Share

PERTUNANGAN PUTUS!

Penulis: Mithavic Himura
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-23 10:31:08

"Apakah aku salah? Kita sudah dewasa, aku tidak mau gaya berpacaran seperti anak SMP yang hanya bergandengan tangan saja, anak SMP sekarang justru banyak yang sudah melebihi dari itu, masa aku harus kalah?"

"Pria gila kamu! Sekarang, aku bukan tunangan kamu lagi! Aku tidak mau memiliki tunangan yang juga dimiliki teman aku sendiri!"

Maira tidak bisa menahan perasaan kesal dan sakit hatinya saat mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa. Rasanya sekarang ia hancur, tidak tahu harus bersikap seperti apa, hingga pada akhirnya ia berbalik dan keluar dari ruang kerja sang tunangan setelah melempar cincin tunangan yang diberikan oleh Dafa padanya ketika mereka bertunangan.

Rasanya ia ingin menangis. Namun, jika itu dilakukannya, ia akan membuat dirinya sendiri malu, sampai Maira berusaha menahan diri untuk tidak menangis.

Sudahlah, Maira! Hanya kehilangan satu pria bejat tidak akan membuat duniamu terhenti, bukan? Tidak perlu dipikirkan, Dafa memang bukan calon suami yang baik buat kamu!

Hatinya berulang kali mengatakan kalimat tersebut, untuk membuat Maira jadi kuat saja setelah dirasa seluruh kekuatannya laksana tidak bersisa, karena merasa dikhianati oleh tunangan dan sahabatnya sekaligus.

Dafa yang sebenarnya masih cinta dengan Maira ingin mengejar Maira keluar, namun, Rani menangkap lengannya dan memeluk tubuh mantan tunangan sahabatnya itu dengan mesra.

"Ngapain sih masih dikejar? Kamu ditinggalkan ya, bagus, dong! Kan, enggak enak juga punya calon istri kayak Maira gitu, kaku!" katanya sambil mengusap bagian dada Dafa hingga tangannya menyentuh dasi yang dikenakan pria tersebut lalu tangan wanita itu menarik dasi itu hingga tubuh tinggi Dafa condong ke hadapannya dan kesempatan itu digunakan oleh Rani untuk melumat bibir Dafa dengan agresif.

Dafa awalnya menolak, karena ia masih terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Maira tadi, mengakhiri hubungan mereka sementara dirinya berharap apa yang dilakukannya dengan Rani justru membuat Maira bisa introspeksi diri, tapi ternyata dugaannya salah besar.

Maira justru mengakhiri pertunangan mereka, dan Dafa merasa tidak beruntung karena saat bersama Maira ia hanya sampai mencium bibir perempuan itu saja, belum mendapatkan keseluruhan, dan bagi Dafa, itu sangat tidak membuatnya merasa puas.

Namun, godaan Rani tidak bisa ia elakkan. Meskipun awalnya menolak, tapi kelelakiannya terpancing hingga akhirnya ia membalas ciuman perempuan tersebut dan Rani merasa berhasil merampas Dafa dari pelukan Maira.

***

"Pak, ini laporan yang Bapak minta."

Maira meletakkan map yang dibawanya ke hadapan sang bos sambil bicara demikian.

"Kenapa dengan wajahmu?" tanya Pak Salim dan pertanyaan itu membuat Maira jadi was-was.

Ia sudah berusaha menyamarkan matanya yang sembab karena menangis, apakah wajahnya masih berantakan juga di mata bosnya?

"Saya, tidak enak badan, Pak."

Akhirnya sebuah kebohongan diucapkan oleh Maira.

"Kenapa tetap bekerja?"

"Saya masih bisa bekerja, Pak."

"Kau yakin?"

"Insya Allah, Pak. Nanti kalau saya tidak kuat, saya akan minta izin pulang pada Bapak," janji Maira agar bosnya tidak curiga bahwa ia berantakan seperti itu karena sedang patah hati bukan karena sakit.

