Semua orang sontak memandang David Roland yang masih bisa berjalan dengan gagah, meskipun harus bertumpu pada tongkatnya, terutama di tengah keterkejutan mereka.“Apa maksudmu Ayah?!” tanya wanita itu, sambil mendekati Tuan David dengan ekspresi seperti Kevin McCallister di film Home Alone.“Anakku ‘kan hanya Brian, jadi tidak mungkin ia cucumu!”Brian?Nayra yang masih mencoba memproses ucapan Tuan David terhadapnya, tiba-tiba merinding.Tunggu! Apa ini yang dimaksud perkataan terakhir ibu
“A..Apa yang kau..?”Sebelum Nayra menyelesaikan kalimatnya, Brian sudah berjalan cepat dengan satu telunjuk tangan di depan bibirnya.“Syut! Aku harus diam-diam datang ke sini!” bisiknya, membuat Nayra lebih tidak mengerti.
“Justru ia harus segera dilatih agar siap mewarisi perusahaan kita!” teriak Kakek David dengan suara seraknya, membuat semua orang terdiam, kecuali Brian yang masih sibuk dengan makanannya. Wajah ibu Brian tampak sangat kesal. “Lalu bagaimana dengan Brian? Dia ‘kan cucu Ayah juga!” Nayra melirik Brian yang sama sekali tidak peduli, dengan apa yang dibicarakan para orang tua ini. Sedetik kemudian, sebelum Nayra mengalihkan pandangannya, Brian membalas tatapan Nayra dengan mengangkat kedua alisnya seolah bertanya ‘Apa?’. Nayra pun menggelengkan kepala, heran. “Apa kau tidak suka dengan itu, Nayra?” tanya Kakek David, mengejutkan Nayra yang sempat kehilangan fokus. Apa ia melihat Nayra menggelengkan kepalanya dan salah paham dengan itu? “Ah..” Nayra tidak tahu harus berkata apa, sampai Brian tiba-tiba berbicara. “Dia mungkin hanya merasa tidak nyaman, jika Ayah yang harus mengajarinya tentang perusahaan,” ucap Brian dengan santai, sambil mengunyah steak tenderloin-nya. Nayra melir
“Brian..” bisik Nayra, setelah menoleh pada Brian lagi yang belum menyadari kehadiran wanita muda itu di kantornya.Brian mulai tersadar dan menatap wanita itu, mengikuti tatapan Nayra.“Ah.. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Brian setengah terkejut. Sementara wanita muda yang baru saja membuka pintu, langsung berjalan menghampiri Brian dan menariknya menja
Dalam waktu singkat, Rehan sudah berjalan cepat menghampiri Nayra yang masih menggenggam tangan Brian. Tanpa berbicara, Rehan menarik tangan Nayra dan berusaha mengajaknya pergi dari sana.“Apa yang kau lakukan?!” Brian mencoba menghentikan Rehan, tapi dengan dingin Rehan menarik tangan Nayra lagi. Sementara Brian dihentikan Lucy dengan tangan kecilnya, “Fokus pada
“Aku tidak tahu namanya, tapi mereka pasangan miskin yang bahkan tidak punya uang untuk bersalin..”Tidak mungkin. Apa maksudnya, orang tua Nayra selama 30 tahun ini?“
Kota Houston, Tahun 2008 – 14 tahun lalu. Kehidupan seorang pewaris tunggal perusahaan ternama dunia, tidak selalu indah dan menyenangkan, bahkan lebih banyak air mata dan perasaan kesepian dibanding senyum dan kawan. Inilah yang membuat Rehan Carver di usianya yang baru menginjak 16 tahun, kabur dari rumah ke tempat yang benar-benar asing. Ia pikir orang tua terutama ibunya, tidak akan menemukan tempatnya berada, jika ia pergi ke tempat yang tidak diketahui oleh seluruh keluarga Carver. Rehan pun tiba di Kota Houston yang sangat terpinggir di banding Kota Lexington, ibukota Bexley State tempatnya tinggal. Kota Houston masih terlihat seperti pedesaan yang damai, dengan padang rumput yang tenang. Rehan pikir, seandainya ia hidup di tempat seperti ini, mungkin itu akan lebih baik untuknya daripada hidup di rumah mewahnya yang seluas istana. Dengan udara bersih dari kota yang belum terkontaminasi polusi kendaraan dan lainnya, Rehan berkeliling selama beber
Kota Lawton, Tahun 2022 – Saat Ini Brian dan Nayra sudah selesai makan. Berkat itu, kini Nayra merasa lebih baik. Terlebih karena Brian terus berusaha menghiburnya, padahal ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada Nayra. “Sekarang bagaimana?” tanya Brian, sambil melihat keluar jendela. Meskipun hujan sudah reda, tapi langit juga sudah menggelap dan jam tangannya menunjukkan waktu tengah malam. Tentu, kereta ataupun kendaraan lain tidak ada yang beroperasi sekarang. “Kita.. tidak mungkin tidur di tempat ini ‘kan?” tanya Brian lagi. Ia menunjukkan wajah tidak nyaman, setelah melihat-lihat rumah kecil yang kosong dan gelap ini, dengan hanya beberapa perabotan rumah yang sudah rusak. Nayra yang sudah hidup miskin hampir seumur hidupnya, merasa baik-baik saja dengan semua itu. Tapi, ia tetap bisa mengerti bagaimana perasaan Brian yang hidupnya berbanding terbalik dari Nayra. Brian pasti akan sulit beradaptasi, pikir Nayra. “Kalau begitu, apa kau mau pergi ke stasiun saja?” tawar