."Apa-apaan ini? lepaskan!""Perhatian semuanya, nama saya Randi Gunawan, saya adalah seo
Hancur rasanya hati ini membayangkan bahwa kebahagiaan yang baru saja kusemai nyatanya harus perlahan kukubur dalam. Entah kenapa, hati ini begitu kecewa dan luka yang ada terulang kembali. Ah, lelah.Apa begini sulit, hanya untuk mendapatkan pasangan yang tepat? Yang bisa membuatku bahagia? Kenapa?Pertanyaann itu muncul begitu saja. Jika benar Mas Randi mencampakkan istri tanpa alasan yang jelas maka aku tidak akan mau menjadi pasangan hidupnya. Bisa jad ia campakkan istrinya, lalu kemudian ia campakkan aku.Sakit sekali.Jika luka ini terus berlanjut, itu akan membuatku trauma akan hubungan baru, aku takut.*Suara pintu ruanganku terbuka, Lena rekan kerjaku masuk dan menyapa."Kok dari luar kelihata murung? Masak calon pengantin sedih?" tanyanya sambil mengangkat daguku."Aku baik baik aja, Len. Ada apa kemari?""Mau minta surat laporan bulanan ke kamu, bos besar yang nyuruh," jawabnya."Oh, baik, aku akan minta dari stafku." Kutekan satu angka dan sekretaris mengangkat telponnya.
Keponakannya, gak salah?"Apakah ini keponakan Ibu?""Iya, dia ponakanku, baru datang dari ibu kota, ayo Tania, disalami calon istri Randi," suruh calon mertua pada orang yang merupakan mantan istri tunanganku."Iya, Tante," jawabnya sambil mendekat dan menyalamiku."Wah, kamu cantik ya, aku yakin Randi senang," ucapnya basa-basi."Iya, tapi ga kalah cantik juga dari kamu," jawabku."Aku senang bertemu, dengan wanita pilihan Mas Randi,," jawab waniyab itu sambil melirikku."Iya, Nak, Alhamdulillah."Mereka mempersilakan kami duduk dan menanyakan perihal tujuan kami datang ke rumah mereka."Begini, saya mau bertanya apakah benar Mas Randi sebelumnya ....""Begini Tante, aku baru saja telpon Mas Randi, biar dia datang dan bertemu calon istrinya,, selanya."Gak perlu, biarin aja dia kerja," jawabku."Aku udah nelpon kok, dia pasti senang bukan main melihat calon istrinya," ujar Tania sambil mendelik jahat.Ya, ampun wanita ini."Oh ya, Nak Wanda, apa kabar?""Baik, Bu Lurah," jawabku
Tentu aku terkejut disebut dengan nada demikian, siapa yang pelakor, merebut apa aku? Bingung sekali mendapati perlakuan aneh demikian."Maaf, Mbak, mungkin Anda salah orang," ujarku pelan."Kamu udah berani merebut Randi dari aku, beraninya kamu bilang kalo aku salah orang?!" desisnya mendelik"Apa maksudmu, bukannya Mas Randi adalah perjaka yang baru hendak menikah?""Hah, jangan sok naif dan polos, aku ini istrinya!" teriak wanita itu sambil melotot padaku.Amat terkejut diri ini mendapati kabar yang tidak terduga. Apa benar Mas Randi sudah punya istri? Kalo benar, apakah keluarganya tidak tahu, kalau pun tahu, apa mungkin mereka telah menyembunyikan ini dari keluargaku?"Kenapa kamu diam, kamu kaget, hah?!" sentaknya."Ngapain kaget, aku belum dapat bukti dari Mas Randi, jika betul kamu istrinya maka aku akan meninggalkannya," jawabku tenang."Enak saja bilang begitu, kamu pikir setelah merebut suamiku kamu bisa lepas melenggang bebas seolah tak bersalah.""Kalo begitu ayo kelu
