Cleon sangat khawatir menatap wajah pucat Melodi yang terbaring lemas. "Apa sakitnya parah?!""Jangan khawatir, gadis ini hanya mengigau," Dokter Tedi melihat Cleon. "Sebaiknya di kompres agar tubuhnya tidak terlalu panas. Aku juga akan memberikan resep obat agar kekasihmu ini cepat sembuh."Bi Darmi segera pergi untuk mengambil air kompres setelah mendengar apa yang dikatakan Dokter Tedi."Tebus obat ini di apotik! Ingat di apotik! Jangan di toko material!" Dokter Tedi memberikan resep obat yang telah ditulisnya di secarik kertas pada Mang Ujang."Iya Dokter." Mang Ujang segera pergi meninggalkan Cleon dan David serta Dokter Tedi dengan tergesa-gesa."Sakit apa dia?!" tanya Cleon duduk di tepi tempat tidur menatap wajah pucat Melodi yang matanya tertutup."Gadis ini hanya demam. Kondisi tubuhnya sangat lemah. Tenang saja Cleon. Setelah minum obat, dia pasti sembuh," jawab Dokter Tedi sambil merapikan semua peralatannya ke dalam tas. "Tidak ada sakit yang perlu dikhawatirkan."Tiba-ti
Ponsel berhenti bergetar, "sebaiknya aku kirim pesan saja agar Ibunya tidak cemas, tapi alasan apa yang harus aku katakan." Cleon kembali termenung. "Ya Tuhan, masalah ini lebih sulit dari mengurus perusahaanku." Cleon menghela napas panjang.Tidak lama kemudian, jari-jari besar Cleon mengetik sesuatu di layar ponsel. "Masalah selesai, mudah-mudahan Ibunya tidak berpikir yang aneh-aneh." Cleon menaruh ponsel di atas meja setelah selesai memberi pesan pada Ibunya Melodi dan menyimpan nomor Melodi ke dalam ponselnya sendiri.Beberapa kali Cleon menguap, "gue ngantuk!" Setelah merenggangkan ototnya sebentar, Cleon duduk ditepi tempat tidur lalu perlahan melepas sepatu yang dari tadi belum sempat dilepasnya. "Gue malas ganti baju," gumamnya sendiri melihat kemeja yang dipakainya lalu tubuh kekarnya perlahan naik ke atas tempat tidur, ditatapnya wajah pucat yang sekarang terlihat lebih tenang."Tubuhnya sudah tidak terlalu panas seperti tadi," gumam Cleon sambil memegang kening Melodi yan
Di tengah kebingungannya, Melodi berusaha mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi sampai dirinya bisa tidur di atas kasur mewah yang jelas-jelas bukan miliknya. Tapi sesaat kemudian, Melodi merasakan kepalanya sakit. "Aduh," tangannya segera memegang kepala. "Kenapa kepalaku terasa sakit?!"Melihat tangannya terangkat, Melodi secara otomatis melihat kaos yang dipakainya. "Baju siapa ini?!" Mata Melodi jeli melihat warna baju bagian tangannya. "Ini bukan bajuku!" Secara refleks Melodi segera bangun, tidak mempedulikan lagi pinggangnya yang dipeluk erat tangan besar punya Cleon.Melodi menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, bagian atas tubuhnya sudah memakai kaos besar yang sama sekali tidak dikenalnya. "Baju siapa ini?!" Melodi mengingat-ingat terakhir kali dirinya memakai baju. "Bukankah semalam, aku ... aku pergi ke ulang tahun Bayu. Iya, betul!" Melodi melihat tubuhnya lagi. "Bukan baju ini yang aku pakai! Lalu, lalu, baju siapa yang aku pakai ini?! Dan, dan bagaimana tubuh
Melodi menggeliat manja ketika jari jemari Cleon tanpa permisi berhasil menyelinap masuk ke bawah punggung dan meremasnya dengan lembut. "Mmh." Hasrat Cleon semakin terbangun begitu mendengar suara lirih ke luar dari bibir yang saat ini sedang dipagutnya. Jantungnya semakin berdetak cepat dengan perasaan hati yang sulit sekali diungkapkan. Antara hasrat yang semakin mendesak dalam jiwanya, tapi terbersit pula sebuah pemikiran. "Ada apa dengan diriku? Kenapa aku tidak bisa lepas dari gadis ini? Hati ini seakan merasakan kembali kehangatan yang selama ini aku cari. Apa aku, apa aku ... menyukai gadis ini?!"Tubuh Melodi menggelinjang manja ketika tangan kanan Cleon tanpa aba-aba masuk menerobos, menyelinap ke dalam salah satu kain berenda hitam yang menutup dua bukit kembarnya. "Mmphh, hh. Ahh, hhh."Kaos besar warna putih yang menutup tubuh mungil Melodi yang berada di bawah kungkungan tubuh Cleon sekarang sudah tersibak naik ke atas perut, sehingga menampakkan kulit putih mulus bagia
