Share

BAB 5 KONSEKUENSI

Mengapa Rehan datang ke sini?

“Apa Anda tahu bahwa Anda bisa dihukum, karena menaikkan harga sewa secara sepihak?!” teriak Rehan.

Semua mata memandangnya dengan takjub, meskipun teriakan Rehan cukup tidak sopan, terutama terhadap ibu-ibu yang mungkin seumuran dengan ibunya.

“A..Anda s..si..apa?” tanya Nyonya Milla tergagap, mendengar suara teriakan Rehan, yang lebih keras dibanding dirinya.

“Apa saya perlu mengatakan siapa saya, untuk didengar Anda?” Rehan sedikit mengecilkan suaranya, tapi masih dengan gayanya yang angkuh. “Saya akan membeli rumah ini!”

EH??

“Tapi Anda harus dibawa ke kantor polisi dan mendapatkan hukuman yang setimpal!” seru Rehan lagi, diiringi gerakan tangannya yang memberi isyarat, pada orang-orang di luar rumah tempat beberapa mobil mewah Porsche terparkir.

Mereka segera masuk dan menyeret Nyonya Milla yang masih kebingungan, keluar. Ibu-ibu yang sejak awal kedatangan pria itu, mengaguminya karena berpenampilan sangat mewah dan berkarisma, tiba-tiba mulai ketakutan dan ikut pergi, setelah meletakkan kembali semua hadiah Rehan untuk Nayra sebelumnya.

“Apa yang kau lakukan?!” Nayra menghampiri Rehan dengan wajah marah.

Itu seharusnya menjadi urusan Nayra, tapi Rehan ikut campur tanpa seizinnya.

“Aku tidak melakukannya untukmu! Itu adalah barang-barangku!”

Rupanya, Rehan telah mengamati perdebatan Nayra dan Nyonya Milla sejak awal, jadi ia tahu apa yang terjadi. Meskipun begitu, Nayra masih ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik tanpa melibatkan polisi, karena ia ingin tetap tinggal di sana.

“Kalau begitu, silakan simpan barang-barangmu!” Nayra berusaha pergi, hendak menyusul Nyonya Milla yang sudah diseret paksa ke dalam mobil Rehan, untuk dibawa ke kantor polisi.

“Tunggu!” Rehan tiba-tiba menarik tangan Nayra. “Tapi aku sudah memberikannya untukmu!”

Hah?

Mengapa begitu banyak orang plin-plan hari ini?

“Tapi kau bilang itu barang-barangmu, jadi itu bukan milikku!” Nayra melepas tangan Rehan dan akhirnya bisa pergi, dengan taksi yang kebetulan lewat di depan rumahnya.

Sedangkan Rehan, gelagapan di tengah rumah kecil Nayra, sendiri.

Sepertinya ia berusaha tampak keren di depan Nayra, tapi itu malah menjadi bumerang untuknya.

***

Nayra sudah tiba di depan kantor polisi, setelah beberapa jam hampir tidak bisa menyusul mobil yang membawa Nyonya Milla ke sana. Saat ia baru saja akan memasuki kantor polisi itu, Nyonya Milla sudah keluar diiringi beberapa pria yang tadi menariknya ke sana, bersama seorang wanita muda seumuran Nayra yang baru ia temui.

Wanita muda itu mengenakan pakaian kantor yang tampak modis dan elegan tapi cukup ketat, dengan rambut terurai sepanjang bahu.

Apa dia masih salah satu karyawan Rehan? Lalu, bagaimana Nyonya Milla bisa keluar begitu cepat dari kantor polisi?

Nyonya Milla yang terkejut dengan kedatangan Nayra, langsung berlari menghampirinya dan melayangkan tamparan keras di pipi Nayra.

“Aku tidak mau lagi berurusan denganmu!” teriaknya. “Keluar dari rumahku sekarang juga!”

Nayra tercengang. Padahal, ia datang ke sana untuk mencoba menyelesaikan masalahnya baik-baik. Tapi mengapa semuanya menjadi runyam?

Nyonya Milla langsung pergi begitu saja, dengan dengusan panjang dan bibir menggerutu, mengucapkan berbagai kata umpatan yang tidak bisa Nayra dengar –karena ia masih terkejut dengan tamparan tadi.

Rehan!

Nayra hanya bisa menyalahkan pria itu karena telah membuat semuanya kacau, meskipun ia selalu berusaha tidak pernah menyalahkan siapapun sebelumnya, untuk kemalangan apapun yang ia alami.

Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya, pertanyaan ini begitu sering muncul di kepala Nayra hari ini.

