Share

Buaya darat

“Sakit tahu tadi kamu injak kakiku pas di rumah sakit, Mas!” protes

Arini yang kakinya masih nyu-nyutan karena di injak Rian.

“Aduh maaf sayang! Kamu juga tadi harusnya diem aja, nggak usah banyak berbicara,” jawab Rian menenangkan Arini.

“Tapi aku tadi gemes banget, Mas. Masa itu cewek mulutnya lemes banget. Emang dia itu siapa?”

“Dia itu…” Rian bingung harus jujur atau tidak. Apalagi menghadapi

Arini yang kepo dan luar biasa cerewetnya.

“Oh, aku tahu! Pasti mantan pacar kamu kan, yang nggak jadi kamu nikahin?”

Huft. Syukurlah Arini mengira kalau Hilda tadi adalah mantan pacar Rian, kalau dia curiga mantan istri kan bisa gawat urusannya.

“Yuk, sekarang aku antar kamu pulang ya. Aku masih banyak kerjaan di kantor,” sahut Rian yang sedang mengelus perut besar Arini.

“Sehat-sehat ya jagoan Papa,” Rian kemudian mengecup perut dan kening Arini.

“Mas, tapi aku laper nih. Kita makan dulu ya,” Arini merajuk.

Rian melirik jam tangannya yang bermerk apel di gigit.

“Maaf sayang, Mas nggak bisa.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status