Share

Bab 5

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2023-06-16 13:50:41

Setelah membaca pesan itu, Kaisar melangkah pergi menuju kamarnya. Saat dia melewati ruang tengah, Kaisar terkejut melihat kedua pamannya dan bibinya sudah duduk di sana seperti menunggunya. Paman Lionel, Paman Mason dan Bibi Lili berdiri sembari menatap Kaisar dengan tatapan yang memiliki banyak arti. Tatapan yang menyimpan rasa benci yang begitu besar kepadanya. 

Kaisar tahu mereka masih berusaha mencari cara agar bisa mendapatkan bagian dari semua harta kekayaan ayah angkatnya dengan bernegosiasi dengannya.

“Bisa bicara sebentar,” pinta Lionel.

Kaisar mengangguk, dan bergabung dengan mereka.

“Ada apa, Paman?” tanya Kaisar.

“Mengenai perusahaan Abraham Grup…”

“Aku akan mengurusnya setelah pernikahanku dengan Elena selesai digelar,” sela Kaisar.

“Kau tidak akan menggantikan posisiku yang kini menjadi CEO di sana, kan? Karena bagaimana pun akulah yang ditunjuk ayahmu untuk mengurus perusahaannya selama ini. Ayahmu hanya mengawasi saja dan akulah yang turut andil memajukan perusahaan itu,” ujar Lionel panjang lebar.

“Dan aku, meskipun tidak ikut terlibat banyak dalam membantu mengurus perusahaan peninggalan ayahmu,” tambah Mason. “Tapi, kau tetap harus membagi sahamnya padaku.”

“Juga padaku,” tambah Lili. “Kami adik kandungnya dan kami ikut berperan atas kemajuan bisnis kakak kandung kami selama ini.”

“Kami tidak peduli dengan semua harta kekayaan yang lain, asal aku tetap dipercaya memimpin perusahaan itu dan kedua adik-adikku mendapatkan bagian sahamnya,” tambah Lionel. “Lagipula kau tak akan bisa mengurus perusahaan Abraham Grup. Jika kau memaksa untuk mengurusnya karena semua peninggalannya jatuh ke tanganmu, kau akan menghancurkan peninggalan ayahmu karena kau bukan ahlinya untuk mengurus perusahaan itu.”

Kaisar hanya terdiam, menatap ketiganya. Tidak tertarik untuk menyela kalimat mereka. 

“Dan kami sudah berdamai dengan kenyataan ini. Kami marah saat itu karena Kak Abraham tidak pernah bercerita kalau kau anak kandungnya. Wajar jika kami kesal saat itu. Sekarang kami sudah menerimamu sebagai keponakan kami. Ini kami lakukan untuk menyelamatkan peninggalan ayahmu,” tambah Lili.

Kaisar masih terdiam. Mereka semua menunggu keputusan Kaisar. Tak lama kemudian Kaisar berdiri lalu berkata pada mereka.

“Ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Sekarang aku sedang menyiapkan pernikahanku dan banyak hal yang harus aku urus agar pernikahanku dengan Elena berjalan sempurna. Maaf aku harus pergi,” ucap Kasiar yang membuat semuanya kembali menunjukkan wajah murkanya.

“Kita benar-benar tidak akan mendapatkan bagian apapun dari peninggalan Kak Abraham,” geram Lionel saat Kaisar sudah meghilang dari sana.

“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Lili bingung.

“Sebaiknya kita tunggu saja setelah acara pernikahan Kaisar dan Elena digelar,” tambah Mason.

“Jika kita tidak berhasil mempengaruhinya bagaimana?” tanya Lili.

Kali ini Lionel yang menjawab. “Jika memang ketakutanmu terjadi, aku sudah memiliki cara agar dia menyetujui apa yang aku katakan padanya tadi.”

Mason dan Lili menatap Lionel dengan wajah penasarannya.

“Memangnya dengan cara apa?” tanya Mason.

“Lihat saja nanti,” jawab Lionel lalu berdiri dan bergegas pergi meninggalkan kedua adiknya di sana.

***

Berita pernikahan Kaisar sudah menjadi headline di semua portal berita, bahkan juga saluran televisi nasional. Ini dikarenakan pernikahan Kaisar dengan Elena digadang-gadang sebagai salah satu pernikahan termahal di negara itu. Belum lagi daftar undangan yang membuat semua orang yang terkait dengan penyelenggara pesta panik, berusaha untuk menyiapkan pesta terbaik untuk orang-orang terkenal dan penting itu. 