Pak Salim menarik napas sesaat, ia menatap wajah Maira dan Maira tidak nyaman dengan tatapan itu.

"Kalau aku melamar kamu, apakah kau bersedia?"

"Apa?"

Maira tidak bisa menahan perasaan terkejutnya mendengar apa yang diucapkan oleh sang bos padanya.

"Ya. Aku tahu kau punya tunangan tapi pria yang tidak berani melamar saat hubungan dan usia sudah matang itu tidak layak untuk diharapkan, Maira, lagipula kau tidak bisa mendapatkan promosi jabatan kalau kau belum menikah, jadi jangan berharap karirmu bisa menjadi lebih baik."

Maira bungkam. Namun, satu kata yang bisa ia ucapkan untuk tawaran sang bos padanya adalah, bahwa ia belum memikirkan untuk menikah sekarang. Akan tetapi, kata-kata bahwa karirnya tidak akan maju jika belum menikah itu cukup mengganggu pikiran Maira. Sangat mengganggu.

***

"Ini apa-apaan, Pi?" kata Moreno, ketika melihat berkas yang diberikan oleh sang ayah, saat orang kepercayaan ayahnya meminta dirinya untuk pulang ke rumah setelah sekian lama ia hidup di luar lantaran tidak suka dikekang oleh ayahnya di rumah.

Moreno adalah putra tunggal seorang pengusaha yang tidak suka hidup layaknya putra pewaris yang banyak aturan, itu sebabnya usai bertengkar dengan sang ayah, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan hidup di luar sendiri, mengandalkan peruntungan di arena balap liar yang kerap dilakukannya dan selalu menang.

"Menikahlah, maka secepatnya kau akan dilantik menjadi pengganti Papi."

"Apa? Menikah?"

"Ya, Papi sudah memilihkan jodoh terbaik untukmu, mau sampai kapan kamu ugal-ugalan di luar tidak peduli dengan tanggung jawab kamu sebagai pewaris ku?"

"Papi lupa, aku tidak mau jadi pewaris? Mau sampai kapanpun, aku tidak akan bisa mengikuti kemauan Papi, aku enggak suka hidup banyak aturan!"

"Tapi, Moreno, ini penting, kau tidak melihat kesehatan Papi sudah tidak seperti dulu? Berharap pada siapa lagi, Papi kalau bukan padamu!?"

"Gunakan uang Papi yang banyak untuk berobat! Papi harus terus sehat! Kalau tidak, suruh Mami hamil lagi, biar ada yang bisa jadi pewaris!"

Setelah bicara demikian, Moreno membalikkan tubuh dan meninggalkan sang ayah yang murka mendengar apa yang ia katakan tadi.

Namun, Moreno tidak peduli, menikah dengan jalan dijodohkan, ditambah lagi jadi pewaris, itu bukan sebuah hal yang menyenangkan buatnya.

Ia sudah bahagia dengan hidup bebasnya yang sekarang, dan malam ini, ia akan berlaga lagi di arena balap dengan uang taruhan yang besar.

Moreno yakin, tanpa jadi pewaris, ia tidak akan kesulitan uang.

***

Maira pulang sedikit malam karena selesai bekerja ia justru membuang penat otaknya ke tepian sungai Mahakam.

Saat turun dari angkot dan menyeberangi jalan, tiba-tiba saja sebuah motor melaju kencang ke arahnya.

Maira tidak menyangka ada motor dengan kecepatan tinggi seperti itu hingga ia yang sedang menyeberang setengah melamun justru diam saja di tempat tanpa menghindar sama sekali.

Kecelakaan pun terjadi, motor itu menghindari Maira yang tidak bergeming di tempatnya sampai ia merubah jalurnya, dan perhitungannya meleset sehingga sang pengendara motor justru tidak bisa mengimbangi kuda besi tersebut lalu motornya menabrak trotoar!