Hawa panas langsung menjalar ke seluruh tubuh Cleon ketika tubuh kekarnya menindih tubuh kecil mungil yang terhimpit di bawah kungkungannya apalagi ketika sentuhan kulit tubuh di antara keduanya berhasil memberikan aliran bagai listrik yang menyengat keduanya.Cleon merasakan aset pribadinya semakin sesak meronta ingin ke luar bebas tegak berdiri dari satu-satunya penutup kain yang saat ini menempel di tubuhnya. "Aku tidak bisa menahan hasratku, gadis ini begitu menggairahkan," bisik hati Cleon tanpa mau melepaskan pagutan bibirnya.Melodi menggeliat, seluruh aliran darahnya terasa mendesir ketika jari jemari tangan Cleon dengan nakalnya meremas dan menarik daging kecil mungil yang saat ini telah menegang. "Hh,, hh, mmh."Mendengar suara desahan ke luar dari bibir Melodi semakin membuat Cleon semakin ganas melancarkan serangannya. Seluruh bulu dalam pori-porinya seakan meremang ketika tanpa sadar aset besar satu-satunya kebanggan dalam hidupnya ditekan pada salah satu paha putih mulus
Cleon hanya terkekeh ketika mendengar kalimat Melodi yang begitu terkejut. "He-he.""Cleon. Kau apakan bajuku?!" teriak Melodi langsung menarik selimut yang berada di bawah kakinya untuk menutupi seluruh tubuhnya. "He-he. Setelah aku melihat semuanya, sekarang baru kau berteriak. Hello, Melodi. Ke mana saja kamu dari tadi?!" tanya Cleon menarik kembali tubuh Melodi yang telah terbungkus selimut."Aaa! Lepaskan!" Melodi berontak berusaha bangun dan menghindari Cleon. "Lepaskan!"Cleon langsung melepaskan pelukannya lalu detik berikutnya terdengar suara dari pintu yang baru saja dibuka. "Bro!" David muncul dengan wajah polosnya langsung menerobos masuk, tapi detik berikutnya, David tertegun begitu melihat dua insan di atas tempat tidur berukuran king size sang pria hanya mengenakan celana segitiga dan sang wanita terbungkus selimut. "Apa aku mengganggu acara kalian?!"Wajah Melodi seketika kaget dan gugup, tangannya kembali menarik selimut sampai di atas dadanya. "Tidak, tidak. Kamu j
Melodi baru saja selesai memakai baju yang diberikan Bi Darmi, sebuah drees warna merah muda dengan pita kecil di setiap sisi tangannya. "Ternyata ponselku dari semalam tidak aktif. Banyak sekali pesan yang dikirimkan Ibu padaku," gumam Melodi menatap layar. "Lastri, cepatlah balas pesan dari gue!" Bi Darmi masih merapikan tempat tidur yang telah dibuat acak-acakan mendengar sedikit apa yang dikatakan Melodi. "Apa Non?""Tidak ada Bi," jawab Melodi.TING!Sebuah pesan masuk."Loe di mana? Nyokap loe cari-cari loe!" Pesan dari Lastri langsung memenuhi layar ponselnya."Ibu," gumam Melodi lalu jari tangannya dengan lincah membalas pesan dari Lastri. "Loe bilang apa sama Ibu?!"Tidak lama kemudian, pesan masukpun kembali memenuhi layar ponsel Melodi dari Lastri. "Gue bilang loe ada di rumah gue sedang di kamar mandi. Loe ada di mana?!"Melodi kembali membalas pesan dari Lastri. "Syukurlah, loe jawab begitu sama Ibu gue!"Tidak lama Lastri kembali membalas. "Loe ada di mana?!""Gue di r
"Intan!" Brian segera datang mendekat. "Sedang apa kamu di sini?!" tanya Brian lalu melihat ke arah belakang, takut ada Clara."Aku ingin bertemu denganmu," jawab Intan santai.Brian segera menarik tangan Intan menjauh dan mencari tempat tersembunyi ketika sudut matanya melihat salah satu penghuni apartemen yang dikenalnya sedang berjalan masuk ke area parkir."Kenapa sih kamu ini?!" Intan menarik pergelangan tangannya dari cengkeraman tangan Brian. "Sakit!" "Sedang apa kamu di sini?! Bagaimana kalau Clara melihatmu ?!" ucap Brian dengan kesal."Dia tidak mengenalku!" Bentak Intan melihat kulit pergelangan tangannya merah. "Kasar sekali."Brian tidak mempedulikan tangan Intan, kembali ditariknya tangan Intan. "Di mana mobilmu?!""Lepaskan!" Intan menepiskan tangan Brian dengan kasar."Di mana mobilmu?!" Brian melihat ke sekeliling area parkir."Mau apa dengan mobilku?!" tanya Intan kesal sekaligus bingung.Brian melihat Intan tajam. "Cepat pergi dari sini sebelum Clara atau yang lain