Namun, upacara pemberkatan pernikahan Kaisar dan Elena hanya dihadiri oleh keluarga besar Elena saja, dan seorang pria bertubuh tegap dari pihak Kaisar. Media hanya diperbolehkan meliput saat pesta resepsi pernikahan. Mereka semua bersepakat bahwa, sekalipun pernikahan Kaisar dan Elena dilangsungkan dengan mewah, namun identitas Kaisar tetap disembunyikan. Kaisar hanyalah seorang pria yang baru kembali dari kemiliteran, yang dijodohkan oleh mendiang ayah Elena. "Kalau identitas Kaisar sampai bocor ke publik, ini akan jadi skandal!"

Selesai melakukan upacara pemberkatan pernikahan, Kaisar menggamit lengan Elena dan berbisik, “Untuk hari ini saja, kita harus terlihat seperti pasangan yang paling bahagia.”

Elena mengangguk. Akhirnya mereka menunjukkan wajah bahagianya kepada seluruh keluarga yang hadir di sana.

Dan malam itu, resepsi pernikahan Kaisar dan Elena akhirnya digelar. Mereka berdua duduk di pelaminan. Tamu-tamu undangan sudah berdatangan dan satu persatu menyalami mereka dengan ramah karena mengenal siapa Elena, tapi tidak untuk Kaisar. Semua tamu tampak meremehkannya dan menyayangkan kenapa Elena memilih seorang lelaki yang tidak jelas asal usulnya itu.

Seperti yang sudah diduga, di malam ketika resepsi digelar itu, semua orang sibuk mempertanyakan asal usul dari Kaisar. Tidak banyak informasi yang bisa ditemukan mengenai Kaisar, selain, dia masuk sekolah militer sejak remaja, dan pernah bertempur di daerah Utara.

“Jadi, pewaris Abraham Grup menikah dengan seorang pria yang tidak jelas asal usulnya?” tanya salah satu tamu dari kolega Abraham.

“Begitulah,” jawab tamu undangan di sebelahnya. “Pewaris Abraham Grup sepertinya sudah terpedaya oleh cinta. Padahal banyak yang menyukainya dari kalangan artis, anak pengusaha-pengusaha ternama dan bahkan kabarnya dia sempat hendak dipinang oleh anak salah satu Menteri di negara ini.”

“Bagaimana kalau lelaki itu menjadi ancaman untuknya? Bagaimana jika dia berniat jahat untuk merebut semua harta kekayaan peninggalan Tuan Abraham saja?”

“Itulah yang ditakutkan banyak orang.”

Semua orang sibuk bergosip, bahkan ada yang terang-terangan mengatakan hinaannya kepada Kaisar. 

Bastian - salah satu sepupu Elena yang paling menyebalkan juga tidak lupa memberikan komentar dengan nada menghina pada Kaisar kepada teman-teman sebayanya yang juga hadir di acara pernikahan itu. 

“Apa ayahmu tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah pernikahan sepupumu Elena?” tanya teman Bastian yang tidak habis pikir melihat Elena bisa memilih seorang pria yang tidak jelas asal usulnya itu.

“Ayahku bukan tidak bisa mencegahnya, tapi dia sedang menyiapkan sesuatu untuk mengusir brandal itu dari keluargaku dan memisahkannya dengan Elena,” jawab Bastian.

Dua temannya terkejut mendengarnya.

“Kami setuju. Kehadirannya sudah mencoreng kehormatan keluargamu.”

Tak lama, sebuah limosin datang. Menteri Pertahanan yang sangat misterius, dan hampir tidak pernah diliput media, datang ke pernikahan Elena dan Kaisar. Semua orang terkejut, dan bertanya-tanya, untuk siapakah beliau hadir di sana. Dari mulai dugaan jika Menteri tersebut mengenal Abraham, hingga spekulasi kalau Menteri tersebut mengenal salah satu sepupu Elena.

“Wah, jangan-jangan Pak Menteri datang karena mengenalmu, Bastian.” Salah satu temannya berkata.

Bastian menjadi gugup dan menjawab dengan agak terbata, dan akhirnya bilang kalau ia pernah bertemu beberapa kali dengan sang menteri. 