Suara tabrakan yang sangat keras mengundang semua orang yang ada di sekitar tempat itu langsung memberikan pertolongan.

Maira ternganga melihat kejadian di hadapannya, sampai seorang warga mengingatkan dirinya untuk mengikuti mereka yang membawa korban kecelakaan ke klinik terdekat, dan Maira mengiyakan.

Biar bagaimanapun, sang pemuda kecelakaan karena menghindari dirinya, artinya, pemuda itu juga tidak mau dirinya celaka.

***

"Lu, yang bikin gue kecelakaan? Gue Moreno, dan lu harus tanggung jawab atas apa yang udah terjadi sekarang, lu harus bayar semua biaya perawatan gue, dan juga ganti rugi motor gue yang rusak!!"

"Apa?" kata Maira, tidak bisa menahan rasa terkejutnya.

"Ya, kenapa? Enggak mau?"

"Bukan begitu, tapikan Anda kecelakaan bukan karena salah saya sepenuhnya, kenapa harus saya yang tanggung jawab semuanya? Oke, untuk biaya perawatan, saya akan bertanggung jawab, tapi masa motor Anda saya juga yang membiayai?"

"Gue kecelakaan karena lu ada di tengah jalan! Lagian, ngapain bengong di tengah jalan, sih? Meskipun sudah larut malam, jalan bukan tempat untuk bengong, Nona!"

"Ya, saya mengakui kalau itu kesalahan saya, tapi, saya-"

"Enggak ada tapi-tapian! Kalo lu enggak mau gue tuntut, tanggung jawab semua biaya perbaikan motor dan perawatan gue di sini!" potong Moreno disertai ancaman.

Maira menghela napas panjang, ingin melawan bagaimana caranya ia melawan? Pria itu celaka karena berusaha untuk tidak menabrak dirinya, jadi memang sudah seharusnya ia bertanggung jawab, tapi jika membiayai motor laki-laki yang bernama Moreno itu juga, bagaimana nasib keuangannya?

"Maaf, bukannya saya tidak mau bertanggung jawab, tapi sebenarnya keuangan saya sedang tidak baik, sepertinya tidak akan cukup jika harus membiayai perbaikan motor Anda juga, saya boleh minta keringanan? Bukankah Anda juga salah karena Anda mengebut di jalan?"

Wajah Moreno terlihat merah padam bercampur menahan sakit mendengar apa yang diucapkan oleh Maira, laki-laki itu tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Maira meskipun Maira membicarakan masalah keuangannya yang tidak stabil belakangan ini.

"Terserah, kalau Anda tidak mau bertanggung jawab, masalah ini bisa kita bawa ke jalur hukum, dan kita akan bertemu di pengadilan!"

Moreno merubah cara bicaranya menjadi lebih formal dan untuk sesaat Maira tertekun karena jika demikian laki-laki tersebut seperti berubah menjadi pria yang lebih berkarisma dibandingkan berbicara santai seperti tadi yang menurutnya sangat tengil.

Namun, jalur hukum yang disebut Moreno bukan sebuah pertanda baik, Maira tidak punya uang untuk menyewa seorang pengacara.

Akan tetapi membayangkan ia harus mengeluarkan uang untuk perbaikan motor Moreno, Maira juga merasa tidak sanggup.

"Pak, tolonglah, saya ini kurang uang, orang miskin, motor Anda itu bukan motor biasa, pasti biayanya juga sangat mahal, bisakah saya mendapatkan keringanan sedikit saja?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   PESONA SI BERONDONG TENGIL....

    "Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   INGIN DICOBA

    "Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   LAGI-LAGI DITOLAK

    "Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   MORENO MASIH MARAH

    "Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   MISTER X LUMPUH!

    Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,

  • PESONA SI BRONDONG TENGIL   SAMA-SAMA INGIN MEMBUNUH!

    Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status