Tak kusangka ia amat baik dan perhatian, setiap pagi ia akan membangunkanku dengan menelpon dan memastikan aku melakukan ibadah subuh.Kutanya kenapa ia begitu rajin melakukannya, katanya, aku harus mengarahkan calon istriku dari sekarang. Entah manis atau berlebihan sikapnya membuatku tertawa sambil menggelengkan kepala."Hari ini, maukah kamu, makan malam denganku? Kebetulan ada rapat yang tak jauh lokasinya dari kantormu, maukah datang?""Dimana?""Resto Irene internasional," jawabnya."Jam berapa?""Jam enam petang?""Hah, kenapa harus magrib, bukankah makan malam biasanya dilakukan pukul delapan?" tanyaku setengah geli dan heran."Mungkin aku mencoba sesuatu yang berbeda, aku hanya ingin mengajakmu berbuka puasa," jawabnya."Puasa apa? Setahuku ini buka bukan ramadhan?" tanyaku heran."Selain ramadhan, ada 'kan puasa Sunnah yang disarankan?" tanyanya dengan suara lembut."Oh, iya, maaf, aku lupa. Tapi, sungguhkah kau ingin aku menemanimu berbuka?" tanyaku lagi."Mungkin akan cang
Mungkin seperti inilah perasaan wanita yang hendak dilamar oleh pria yang sebelumnya tidak dikenal, seperti apa yang aku rasakan saat ini ketika menunggu dengan harap-harap cemas, sedikit rasa penasaran, sekaligus antusias seperti apa orang yang hendak mempersuntingku dan tahu dari mana dia tentangku. Ingin sekali kutanyakan itu kepadanya.Ibu dan Ayah sudah bersiap dengan wajah bahagia, terlihat rapi dengan pakaian batik senada, mereka mendatangiku ke kamar dan langsung duduk di sisiku."Kamu cantik sekali, Nak, bahkan lebih cantik dari sebelum-sebelumnya," puji ayah."Terima kasih," jawabku, "tapi aku sedikit resah karena belum pernah bertemu orang itu sebelumnya."Dia sangat baik dan sopan, insyaallah tidak akan seperti Derry yang penuh kepalsuan," jawab Ibu."Apalagi dia anak lurah dan punya pekerjaan bagus, kali ini ayah yakin kamu pasti bahagia," jawab ayah.**Pukul delapan malam, mobil iringan keluarga calon tunanganku datang. Mobil diarahkan untuk diparkir ke sisi jalan la
Sidang perceraian berjalan lancar tanpa hambatan berarti, lagu memenuhi panggilan dari majelis hakim dan memberi keterangan sesuai dengan apa yang dipertanyakan.Setelah mendapatkan akta perceraian hati ini merasa lega dan tenang seolah-olah telah lepas 100% dari Mas Derry.Kulangkahkan kaki menyusuri trotoar. Merasakan setiap hembusan angin yang meniup ke wajahku lalu sesaat kuputuskan untuk duduk sejenak di bangku pinggir jalan, sembari menikmati momen di mana aku meresapi kesendirian adalah pilihan terbaik.Mobil berlalu-lalang silih berganti, di seberang sana pedagang asongan dan anak-anak jalanan sedang menjajakan koran mengadu keberuntungan, bertaruh hidup diantara panasnya matahari dan ramainya kendaraaan tanpa memikirkan keselamatan andai saja jika sebuah mobil menabrak mereka.Ah, aku masih beruntung, setidaknya aku masih punya pekerjaan dan tempat tinggal yang layak. Masih punya tabungan untuk membeli pakaian dan makanan yang aku inginkan. Kurasa aku beruntung, aku patut b
Dia geram sekali menghadapi apa yang aku lakukan di persidangan.Matanya memicing dan kepalan tangannya mengeras, mungkin jika jarak kami dekat ia akan memukulku dan menghabisi nyawaku."Apakah ini adalah hasil rekaman Anda?""Ya, saya mengikuti dan merekam aksi mereka, bukan untuk melanggar hak privasi melainkan untuk menghadirkan bukti bahwa apa yang saya sampaikan saat ini, benar adanya, Yang Mulia.""Baik, terima kasih," ujar Pak Hakim.Setelah akhirnya merundingkan keputusan, maka majelis hakim memutuskan untuk menjatuhkan vonis kepada dengan hukuman 5 tahun penjara, sedang Firda dijatuhi hukuman kurung sembilan bulan dan subsider denda dari perbuatannya mendukung aksi pencurian derry.Sebenarnya aku masih mengharapkan memberi Firda hukuman yang lebih berat dari itu, tapi kurasa gadis itu juga berhak atas kesempatan kedua untuk memperbaiki diri dan menata masa depannya. Harapanku semoga setelah ini dia tidak menjadi pelakor lagi. Atau jika dia memang sudah bertekad untuk melanj