Kaisar yang melihat kedatangan Menteri Pertahanan berubah menjadi agak kesal. “Padahal sudah kubilang untuk tidak perlu datang,” gumamnya yang saat itu sedang duduk berdua bersama Elena di pelaminan. 

Menteri Pertahanan yang semula terlihat sangat dingin, mendadak agak gemetar melihat perubahan ekspresi di wajah Kaisar saat dia hendak mengucapkan selamat atas pernikahannya. 

Dan ketika perhatian semua orang teralihkan, dan mereka sibuk bergosip, Kaisar menyelinap untuk menghampiri Menteri Pertahanan. 

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kaisar yang membuat Menteri Pertahanan itu cukup terkejut.

“Tentu saja untuk menghadiri pernikahan Anda. Dan juga, Presiden menitipkan salam untuk Anda.”

Gestur tubuh Kaisar dan Menteri Pertahanan tampak natural. Tidak ada yang menyadari jika keduanya sedang berbicara. 

“Sebaiknya kau pergi dari sini. Ini perintah,” ujar Kaisar dengan nada yang tegas, dan menakutkan bahkan untuk seorang Menteri Pertahanan.

Menteri Pertahanan itu mengangguk kaku. Dia berujar dengan terbata, “B-baik, Jenderal.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 147

    Indah duduk dengan tenang, matanya mengikuti setiap geKaisarn Kaisar yang sedang memeriksa buku rekeningnya. Buku itu berisi catatan uang yang telah ia kumpulkan selama ini, uang yang ia tabung dengan penuh harapan untuk membahagiakan mendiang ayahnya. Kini, uang itu akan digunakan untuk modal membuka pabrik kerupuk singkong yang telah lama menjadi impian Kaisar.Tak lama kemudian, Kaisar mengeluarkan sebuah botol kecil dari tasnya. Botol itu berisi gulungan kertas yang tampak tua, kemudian meletakkannya di atas meja makan. Indah menatap botol itu dengan rasa penasaran yang mendalam."Apa itu, ayah?" tanya Indah, suaranya lembut, namun penuh keingintahuan."Resep rahasia membuat kerupuk singkong," jawab Kaisar, dengan nada yang sedikit datar namun penuh makna.Indah mengernyit, tampak tak mengerti. "Resep rahasia?"Kaisar mengangguk, kemudian membuka penutup botol itu dengan hati-hati, seakan botol itu sangat berharga. Ia mengeluarkan gulungan kertas dari dalam botol dan membacanya ke

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 146

    Pagi sekali, Muas, Sarok, Balwi, dan Tiwi berdiri di depan sebuah bangunan yang tampak lebih mirip gudang tua. Puluhan mantan preman jalanan tengah membersihkan area tersebut. Keempatnya menatap bangunan itu dengan tatapan tak percaya."Abang yakin, Abang Besar akan membangun pabrik kerupuk singkong di sini buat kita?" tanya Sarok, masih tidak yakin."Kau dengar sendiri, dia ngomong serius soal ini. Sepertinya Abang Besar nggak main-main," jawab Muas, menenangkan.Bawi mendesah, "Aku kira kita bakal dijadiin pasukan pembunuh bayaran sama dia, taunya..."Tiwi menoleh ke Balwi, "Harusnya kita bersyukur, orang terkuat di Jayakarta udah ngasih kita kesempatan. Dikasih pekerjaan yang benar, meski harus ninggalin pekerjaan yang selama ini bikin kita merasa di atas angin."Sarok menatap Muas, "Lalu gimana dengan Bos Besar kita, Bang?"Muas terlihat bingung, raut wajahnya penuh keraguan. "Saya sendiri masih bingung. Lama-lama Bos Besar pasti curiga. Aliran dana dari Jayakarta ke mereka akan b

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 145

    Setelah mereka pulang dari jogging, Kaisar terkejut lagi saat melihat Muas, Sarok, Bawi, dan Tiwi bersama puluhan preman lainnya berdiri tegap di depan rumahnya."Lapor, abang besar!" seru Muas dengan penuh semangat. "Rumah sudah dibersihkan, untuk abang besar dan Tuan Puteri sarapan juga sudah disiapkan. Sekarang rumah ini akan dilindungi dua penjaga di depan pintu depan, dua penjaga di depan pintu belakang, serta masing-masing satu orang di bagian kiri dan kanan rumah!"Kaisar mengernyit mendengar laporan itu. "Kalian memang berlebihan, padahal saya cuma bercanda," dengusnya."Dengar itu!" seru Indah, menambahkan sedikit sindiran.Muas hanya manyun mendengar Indah. Kaisar, yang sedikit bingung dengan perubahan mendadak ini, akhirnya masuk ke rumah, diikuti oleh Indah.Begitu masuk, mereka langsung melihat bahwa rumahnya sudah bersih, lebih bersih dari biasanya. Bahkan, ketika Kaisar mengecek meja makan, sarapan sudah tersaji rapi.Muas, Sarok, Bawi, dan Tiwi kemudian masuk mengikuti

