Share

Bab 4

Elena menatap bibinya Lili seraya mengulas senyum kecil. “Lagipula, kekayaan Kaisar akan menjadi milikku juga setelah kami menikah, bukan?”

“Jangan gila kamu, Elena!” teriak Lionel.

Salah seorang sepupu perempuannya bernama Rose anak dari bibinya Lili melihat Elena dengan tatapan tidak percaya. “Kamu bersedia untuk menikah dengan dia?” 

Elena melihat satu persatu anggota keluarganya, dan tersenyum simpul. “Kenapa tidak?” Elena berjalan melewati semua orang, dan menarik lengan Kaisar untuk mengikutinya. Semua orang menatap kepergian keduanya dengan rasa syok. 

Begitu keluar dari sana, Kaisar membawa Elena ke sebuah ruangan yang tidak asing. Ruang kerja ayah angkatnya. Di dalam sana, ekspresi Elena berubah. Ada kemarahan yang tidak diperlihatkan Elena ketika ia berada di dalam sana. Kemarahan terbesar yang disuarakannya kepada Kaisar adalah mengenai surat yang dikirimkan ayahnya, surat yang membuatnya terguncang. Kematian sang ayah dan fakta yang diungkapkan jika dirinya bukanlah anak kandung dari sang ayah, dan justru Kaisar lah putra kandung yang disembunyikan oleh ayahnya. 

“Selama ini ayah berpura-pura menjadikanmu anak angkatnya, lalu mengirim kamu ke militer, demi melindungimu dari mereka semua?! Lantas bagaimana denganku?!” 

Kaisar menjawab dengan tenang, “Ayah lebih menyayangimu dibandingkan dirinya sendiri.”

Elena memicingkan matanya, agak terkejut dengan kalimat pertama yang diucapkan Kaisar sejak ia tiba di rumah tadi. “Ayah menyembunyikan fakta itu selama bertahun-tahun dariku, Kaisar!”

Lagi-lagi Kaisar menjawab dengan tenang, “Demi kebaikanmu, Elena.” 

Elena yang hampir kehabisan kata-katanya lalu bilang kalau ia tidak mengerti tujuan dari sang ayah yang meminta mereka untuk menikah. “Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kita tidak perlu menikah, Kaisar.” Elena pergi meninggalkan Kaisar. 

“Tunggu!” panggil Kaisar.

Langkah Elena terhenti lalu menoleh pada Kaisar. “Apa lagi? Sudah jelas kan kata-kataku? Aku bisa menjaga diriku dan kita tidak perlu menikah.”

“Sudah tidak ada waktu lagi,” ucap Kaisar.

Elena mengernyit heran. “Maksudmu?”

“Kau sedang dalam keadaan bahaya Elena,” jawab Kaisar tanpa memberitahukan identitasnya yang ternyata bukan anak kandung dari mendiang ayah angkatnya. “Sebelum surat wasiat itu dibacakan oleh Pengacara Pribadi ayah. Ayah mengirimkan surat wasiat lain padaku. Ayah sudah mengetahu bahwa dirinya akan segera dibunuh. Ayah juga berpesan untuk menikahimu, dan menjagamu, karena hidupmu berada dalam bahaya.”

“Maksudmu, kematian ayah bukan karena serangan jantung seperti yang dikatakan oleh dokter dan dia sengaja dibunuh?”

“Dari surat wasiat itu begitu yang aku duga. Kau sendiri kan bilang pada sekretaris pribadi ayah bahwa selama ini ayah tidak pernah memiliki riwayat penyakit jantung? Apa kau tidak curiga dengan kematiannya?”

Elena terdiam lalu berpikir. Dia memang curiga tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena yang menyatakan ayahnya terkena serangan jantung adalah dari pihak rumah sakit yang tidak mungkin berbohong akan hasil pemeriksaan mereka.

“Kau harus tetap menikah denganku. Kita harus ikuti permintaan ayah. Untuk sementara sampai menemukan jawaban penyebab kematian ayah sesungguhnya. Jika kau tidak menginginkannya, pernikahan ini hanya berpura-pura saja. Setelah itu terserah kamu. Sebelum aku mendapatkan jawabannya, kau harus ada di sisiku. Aku berjanji, aku akan mengusut misteri kematian ayah.” Sebenarnya dia mengatakan itu agar Elena tidak berubah pikiran saja. Meskipun gadis itu akan menyetujui permintaannya, meskipun tidak menjadi suaminya, Kaisar akan tetap menjaganya seperti yang diminta oleh ayah angkatnya.

Elena yang awalnya terlihat ragu, kemudian mengangguk dengan pelan.

“Tapi kau harus ingat, bahwa pernikahan ini hanya pura-pura saja sampai kita tahu penyebab kematian ayah sebenarnya.” Elena menegaskan sekali lagi.

Kaisar mengangguk, dengan senyuman tipis di wajahnya. 

***

Kaisar meletakkan karangan bunga di atas pemakaman ayah angkatnya. Dari kejauhan, seorang Perwira berdiri menunggunya. Kaisar mengelus batu nisan ayah angkatnya dengan mata berkaca-kaca.

“Ayah, surat wasiatmu sudah sampai ke tanganku. Aku berjanji akan menjaga Elena dengan segenap kekuatanku. Aku akan mengusut tuntas siapa yang membunuhmu. Tenanglah di sana. Aku akan menyelesaikan semuanya.”

Kaisar mencium batu nisan ayah angkatnya lalu bergegas pergi dari sana. 

“Bagaimana?” tanya Kaisar kepada Perwira yang sudah menantinya. Dia ingin tahu tentang pengawalan mereka secara tersembunyi pada pengacara pribadi ayahnya. “Apa ada yang mengganggunya?”