Nayra akhirnya berjalan meninggalkan kantor polisi dengan lesu. Ia tidak tahu harus pergi ke mana, setelah Nyonya Milla mengusirnya dari rumah.

Dengan uang yang ia miliki, itu hanya akan cukup untuk makan seminggu. Lalu di mana ia akan tinggal?

Ia harusnya meminta keringanan pada Nyonya Milla untuk tetap tinggal di rumah itu, sebelum membiarkannya pergi. Tapi sekarang, ia bahkan tidak tahu alasan apa lagi yang bisa ia pakai, untuk meluluhkan Nyonya Milla yang sudah mengusirnya.

Langit mulai memerah, sedangkan hati Nayra keruh tidak tentu apa warnanya.

Satu kilometer Nayra sudah berjalan hingga mencapai Stratton Road, sebuah kawasan dengan berbagai restoran, kafe dan toko-toko yang berbaris di sepanjang jalannya. Menyadari tempatnya berada, Nayra mulai mendapat pencerahan untuk mencari pekerjaan dan rumah sementara untuknya.

Sebuah pengumuman lowongan pekerjaan paruh waktu di salah satu restoran barbeku bernama M-Eat, menarik perhatian Nayra. Ia segera menghampiri pemilik restoran –setelah menunggu beberapa saat ia menyelesaikan pekerjaannya. Namun, saat Nayra menanyakan lowongan tadi, pria tua berjanggut penuh pemilik restoran itu mengatakan, bahwa lowongan tersebut hanya untuk anak muda.

Nayra yang seorang wanita berusia 30 tahun, tentu tidak memenuhi syarat. Tapi ia masih berusaha membujuk pemilik restoran, untuk sekedar memberinya kesempatan wawancara, hingga mereka teralihkan oleh suara-suara ribut beberapa pria yang datang ke depan restoran.

“Argh! Mereka lagi!” gerutu si pemilik restoran bernama Nick itu. “Mereka selalu ribut ke sini! Mengganggu saja!”

Nayra melirik pria-pria yang berteriak tidak jelas dengan pakaian cukup mewah. Ia pikir, mungkin ia bisa menggunakan mereka untuk mendapatkan kesempatan bekerja di restoran Tuan Nick.

“Tuan, bagaimana jika saya bisa mengusir mereka dari sini? Apa Anda akan memberikan saya kesempatan untuk bekerja di sini?” tanya Nayra dengan wajah penuh harap.

Tuan Nick mengangkat satu alisnya. “Mengusir mereka? Apa kau bahkan tahu siapa mereka?”

Nayra tidak peduli. Baginya, ia hanya perlu mendapatkan pekerjaan!

“Siapapun mereka, saya akan mengusirnya. Bagaimana Tuan?” tanya Nayra lagi.

Tuan Nick tampaknya menganggap remeh ucapan Nayra. Dengan acuh tak acuh ia menjawab, “Silakan saja..” sambil pergi masuk ke dalam restorannya.

Saat itu, Nayra sepertinya sudah sedikit gila karena terdesak untuk mendapatkan pekerjaan dan rumah baru.

Nayra melihat sebuah selang air yang terpasang di keran luar restoran. Sekejap, sebelum Nayra sempat berpikir jernih, ia sudah menyemprotkan air dari selang itu kepada pria-pria yang masih tertawa-tawa dengan keras di depan restoran Tuan Nick.

Semua orang membeku, termasuk Tuan Nick yang diam-diam mengamati dari restorannya.

Dalam waktu singkat, berbagai teriakan menyerbu Nayra terutama dari Tuan Nick yang langsung berlari ke arahnya. Nayra yang terkejut melihat reaksi itu, dengan gesit melesat pergi disusul kejaran pria-pria yang seluruh badannya sudah basah, terkena semprotan air dari Nayra. Sementara Tuan Nick, sudah kewalahan setelah berlari hanya beberapa meter.

Beruntung, Nayra cukup atletik sejak ia dikejar-kejar Ayahnya dulu. Jadi, dengan mudah ia berhasil lolos dari kejaran mereka.

Tapi sungguh.. Kenapa Nayra melakukan itu?

Sepertinya, Nayra cukup frustasi dengan semua hal yang menimpanya, terutama hari ini. Hingga ia ingin menumpahkan semua, meskipun dengan melakukan tindakan gila yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Akhirnya, Nayra memutuskan untuk kembali saja ke rumah Nyonya Milla untuk membujuk wanita itu. Tapi lagi-lagi, ia dihadapkan dengan kejadian konyol lain yang tidak bisa ia mengerti alasannya.

Rumahnya terbakar!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status