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 144

    Teriakan pasukannya saat peluru melesat ke dadanya. Kaisar berlari ke samping, menghindari peluru yang datang tepat ke arahnya. Begitu peluru itu mengenai pohon, dia melihat musuh bersembunyi di dalam semak. Tanpa ragu, Kaisar mengeluarkan senjata apinya, menembaki mereka dengan cepat dan tanpa ampun."AAAAAAA!" Teriakan Kaisar menggema di tengah kekacauan, seiring dengan hujan peluru yang dia curahkan pada musuh.Namun, di tengah keganasan pertempuran itu, tiba-tiba sahabat dekatnya jatuh, terkena tembakan di kepala. Tembakan yang begitu cepat dan tepat, yang menumbangkan sahabatnya di hadapannya. Kaisar terpaku, matanya terbelalak. Air mata mengalir begitu saja, tak tertahankan."Ayah! Ayah!"Suara Indah memanggilnya dengan cemas membuyarkan lamunan Kaisar. Tanpa sadar, air mata yang tadi menetes di pipinya kini mengalir lebih deras. Ia cepat-cepat mengusapnya, berusaha menutupi perasaan yang tiba-tiba muncul."Ayah nangis?" tanya Indah dengan heran, melihat Kaisar yang terdiam, mat

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 143

    Malam itu, Kaisar terbangun dengan terkejut. Keningnya dipenuhi keringat dingin, napasnya terengah-engah. Begitulah jika Kaisar tertidur, seringkali ia dihantui mimpi buruk tentang masa-masa krisis dalam peperangan.Namun malam itu, seketika Kaisar teringat Indah dan para preman yang mengusik ketenangannya siang tadi. Ia tak tahu bagaimana kabar mereka setelah tertidur di sana. Lalu, tiba-tiba aroma masakan yang lezat menyentuh indra penciumannya.Kaisar buru-buru turun dari ranjang dan keluar kamar. Ruang tamu tampak sepi, tak ada lagi para preman itu. Ia melangkah menuju ruang makan dan terkejut melihat meja makan yang telah tersaji penuh dengan hidangan lezat.Di dekat meja, berdiri Indah yang sudah mandi, mengenakan pakaian yang lebih pantas dan wajahnya yang tampak cemong, bukan karena kotor, melainkan karena dipenuhi bedak putih."Siapa yang masak?" tanya Kaisar heran, masih terkejut dengan pemandangan di depannya."Aku, Ayah. Ayo duduk, tadi aku mau bangunin ayah untuk ajak mak

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 142

    "Berhenti!!!" teriak Kaisar pada Sarok, Bawi, dan puluhan preman jalanan yang masih berteriak menyebut-nyebut "abang besar" padanya.Semua terdiam seketika. Teriakan Kaisar memecah suasana riuh, membuat semua orang berhenti dan menatapnya."Aku bukan abang besar kalian!" teriak Kaisar lagi, kali ini lebih keras dan tegas. "Sekarang, silakan kalian pulang dan jalani hidup masing-masing dengan baik."Semua tampak terpaku, bingung dan tidak bergerak sama sekali. Tidak ada satu pun yang berani menjawab atau bergerak. Seolah semua tersihir oleh kata-kata Kaisar, terdiam sejenak dalam kebingungan.Tak lama kemudian, Muas yang sempat terkapar bangkit perlahan. Ia berjalan menuju Kaisar dengan langkah berat, berlutut di depan pemuda itu dengan penuh rasa takut."Mulai sekarang, status abang besar aku serahkan padamu, anak muda," ucap Muas dengan suara gemetar, tubuhnya masih bergetar akibat kuncian Kaisar yang kuat tadi. "Aku akan jadi wakilmu untuk mengatur mereka semua. Tolong terima permin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status