“Ada pasukan Bodyguard yang mencoba mencelakainya, Jenderal. Tapi berhasil kami taklukkan dan salah satu dari mereka sudah kami tangkap. Namun saat ini dia masih tidak mau memberi keterangan siapa yang memerintahkannya.”

Kaisar menduga pasti Paman Lionel yang memerintahkan mereka.

“Di mana kalian menyembunyikannya?!” tanya Kaisar.

Sang Perwira memberi tahu tempatnya. Setelah itu Kaisar memintanya pergi. Perwira itu pun akhirnya bergegas pergi dari sana. Kaisar menaiki mobilnya lalu meninggalkan Kawasan pemakaman itu menuju tempat perwiranya menyembunyikan salah satu bodyguard yang berhasil ditangkapnya.

Saat Kaisar tiba di rumah tua yang dijaga ketat oleh pasukannya. Dia disambut dengan penuh hormat dan dituntun untuk masuk ke dalam. Saat tiba di depan pintu, pasukannya membungkuk kepada Kaisar.

“Dia dibekap di dalam sana, Jenderal.”

“Buka pintunya,” perintah Kaisar.

Pria itu langsung membuka pintu. Saat Kaisar memasuki ruangan itu, dia melihat salah satu Bodyguard yang berhasil ditangkap oleh Perwiranya itu tergantung di langit-langit ruangan itu. Dia berhasil menggantung dirinya sendiri untuk menghilangkan jejak siapa yang berada di balik penyerangan Pengacaranya itu.

“Ampun, Jenderal. Maafkan kami yang tidak bisa menjaganya dengan baik. Saya siap dihukum karena ini,” ucap Pria itu dengan wajah ketakutan.

Tanpa bicara Kaisar meninggalkannya. Dia harus mencari cara lain untuk mendapatkan petunjuk siapa yang berada di balik kematian ayah angkatnya.

***

Persiapan pernikahan Kaisar dan Elena akan segera rampung. Semua undangan sudah disebar. Orang-orang penting sudah dipastikan datang, termasuk para selebriti terkenal, politisi, pebisnis, bahkan para petinggi pemerintahan. Sekretaris pribadi Elena datang menemui Elena yang sedang duduk di ruang tengah sembari memeriksa seluruh persiapan acara pernikahannya.

“Seharusnya tidak perlu semewah ini. Tidak ada yang mengenalnya sama sekali,” cibir Rose sepupunya, yang diam-diam mengintip dari balik tubuhnya sembari mengerling pada Elena.

Elena bangkit dari duduknya sembari membawa seluruh laporan persiapan acara pernikahannya untuk pergi meninggalkannya. Dia malas berdebat dengan sepupunya itu.  Semenjak mendengar kecurigaan Kaisar atas kematian ayahnya, kini dia bersikap dingin kepada seluruh keluarganya. Urusan persiapan pernikahannya pun tidak mau melibatkan keluarganya. Dia mengurusnya bersama Kaisar.

Rose menahan kesalnya melihat Elena pergi meninggalkannya.

“Kau tidak ingin mendengarku lagi? Bukankah selama ini hanya padaku kau terbuka segala hal dengan rahasia pribadimu?”

Elena berhenti melangkah.

“Kali ini jangan ikut campur dengan urusanku,” tegas Elena.

“Kau telah diperdaya olehnya, Elena. Anak pungut itu telah menipumu. Dia telah menggunakan segala cara untuk bisa mendapatkan semua harta warisan ayahmu dan bisa menikahimu.”

“Silakan urus urusanmu sendiri! Jangan urusi lagi urusanku!” tegas Elena.

Rose menahan kesal mendengar itu. Elena terus berjalan hendak menuju kamarnya. Saat dia tiba di depan kamarnya, Sekretaris pribadinya datang.

“Nona,” panggil Sekretarisnya.

Elena menoleh padanya. “Iya.”

“Semua undangan sudah disebarkan,” jawab Sekretaris pribadinya.

“Terima kasih.”

Terdengar suara langkah kaki di belakang mereka. Elena menoleh ke arah sumber suara. Rupanya yang datang adalah Paman Lionel.

“Bisa bicara sebentar?” ucap Lionel pada Elena.

“Di sini saja, Paman,” sahut Elena.

Lionel menatap sekretaris pribadi Elena. Perempuan itu mengerti lalu pergi menjauh dari mereka.

“Aku tidak punya waktu banyak, paman.”

Lionel menahan geram melihat keponakannya sudah tidak berlaku sopan seperti dulu lagi. “Mengenai Kaisar…”

“Tidak ada lagi yang perlu dibahas tentangnya. Dia anak kandung ayahku dan kami akan segera menikah. Paman tidak perlu lagi meragukannya.”

Saat Lionel hendak berkata, Kaisar datang membuatnya terdiam dan menunjukkan wajah kesal kemudian pergi meninggalkan mereka di sana.

“Apa dia hendak mencelakaimu?” tanya Kaisar memastikan.

Elena menggeleng. “Aku mau istrirahat.”

Kaisar mengangguk dan membiarkan gadis itu memasuki kamarnya. Tak lama kemudian handphone Kaisar berbunyi, sebuah pesan masuk datang. Kaisar membuka pesannya lalu membacanya : Persembahan dari militer untuk acara pernikahan akan tiba tepat waktu, Jenderal.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nancy Motulo
ngga tau,mungkin sesuatu yg luar biasa..
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
makin jadi teka teki ini si Abraham siapa yg i care nyawanya ya? memang ada baiknya kalo elan nikah sama kaisar. loh persembahan apa ini yg di berikan sama kaisar
goodnovel comment avatar
Hanny Abbarlah
persembahan apa yg datang di acara pernikahan kaisar? jd penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status